Tandai typo!
.
.
.
.
.Pukul 7 malam.
Naya berada di cafe tempatnya bekerja,saat ini dia sedang mengelap meja agar bisa di gunakan kembali lalu kembali ke belakang kasir menunggu pelanggan.Dia mengelap meja bartender dekat kasir sambil menunggu pelanggan.
Tring~
"Selamat datang!"
Bunyi lonceng pintu cafe dan sapaan teman kerjanya yang ada di pintu terdengar,jadi dengan segera Naya bersiap di depan kasir untuk menyambut pelanggan.
Seorang pemuda yang Naya perkirakan setahun lebih tua di atasnya berhenti di hadapannya menatap papan menu lalu beralih menatap Naya .
"Mau pesan ap- HIK!"
Baru saja dia menanyakan pesanan dari pemuda dihadapan nya, tapi Naya keburu cegukan .
"Hik! Hik! Ma-hik! af." Dirinya terus cegukan,mencoba menepuk-nepuk dadanya agar cegukannya berhenti dia memberikan isyarat agar pemuda itu menunggu sebentar.
Ada apa dengan dirinya? Kenapa dia tiba-tiba cegukan? Padahal Naya tak memakan sesuatu saat ini.
Setelah beberapa saat kemudian cegukannya pun berhenti, menghela nafas lega Naya pun kembali menatap pemuda itu yang juga ikut menatap dirinya.
"Maaf bikin kakak nunggu," ucap Naya tak enak,pemuda itu memberikan senyuman kepada Naya yang ia akui memang tampan, tapi entah kenapa Naya malah takut melihat nya,dirinya seperti deja vu saat ini.
"Gapapa," ucap pemuda itu.
"Mau pesan apa kak?" Tanya Naya.
"2 americano dan 2 latte," jawab pemuda itu masih dengan senyum lebarnya.
Naya hanya mengangguk, "baik silahkan tunggu sebentar," ucapnya.
Pemuda itu mengangguk dan mengambil duduk di kursi meja bar,menatap Naya yang sibuk membuat kopi pesanannya dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya,pemuda itu menatap intens ke arah Naya.
Sedangkan Naya hanya membiarkannya,meskipun dia merasa seakan kepalanya akan berlubang karena tatapan pemuda itu.
Beberapa menit kemudian 4 gelas minuman pesanan pemuda itu telah selesai, Naya membawanya ke kasir di ikuti oleh pemuda itu.
"Ini kak pesanannya," ucap Naya sambil menyerahkan pesanan pemuda itu.
"Berapa semuanya?"
"Jadi Rp.xxx mau cash atau kartu?"
Pemuda itu memberikan sebuah kartu,dan dengan cepat Naya menyelesaikan pembayarannya dan mengembalikan kartu pemuda itu.
"Terima kasih kak,silahkan datang kembali," ucap Naya dengan ramah,meskipun dalam hati dia berharap agar pemuda di hadapannya ini tak datang kembali.
"Sampai jumpa lagi," balas pemuda itu dengan senyuman,lalu pergi dari sana meninggalkan Naya yang menatapnya dengan aneh.
"Orang aneh," gumam Naya dan kembali membereskan mejanya.
Sedangkan di sisi pemuda itu,dia berjalan sambil menenteng kopi dengan senyum yang tak luput dari wajahnya. Berjalan ke arah mobil hitam yang berisi 3 orang di dalamnya ,membuka pintu mobil di depan samping pengemudi.
"Lama sekali!" ketus seorang pemuda yang duduk di belakangnya,dengan cepat dia memberikan segelas latte dan americano kebelakang untuk dua pemuda di belakangnya.Kemudian memberikan segelas latte ke pemuda di sampingnya.
"Ada apa dengan senyuman mu itu?" Tanya pemuda di belakang kemudi.
Yang ditanyai makin melebarkan senyumnya, "Aku bertemu seseorang yang rasanya ingin ku kurung di kamarku," ucapnya dengan senyum lebar sambil kembali mengingat wajah Naya.
"Semenarik itu?" Ucap pemuda di belakang kursi pengemudi,karena tumben pemuda di hadapannya ini berkata seperti itu setelah bertemu seseorang.
Yang ditanyai kembali mengangguk, "Ya sangat menarik,aku juga yakin kalau kalian melihatnya akan berpikir sama denganku."
