33 | KEHILANGAN KETUA OSIS

2.2K 136 12
                                    

h a p p y r e a d i n g
.
.
.
.

Pagi ini, Cassandra kembali berangkat ke sekolah setelah 2 hari berlibur dengan alasan sakit.

Cassandra menatap dirinya sendiri melalui pantulan cermin.

Seragam yang nge pas di tubuhnya dan rambut yang di ikut satu menyisakan poni pinggir tipis terlihat begitu cocok untuk Cassandra.

Sejenak cassandra tersenyum menatap dirinya sendiri.

"Bentar lagi lo udah gak makai seragam ini lagi sa." Gumam cassandra pada dirinya sendiri.

Merasa cukup puas memandangi dirinya sendiri kini cassandra mengambil tas sekolahnya dan beranjak pergi meninggalkan kamar nya untuk segera bersekolah.

— ⛓️ —

Setiba nya di sekolah, Cassandra harus dibuat kesal kala guru memerintahkan seluruh murid untuk berkumpul di lapangan.

Hal yang cassa benci setelah takdir kehidupan nya sendiri adalah berkumpul di lapangan, tepat dibawah terik panasnya matahari yang dapat membakar kulit mulusnya.

"Aca!"

Cassandra menoleh saat seseorang memanggil nya.

Sudah lama sekali Cassandra tak mendengar panggilan itu sejak terakhir kali ia kembali pulang pada genggaman keluarganya.

"Lo udah tau berita belum?" Tanya varro saat telah berada tepat di hadapan Cassandra.

Mendengar pertanyaan varro sontak membuat cassandra mengerutkan keningnya penasaran.

"Berita apa?" Tanya balik gadis itu menandakan bahwa ia sama sekali belum mengetahui suatu hal yang terjadi.

Vino menarik nafas kasar.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun vino menggandeng tangan cassandra dan menariknya menuju lapangan tempat kini semua murid berkumpul.

Sementara di belakang cassandra, ada arsen yang sejak tadi mengikuti gadis itu.

Arsen tersenyum tipis melihat tangan cassandra yang di gandeng oleh pria lain.

"Banyak orang yang suka sama lo sa, tapi kenapa yang lo suka malah si brengsek javier." Gumam Arsen menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan pola pikiran Cassandra.

— ⛓️ —

Sementara Cassandra yang baru saja tiba di lapangan bersama varro dan di ikuti arsen dibelakang nya sontak dibuat terkejut saat melihat banyak guru yang menangis di depan sana.
Melihat itu tentu Cassandra dan arsen saling menatap.

Rasa curiga muncul begitu saja dalam hati keduanya.

Seorang guru yang bertugas sebagai guru ke siswaan maju ke tengah lapangan sembari memegang mikrofon.
Sesekali guru itu mengusap air mata nya yang tak kunjung berhenti membasahi pipinya.

"Maaf mengumpulkan kalian disini secara mendadak. Tapi kalian pasti tau apa yang akan kami sampaikan karena berita nya pasti sudah tersebar luas di grup kalian kan." Tutur guru kesiswaan itu.

JAVIECAS [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang