Keesokan harinya, tepatnya di apartemen Sam tempat Naya dan kedua anak Wilson itu menginap.
Naya baru bangun dari tidurnya ketika sudah masuk tengah hari, matahari sudah di atas kepala tapi dirinya baru terbangun. Salahkan saja matanya yang tidak bisa tertidur semalam, dia baru bisa tidur lelap saat pukul 3 pagi, itu semua karena dia yang tidak bisa tidur dengan cepat bila di tempat baru.
Naya harus menyesuaikan diri beberapa hari buat bisa nyenyak tidur di tempat tersebut, sama seperti waktu pertama kali dia tinggal sendirian di kosan, mungkin ada sekitar semingguan dia menyesuaikan diri baru bisa tidur dengan nyenyak.
Dengan muka bantalnya Naya menatap ke sekeliling nya sambil menggaruk kepalanya yang gatal, ia melihat kalau jendela pada kamar yang ia tempati sudah terbuka.
Dia tidur di kamar Sam karena apartemen ini hanya memiliki satu kamar, sebenarnya ada dua tapi dijadikan tempat barang oleh pemuda itu. Jadilah tadi malam dia tidur di kamar sementara Jun dan Sam tidur di sofa bed yang ada di rumah tamu.
Di sampingnya tepatnya di atas nakas dia melihat sebuah nampan yang berisikan seporsi makanan, dengan notes. Naya meraih notes itu dan membacanya dengan mata yang masih setengah terpejam.
Maaf, ini ada sarapan buat kamu, buatan bang Jun.
Kami berdua pamit untuk pergi karena ada urusan, nanti kalau waktu bangun makanannya udah dingin kamu bisa panaskan di microwave yang ada di dapur.
Nanti bang David akan datang kesini saat jam kerjanya selesai.
Ini nomor Abang kalau kamu butuh sesuatu
0895*********-salam Sam.
Ternyata pesan itu ditulis oleh Sam dan makanannya di buat oleh Jun. Dia melihat ada seporsi sandwich dan segelas susu putih tersaji di hadapannya, saat dia coba cek ternyata memang makanannya sudah dingin yang berarti kedua orang itu sudah pergi dari tadi.
Naya beranjak dari tempatnya berjalan masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelah itu dengan bersusah payah dia membawa nampan yang berisikan makanan itu keluar kamar. Dia akan memanaskannya seperti kata Sam di pesan tadi.
Setelah perjuangan pagi yang melelahkan akhirnya Naya pun sampai di dapur, ia segera mencari di mana letak microwave kemudian memasukkan makanan nya, tidak usah terlalu lama Naya hanya memasang waktu 30 detik saja.
Ting!
Makanannya pun sudah kembali hangat, Naya duduk di meja makan sambil mengunyah sandwich nya dengan tatapan malas, lebih tepatnya mengantuk. Sesekali dia meminum susunya, begitu terus sampai makanannya habis.
Sandwich nya enak, tapi menurut Naya ini kurang mayonaise. Naya itu tipe orang yang suka menaruh mayonaise yang banyak jika membuat sandwich, karena rasanya akan lebih enak menurut nya. Jadi sandwich buatan Jun dia kasih nilai 9/10.
Menaruh piring di wastafel, Naya melirik jam yang ada di dapur. Ternyata sudah masuk jam 1 lewat 10 menit, selain dia bangunnya terlambat Naya juga makannya terlalu lama, efek malas.
Naya kembali duduk di kursinya tadi,ia menopang dagu menatap bosan kedepan tidak tau ingin melakukan apa. Ia kemudian beralih menatap satu set pisau yang tertata rapih di dekat kompor.
Naya sempat melamun sejenak lalu kembali mengingat salah satu kejadian di mimpinya.
Di mimpinya Naya terkena penyakit hemofilia yang mana kebanyakan penyakit itu yang menderita adalah laki-laki,tapi tidak menutup kemungkinan kalau perempuan juga bisa kena walaupun sangat jarang. Dan di mimpi Naya dia jadi salah satu perempuan langka yang terkena penyakit itu, lalu sekarang Naya penasaran apakah dia benar memiliki penyakit itu atau hanya sekedar pemanis cerita di mimpinya.
Dengan rasa penasaran Naya mengambil salah satu pisau yang ada di depannya, ia bisa melihat betapa tajamnya mata pisau yang ia pegang sekarang ini.
