Dua hari berlalu.
Dan itu berarti sudah 4 hari Naya terkurung di kamar tempat ia bangun, tanpa bisa keluar selangkahpun dari kamar. Karena dokter Satria selalu mengunci pintu ketika keluar dari kamar, membuat Naya tidak bisa mengambil kesempatan untuk kabur.
Dan selama dua hari ini juga, Naya dan Juan selalu berkomunikasi melalui pintu tempat Naya mendengar suara Juan hari itu. Pintu tak menghalangi mereka berbicara satu sama lain, malahan makin mengeratkan hubungan mereka karena keduanya tau tidak ada yang bisa dipercaya selain satu sama lain.
Walaupun Naya sebenarnya agak sedikit takut kalau-kalau Juan kembali meruntuhkan kepercayaannya.
Selama dua hari juga, dokter Satria rutin setiap pagi membawakan sarapan untuknya dan berdiam diri duduk menghadap balkon selama dua jam kalau Naya tidak salah kira, dan setelah itu dokter Satria pun pergi dari sana meninggalkan Naya sendiri.
Dan baru saja tadi dokter Satria pergi. Laki-laki itu langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun, Naya hanya bisa menatap pintu kamar yang kembali terkunci dari luar. Ia menghela nafas lelah, memikirkan sampai kapan dia harus terkurung di kamar ini.
Berjalan ke arah balkon yang juga terkunci, Naya berdiri menatap ke pemandangan yang ada di luar sana. Pemandangan birunya air laut yang luas, dan suara ombak yang terdengar samar-samar di telinganya.
Naya melirik ke arah pintu tempat ia dan Juan saling komunikasi, hari ini pemuda itu belum ada memanggil Naya. Biasanya pagi-pagi sekali sudah terdengar ketukan pintu membuatnya terbangund Ari tidurnya, tapi hari ini Juan belum bersuara. Hari sudah beranjak siang, yang entah sudah pukul berapa tapi matahari sudah terik sekarang ini.
Apakah Juan baik-baik saja? Apakah pemuda itu terkena masalah lagi? Apakah mereka ketahuan masih sering mengobrol lewat pintu itu?
Naya gelisah memikirkannya, dengan cemas dia berjalan ke arah pintu itu dan mengetuknya.
Tok! Tok! Tok!
"Juan!?" Panggilnya yang tidak mendapatkan respon apapun.
"Juan? Lu masih disana kan?" Panggilnya sekali lagi tapi masih tidak ada tanggapan apapun. Naya hanya samar-samar mendengar suara keributan kecil di balik pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Juan?! Lu ga papa kan?" Ucap Naya panik. Setelah itu ia tak lagi mendengar suara keributan.
"JUAN!" Naya sedikit mengeraskan suaranya, jaga-jaga siapa tahu Juan tidak mendengar suaranya.
"Naya!"
Akhirnya... Juan membalasnya.
"Lu kemana aja? Kenapa gak nyaut?" Tanya Naya sedikit khawatir.
"Sorry. Gw denger kok tadi,cuman ada sesuatu yang gw lakuin bentar tadi," jawab Juan.
"Syukur deh kalau gitu."
"Nay... Gw udah cari cara buat kita keluar dari sini, dan udah bisa dilakuin hari ini juga,gak ada kesempatan lain lagi."
Naya terdiam, "gimana caranya?"
"Ikutin aja semua arahan gw. Cukup percaya sama yang gw bilang Nay, walaupun gw tau lu gak bisa semudah itu percaya sama gw lagi setelah gw bohongin lu waktu itu."
"Tapi untuk kali ini, kasih gw kesempatan terakhir buat bisa dapetin kepercayaan lu lagi. Gw mohon."
Naya terdiam mendengar ucapan Juan. Memang benar adanya kalau dia tidak bisa percaya 100% lagi ke Juan, tapi mendengar pemuda itu memohon Naya bisa sedikit percaya dan yakin kalau Juan kali ini tidak akan berbohong lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
General FictionMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...