Nyatanya,sampai jam makan siang dokter Satria tidak beranjak dari duduknya, dia makin asyik mengerjakan pekerjaannya seolah-olah melupakan keberadaan Naya disini.
Tadi ada suster yang datang, Naya meminta tolong tapi suster itu malah di husir dengan cepat oleh dokter Satria jadilah dia gagal kabur.
Naya menghela nafas, dengan posisi berbaring menyamping dia menatap dokter Satria yang tampak serius di meja kerjanya sedang mengetikkan sesuatu di laptopnya.
"Dokter," panggilnya, tapi tak ada tanggapan.
"Dokter Satria," panggilannya sekali lagi, tapi sekali lagi tak ada tanggapan. Naya berdecak kesal, dia bangun mengambil posisi duduk.
"DOKTER SATRIA!" teriaknya kencang membuat dokter Satria menoleh ke arahnya dengan tatapan terkejut.
"Pelan-pelan saja panggilnya,saya tidak tuli," ucap dokter Satria.
Naya mendengus,"Saya udah -"
"Aku," koreksi dokter Satria.
"Hah?"
"Jangan pakai saya tapi aku," ucap dokter Satria.
Naya mengernyit heran,tapi dia bodo amat, "Aku udah panggil-panggil dari tadi tapi dokter nggak nyaut, giliran diteriakin malah gak terima!" Protesnya.
"Keluarin aku dari sini! Ini udah jam makan siang! Aku laper pengen makan," sambung Naya, perutnya sudah berbunyi sedari tadi.
Dokter Satria mengalihkan tatapannya ke arah Naya lalu melihat ke arah jam yang melingkar di tangannya, dan memang benar sudah masuk jam makan siang.
"Kam-"
Tok! Tok! Tok!
Ucapan dokter Satria terpotong mendengar suara ketukan pintu.
"Masuk," ucapnya.Dan masuklah seorang dokter yang ternyata itu adalah dokter Jaden.
Mata Naya berbinar melihat kedatangan dokter Jaden.
"Dokter Jaden!" Serunya dengan senang. Dokter Jaden menoleh saat Naya memanggil namanya, dia menatap heran sedang apa Naya disini?
"Kamu ngapain disini?" Tanyanya sambil berjalan mendekati Naya.
Naya langsung memegang tangan dokter Jaden.
"Syukurlah dokter datang, tolong dok saya disekap sama dia!" Ujar Naya sambil menunjuk ke arah dokter Satria yang menatapnya dengan datar.Dokter Jaden menoleh ke arah rekannya dan kembali menatap Naya, "Emang kamu habis ngapain?" Tanyanya.
Naya menggeleng, "Saya gak ngapa-ngapain! Tiba-tiba dia ngangkat Saya terus dibawa kesini dan gak dibolehin keluar," Adunya.
"Sudah tidak usah dengarkan dia, apa tujuan mu kesini?" Ucap dokter Satria berjalan mendekat menghentikan Naya yang mengadu ke dokter Jaden.
Dokter Jaden berbalik menatapnya,"Aku kesini mau mengajakmu makan siang bersama, tapi sepertinya kau sedang sibuk," ucapnya sambil melirik ke arah Naya yang masih memegang tangannya.
Dokter Satria melepaskan pegangan tangan Naya dari tangan rekannya itu membuat Naya mendelik ke arahnya.
"Maaf, lain kali saja aku makan disini," ucapnya menolak ajakan dokter Jaden.
"Saya ikut ya dok,laper," ujar Naya cepat, ini adalah satu-satunya kesempatan supaya dia bisa keluar dari sini.Dokter Jaden kembali menatap Naya.
"Gak kamu disini aja," ucap dokter Satria.
"Apaan sih, situ siapa kok ngatur?" seru Naya kesal.
"Dokter yaaa aku ikuuut..." rengeknya ke dokter Jaden mencoba membujuk dokter gigi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's A Dream?✔️
Ficção GeralMakasih udah mampir *** book ke 2 Being a sister baca being a sister dulu baru baca ini *** Jadi semuanya tidak nyata? Apa yang ia alami itu hanyalah mimpi? Tapi kenapa semuanya begitu nyata? Ini tentang Naya yang mencoba menghindari kejadian yang...