Ia mengarahkan ingin menggoreskan jarinya ke pisau itu,tujuannya dia ingin melihat apakah darahnya akan susah untuk membeku seperti penderita hemofilia atau tidak.
Dengan perlahan dan fokus Naya mulai mendekatkan jarinya ke ujung pisau,dia bisa merasakan pisau itu mulai merobek kulit nya dan membuat jarinya langsung mengeluarkan darah yang begitu banyak karena secara tidak sengaja dia membuat goresan yang cukup panjang.
"Ya ampun, Naya!"
Sebuah suara yang muncul tiba-tiba membuatnya terkejut, pisau yang ada di tangannya direbut dan langsung dilempar begitu saja membuat sebuah suara nyaring terdengar. Jarinya yang terluka di raih untuk menghentikan pendarahannya.
Naya mendongak untuk melihat siapakah gerangan yang melakukan itu, saat dia lihat ternyata itu adalah David. Masih dengan setelan kerjanya beserta snelli yang melekat di tubuhnya, David membungkus jarinya dengan sapu tangan miliknya mencoba menghentikan pendarahannya.
David tampak begitu khawatir bisa Naya lihat dari tatapannya yang begitu cemas, mata laki-laki itu bahkan sampai berkaca-kaca.
"Kamu ngapain hah!? Kenapa ngelukain diri sendiri!?" Tanya David dengan kalut, ia menatap ke arah Naya dengan mata yang hampir mengeluarkan air mata.
Naya yang melihatnya sedikit merasa bersalah padahal dia tidak ada maksud apa-apa pada David.
"C-cuman mau nuntasin rasa penasaran aja," jawab Naya gugup karena tatapan David yang tak lepas darinya.
"Dengan nyakitin diri kamu sendiri!?" Ucap David tak percaya.
Naya menarik jarinya yang dipegang oleh David, dia menatap bingung ke arah David.
"Gak usah lebay, ini cuman luka kecil doang. Heboh banget," ucap Naya santai.
Naya melihat lukanya dan ternyata pendarahan nya sudah berhenti, ternyata apa yang dimimpikannya itu tidak benar. Naya tidak menderita penyakit hemofilia seperti di mimpinya , syukurlah kalau begitu. Ya walaupun dia tau untuk mengetahui dia kena hemofilia nggak semudah itu tesnya, tapi dia sedikit lega sekarang. Lagipula jarang perempuan kena hemofilia,jadi Naya merasa aman.
"Tuh,liat. Darahnya udah berhenti." Naya menunjukkan jarinya yang ia gores tadi, David bisa melihat jari Naya dengan noda darah yang sudah kering.
David pun menghela nafas lega,ia jatuh berlutut di depan Naya kepalanya ia tumpukan di pangkuan Naya dengan lesu. Terdengar suara isakan kecil dari mulut David.
Naya yang melihatnya pun jadi panik, "eh!? Kenapa nangis?" Tanyanya panik.
David memeluk Naya dengan erat, tangisnya makin terdengar.
"J-jangan lakukan itu lagi, a-abang mohon," ucap David lirih. Ia begitu khawatir saat melihat Naya melukai dirinya sendiri tadi walaupun hanya sekedar goresan kecil, dia seketika teringat akan kejadian yang ada di mimpinya hari itu. Mimpi dimana ia,Naya ,dan semua saudaranya ada di dalamnya. Mimpi yang membuat David cukup trauma saat melihat Naya terluka.
"Iyaa gak lagi, udah jangan nangis." Naya menepuk-nepuk pundak laki-laki yang berprofesi sebagai dokter itu dengan pelan,mencoba menenangkannya dengan raut wajah bingung.
Dalam pikirannya bertanya-tanya kenapa David sebegitu khawatir nya ia melukai jarinya sendiri bahkan sampai menangis seperti ini, Naya yang melakukannya saja tidak bereaksi apa-apa.
Padahal harusnya David juga sudah terbiasa melihat luka yang lebih parah daripada ini,karena dia bekerja sebagai dokter. Aneh.
Jadilah siang itu Naya sibuk menenangkan David yang terus menangis lirih di pangkuannya,entah kapan akan selesai nya Naya tak tau.
***
Bosen.
Write:04,07,24.
Pub:11,07,24.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
General FictionMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...