Janlup VOTE!
***Travis,Justin ,dan Sam sampai di rumah bersamaan dengan pulangnya Jun. Keempat bersaudara itu berjalan masuk ke rumah secara bersamaan, mereka bisa melihat ada ketiga saudara mereka lainnya yang tengah berkumpul di ruang keluarga.
Arthur dan Kevin sibuk dengan ponsel masing-masing,sementara David yang sibuk dengan beberapa berkas di tangannya. Dia tidak pergi ke rumah sakit, karena semenjak kebakaran hari itu jadwalnya jadi berantakan dan sementara waktu sedang ia susun kembali.
"Kami pulang," ucap Sam mengalihkan tatapan ketiganya.
"Kalian tidak bersama Naya?" Tanya Kevin melihat tidak adanya Naya diantara mereka.
"Tidak," jawab Justin. Keempatnya mengambil duduk di sofa yang tersisa.
"Kenapa?"
"Dia memilih pergi bersama temannya dibandingkan pulang bersama kami," sahut Travis dengan ketus,dia masih tidak terima Naya lebih memilih pergi bersama Juan daripada bersama mereka.
"Sudahlah,tidak usah marah. Naya juga bilang kalau nanti kita akan ketemu lagi, itu artinya dia akan pulang kesini," kata Sam menenangkan Travis, tapi tampaknya pemuda itu tidak terpengaruh sama sekali.
"Ya, pulang. Naya akan pulang kemari mengemas barangnya lalu pergi," ujar Travis kesal.
"Padahal kalau kita pulang bersama bisa kembali membujuknya untuk tetap tinggal, tapi dia tanpa pikir panjang langsung menolak. Sial!" Lanjutnya sambil mengumpat.
Saudaranya yang lain hanya menggeleng maklum, sudah terbiasa dengan Travis yang bersikap seperti itu. Meskipun Travis jarang mengeluh,tapi pemuda itu lebih memilih mengumpat untuk melampiaskan kekesalannya.
Jun beralih menatap David yang kembali fokus pada laptopnya, ia memiringkan kepalanya sedikit mengintip apa yang sedang dilakukan oleh saudaranya itu dan ternyata sedang menyusun kembali jadwalnya dengan pasien-pasien yang sudah memiliki janji dengannya sebelum kebakaran terjadi.
Setelah mengetahuinya, Jun kembali pada posisinya. Ia kembali menatap ke arah adik-adiknya yang sibuk dengan ponsel mereka masing-masing, kecuali Travis yang masih duduk bersandar dengan wajah kesal.
"Btw... Belum menemukan pelakunya? Orang yang meledakkan rumah sakit," tanya Justin memecah keheningan.
"Iya,ini sudah cukup lama dari waktu kejadian. Tumben sekali kalian belum menemukannya,biasanya itu hal yang mudah dan cepat kalian atasi," sahut Sam.
Biasanya kalau ada masalah yang cukup serius,ketiga anak tertua akan bekerja sama mencari dalang dibalik semuanya dan itu tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya.
"Belum. Cukup sulit menemukan siapa dalangnya,mereka memakai pihak ketiga dan orang dari sidik jari yang ditemukan di lokasi, semuanya tidak ada yang mau mengaku," ujar Jun.
Mereka seolah-olah sudah bersumpah untuk tidak mengatakan siapa yang menyuruh mereka, bahkan katanya saat diinterogasi sampai disiksa mereka lebih memilih mati daripada mengatakannya. Sangat merepotkan memang.
Bersamaan dengan itu seorang pria dengan jas rapih datang menghampiri mereka dengan sebuah map berisi berkas di dalamnya.
"Permisi tuan," ucap pria itu yang merupakan sekertaris pribadi Jun. Sapaan itu membuat mereka mengalihkan perhatian ke sekertaris Jun.
"Ada apa?" Tanya Jun, tumben sekali sekertaris nya ini datang kesini.
"Orang suruhan tuan tadi datang ke kantor,mereka sudah menemukan pelaku yang menyuruh orang-orang itu meledakkan rumah sakit. Dalam map ini berisi data-data dari orang tersebut tuan, silahkan," jelas sekertarisnya memberikan map yang dibawanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
General FictionMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...