Ketiga pemuda lainnya hanya mengedikkan bahu tak mau tahu lebih lanjut,mobil pun melaju pergi dari sana.
***
Pukul 11 malam Naya sudah selesai bekerja,setelah berpamitan dengan teman shiftnya Naya pun melangkah untuk pulang ke rumah.
Untung saja jalanan masih ramai jam segini kalau tidak Naya tidak akan berani berjalan sendiri buat pulang ke kosannya,Naya ini penakut sekaligus orangnya suka parno sendiri kadang pikirannya sendiri yang membuat dirinya takut padahal tidak ada apapun yang perlu di takuti.
Saat berjalan dia melihat penjual nasi goreng langganannya kalau lagi begadang sedang mangkal dekat toko 24,kebetulan sekali dirinya lapar Naya pun melangkah mendekati gerobak penjual nasi goreng itu.
"Pak Sarno!" Sapanya dengan semangat.
"Eh neng Naya! Baru pulang kerja neng?" Balas pak Sarno.
"Iya pak,bapak sendiri gimana Hari ini dagangannya?"
"Alhamdulillah laris neng."
"Alhamdulillah,yaudah saya pesen satu ya pak kayak biasanya."
"Oke tunggu sebentar ya neng."
Naya mengangguk dan mengambil duduk di kursi plastik yang disediakan oleh pak Sarno,wangi nasi goreng langsung menyapa hidungnya membuat perutnya makin meronta-ronta minta makanan,Naya belum sempat makan malam tadi karena pelanggan lagi ramai,maklumlah malam Minggu jadi banyak anak muda lagi nongkrong.
Kadang tuh kalau malam Minggu beberapa orang sering kali harus diusir dulu buat bisa pulang, karena ada sebagian orang yang gak pulang padahal cafe sudah mau tutup,keasikan pakai Wi-Fi yang di berikan sama cafe sampai gak mau pulang mana biasanya mereka cuman pesan kopi secangkir trus nongkrong nya sampai berjam-jam,gak tau diri banget.
"Ini neng nasi gorengnya udah jadi." pak Sarno memberikan nasi goreng pesanan Naya.
"Makasih pak,ini uangnya," ujar Naya sambil memberikan uang 15 ribu ke pak Sarno tapi ditolak.
"Gak usah neng," tolak pak Sarno.
"Loh kenapa?"
"Ambil aja neng saya kasih gratis,itu porsi terakhir hari ini, udah saya lebihin juga,saya kasih dua telur buat neng Naya."
"Eh? Jangan pak,nanti bapaknya rugi, gapapa ambil aja." Naya tidak enak menerimanya,dia kan beli bukan mengharap gratis.
"Gapapa neng ambil aja,anggap aja saya sedekah ke Eneng karena dagangan saya laris hari ini,jadi mohon di terima yah!"
Akhirnya dengan terpaksa Naya pun mengangguk dan menerima nasi goreng traktiran itu.
"Yaudah deh pak,makasih banget yah nasi gorengnya moga rejekinya lancar deh."
"Aamiin makasih ya neng."
"Saya pamit ya pak."
"Iya neng,hati-hati jalannya!"
"Bapak juga hati-hati pulangnya"
Setelah itu Naya pun berjalan kembali pulang ke kosannya dengan hati yang sedikit gembira karena mendapatkan nasi goreng gratis dengan porsi jumbo, sebenarnya Naya tak enak menerimanya karena sudah beberapa kali pak Sarno memberikan nasi gorengnya secara gratis kepadanya.
Naya sudah sering beli nasi goreng di pak Sarno saat pulang kerja dan seringkali juga dirinya diberikan gratis,alasannya itu adalah porsi terakhir padahal Naya tau kalau itu bohong jadi terkadang kalau dia tidak beli Naya membawakan segelas kopi hangat dari cafe, itung-itung membalas perbuatan pak Sarno.
Udara malam ini cukup dingin,Naya jadi menyesal tak membawa jaketnya,dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mengusap usap lengannya agar menghasilkan rasa hangat.
.
.
.
.
.
Hai hai
Gimana?
Janlup votmen yah!Bye-bye 🖐️
Write: 12,1,24
Pub: 19,1,24
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
Fiksi UmumMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...