Tandai typo!
Stop komen 'next kak','next thor'
Gw gak suka
.
.
.
.
.Satu jam kemudian.
Disinilah Naya berada didalam ruang inap VIP menemani laki-laki tadi,karena tak ada seorangpun yang menemaninya.
Kata dokter, laki-laki ini baik-baik saja, lukanya tidak terlalu dalam hanya mendapatkan 3 jahitan saja,untungnya laki-laki ini tak mengeluarkan banyak darah jadi aman dan sekarang tinggal menunggu sadar dari obat bius.
Naya duduk di samping brankar, menatap wajah laki-laki yang ia tidak ketahui nama dan asal-usulnya ini,menatap wajah yang sudah tidak sepucat tadi saat ia membawanya ke rumah sakit.
Kruyuk~
Oh?perutnya berbunyi tanda lapar,Naya berdiri mengambil nasi gorengnya yang untungnya ikut ia bawa tadi,mengambil duduk di lantai menghadap ke meja dan mulai membuka bungkus nasi gorengnya.
Nasinya sudah dingin, tapi tak apa masih enak dimakan kok! Berdoa sejenak Naya pun mulai makan, dia menggunakan tangannya karena tak ada sendok, dia juga tak tau mau meminta dimana,lagipula tangannya juga sudah bersih, dia sudah membersihkannya menggunakan alkohol di depan pintu kamar tadi yang biasa disediakan oleh rumah sakit.
Dengan mulut penuh Naya mengedarkan pandangannya melihat ruang inap VIP yang ditempati laki-laki itu,entah kenapa naya merasa Dejavu seperti pernah menempati kamar ini juga,tapi perasaan Naya tak pernah masuk rumah sakit sama sekali.
Dahinya mengernyit mencoba mengingat,dia juga merasa familiar dengan wajah laki-laki yang tolong dan pemuda yang membeli kopi di cafe hari ini, entah kebetulan atau apa dirinya juga langsung cegukan ketika melihat wajah keduanya.
Naya terus makan sambil berpikir sampai nasinya habis,beranjak dari duduknya membuang bungkus makanannya ke tempat sampah lalu masuk ke kamar mandi untuk cuci tangan.
Kembali mengambil duduk di kursi dekat ranjang,mengecek suhu tubuh laki-laki itu dan normal tidak sedingin tadi, keadaan kamar sangat sunyi hanya terdengar suara pendingin ruangan.
Lama kelamaan Naya menjadi mengantuk ,dengan posisi duduk dan tangannya ia letakkan di atas brankar lalu merebahkan kepalanya di atasnya Naya pun mulai tertidur.
Tanpa menyadari bahwa sebenarnya laki-laki itu sudah sadar dari tadi hanya saja dia tak membuka matanya.
***
Pagi harinya pukul 8 Naya terbangun dari tidurnya karena cahaya matahari yang mengenai wajahnya, tubuhnya menggeliat di atas ranjang.
Loh?
Naya terbangun,sejak kapan dirinya tertidur di atas sini lengkap dengan selimut hangat yang menyelimutinya, harusnya kan yang tidur disini itu laki-laki tadi malam kenapa malah dirinya.
Naya mengedarkan pandangannya mencari keberadaan pasien yang sesungguhnya, dan ia mendapati laki-laki yang ia tolong semalam tengah duduk di atas sofa dengan laptop di pangkuan nya wajahnya terlihat serius menatap ke layar laptop.
Dengan cepat Naya turun dari ranjang tak lupa merapikannya,dia berjalan menghampiri sofa.
"Mas nya udah gapapa?" Tanyanya khawatir,karena tadi malam orang ini terluka, tapi pagi ini dia tampak baik-baik saja seperti tidak terluka sama sekali.
Laki-laki itu mendongak melihat Naya yang berdiri di hadapannya.
"Hik!" Tiba-tiba Naya cegukan lagi.
"Maaf,tadi malam saya ketiduran Hik! Masnya kenapa turun dari ranjang? Ini lagi-Hik! Infusnya kok di lepas?" Naya menyerocos sambil sesekali cegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
Fiction généraleMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...