Kalau sampai 50 vote gw double up,tapi kalau nggak up mingdep
***
Ada sekitar 3 jam Naya ditinggal sendirian di kamar tamu tempat ia dibawa sama Kevin tadi. Mana dia dikunci dari luar lagi, kan kalau nggak dikunci Naya rencananya mau kabur dari sini.
Mau lewat jendela nggak bisa soalnya jendelanya dipakein teralis, sekecil-kecilnya tubuh Naya tidak mungkin juga bisa muat lewat sela-sela teralis jendela.
Dan akhirnya yang Naya lakukan sedari tadi hanya mengelilingi kamar, tidur menatap langit-langit dan menghayal sambil mengigit jari-jarinya sampai mati rasa. Semua itu dia lakukan berulang kali selama tiga jam.
Naya bosan dan lapar,ini sudah masuk siang hari dan makanan terakhir yang masuk ke perutnya itu sarapannya di rumah sakit tadi pagi. Ini mereka kalau memang berniat mengurungnya seperti ini setidaknya sediakan makanan atau minuman! Dia sedari tadi menahan hasratnya untuk pergi ke kamar mandi dan minum di wastafel karena sangking hausnya. Maka dari itu dia mengigit jari-jarinya untuk menambah jumlah liurnya supaya mulutnya tidak kering,terdengar jorok tapi Naya tidak perduli.
Tok! Tok! Tok!
Ceklek!
Suara ketukan pintu disusul dengan terbukanya pintu dari luar memunculkan Arthur yang berjalan masuk mendekat ke arah Naya yang tengah rebahan.
Ia berdiam diri sejenak menatap Naya yang tampak tidak perduli akan kehadiran nya,bukan tampak sih tapi memang kenyataannya yang seperti itu. Naya mendengar suara ketukan pintu dan tahu ada orang yang masuk ke dalam,tapi dia tidak perduli akan hal itu malah makin asik dengan lamunanya.
"Ekhm!" Arthur berdehem untuk mendapatkan atensi dari Naya, tapi gadis itu tetap pada posisinya tidak berpaling sama sekali.
"Naya," panggil Arthur saat tidak mendapatkan respon dari Naya.
"Naya," panggilnya sekali lagi sambil menepuk-nepuk pundak Naya.
"Apaan sih!?" Naya menyentak tangan Arthur dari tangannya dan menatap tajam ke arah pemuda itu.
"Makan," ucap Arthur singkat, Naya tidak mengerti.
"Apa?"
"Ayo makan."
Oh.... Arthur memanggilnya untuk makan. Naya mengangguk kecil lalu bangun dari rebahannya, ia merenggangkan tubuhnya karena lelah berbaring terus-menerus. Ia tidak akan menolak diajak makan, toh dirinya juga lapar dan dia tidak mau mati karena kelaparan.
Dengan perlahan Naya meraih tongkatnya dan berdiri dari duduknya dengan bertopang pada tongkatnya. Arthur mengulurkan tangannya untuk berjaga-jaga siapa tau Naya oleng dan terjatuh.
Setelah dirasa aman, Naya langsung melangkah begitu saja meninggalkan Arthur dibelakangnya. Sementara Arthur hanya terdiam dan berjalan dibelakangnya sekaligus menjaganya.
Tapi baru beberapa langkah Naya berhenti secara tiba-tiba, hampir saja Arthur menabraknya kalau saja dia tidak memiliki reflek yang baik. Naya berbalik dan menatap Arthur yang dibalas tatapan bingung.
"Kenapa?" Tanya Arthur.
"Ruang makannya dimana?" Balas Naya bertanya. Dia tadi dengan percaya dirinya berjalan duluan tapi tidak tahu letak ruang makan, bentuk dan denah rumah mereka tidak sama seperti di mimpinya maka dari itu Naya menjadi bingung.
Arthur tersenyum kecil lalu kemudian mensejajarkan dirinya dengan Naya. Tangannya terulur kedepan, "lewat sini," ucapnya kemudian berjalan di ikuti oleh Naya.
Dan tak lama mereka pun sampai di ruang makan, semua anak-anak Wilson sudah berkumpul. Di meja makan juga sudah tersedia berbagai macam lauk yang menggugah selera,membuat cacing-cacing yang ada di perut Naya memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
Ficción GeneralMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...