38 | PERMINTAAN TERAKHIR

1.6K 108 9
                                    

h a p p y r e a d i n g
.
.
.
.
.


Seorang gadis melangkah pelan memasuki sebuah ruangan.

Suara isak tangis pria dewasa yang begitu pilu langsung gadis itu dengar ketika memasuki ruangan tersebut.

"Papa.." lirihnya.

Langkah gadis itu terhenti saat pria yang di panggil nya papa menoleh menatap nya.

"Aca.."

Hancur!

Hati cassa hancur seketika saat mendengar panggilan lirih itu.

Cassa kembali melangkahkan kaki nya mendekati brankar rumah sakit yang tengah di tempati seorang wanita cantik dengan kain putih yang hampir menutupi seluru tubuhnya.

"Aca telat ya ma?" Satu tetes bulir air mata jatuh membasahi pipinya yang mulus.

Bukan hanya satu. Air mata itu terus jatuh membasahi pipi nya bersamaan dengan isak tangis yang mulai keluar dari bibir cassandra.

"Ma, sakit ma. Aca sakit disini.. tolong bawa aca ma." Isak tangis yang begitu pilu dari Cassandra membuat pria yang berstatus sebagai suami airin itu terdiam tak bergeming.

Pria itu juga sama sakitnya karena ditinggal oleh sang istri namun saat melihat cassandra, ia sangat tau bahwa rasa sakit yang gadis itu rasakan lebih dari apapun.

Gadis kecil itu menyimpan banyak luka.

"Mama, ayo bawa
Aca. Jangan tinggalin Aca disini ma.." Cassandra menangis terisak seraya memeluk tubuh airin yang telah dingin dan kaku.

Cassandra mencium berkali-kali wajah airin berharap wanita yang memiliki peran ibu tak sedarah dalam hidupnya itu kembali.

"Mama!" Pekik cassandra semakin histeris saat perasaan sesak terus menerus menusuk dada nya.

"Jangan tinggalin aca ma, jangan pergi. Tetap disini, aca mohon.. kalau mama mau pergi mama harus bawa aca! Mama gak boleh pergi sendiri! Mama dengar aca kan?! Mama gak boleh pergi sendiri!" Tutur cassandra semakin histeris membuat tian beranjak dari tempatnya dan beralih mendekati cassandra.

"Udah ya nak, mama udah tenang disana. Papa juga sedih mama pergi, tapi semua udah jalan tuhan.." Tutur Tian berharap dapat menenangkan cassandra.

"Aca mau mama pa.. aca butuh mama." Lirihnya.

"Kamu tau? Dari dulu mama pengen banget punya anak cewek, tapi sayangnya habis melahirkan javier mama udah gak bisa hamil lagi, papa sama mama aja gak tau kenapa bisa gitu. Tapi yang pasti hal itu buat mama sedih karna ke inginan dia yang mau punya anak cewek pupus." Tian terdiam sejenak.

Pria itu tersenyum sendu dengan bulir air mata yang menetes kembali dari pelupuk matanya.

"Terus semenjak kejadian itu, entah kenapa mama sama papa jadi sering berantem sampai pernah cerai. Tapi akhirnya kami rujuk lagi.

"Kamu tau kenapa kami bisa rujuk lagi?"

Cassandra yang mendengar pertanyaan itu sontak menoleh dan menggeleng pelan.

"Karna orang tua kamu. Mereka berdua berjuang biar kami bisa rujuk lagi demi javier bisa dapat kehidupan yang sempurna dengan orang tua lengkap. Orang tua kamu terlalu baik ca.." Tutur Tian membuat cassandra bungkam seketika.

"Mereka juga nitipin kamu sama kami dengan alasan menjauhkan kamu dari keluarga altair. Padahal nyatanya, mama papa tau kalau alasan mereka nitipin kamu ke kami bukan cuman itu, tapi karna mama airin ingin anak cewek."

Cassandra terkekeh pelan mendengar penunturan tersebut.

"Seharusnya mama sama papa gak perlu nitipin aku sama kalian. Seharusnya aku tetap sama keluarga gila itu daripada aku harus ngebebanin kalian." Ungkap nya membuat tian bungkam seketika.

- ⛓️ -

Dua insan berbeda kelamin yang terlihat begitu kelelahan duduk bersebelahan di kursi tunggu rumah sakit.

Keduanya hanya diam dengan tatapan kosong kedepan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Cukup lama terdiam hingga tiba-tiba keduanya serentak terkekeh miris saat kedua insan itu sama-sama kembali menjatuhkan satu bulir tetes air mata dari pelupuk mata.

"Sakit jav, sakitnya udah gak bisa dijelaskan lagi." Lirih cassandra mengusap kasar pipinya yang basah akan air mata.

Begitu pula javier yang berada di sebelahnya. Cowok itu mengusap kasar pipinya sendiri, menghapus jejak air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

"Semuanya terlalu cepat sa, hari ini benar-benar buat gue hancur." Lirih javier.

"Mama kenapa bisa meninggal? Racunnya se berbahaya itu ya?" Cassandra menoleh berharap javier memberikan jawaban yang ia inginkan.

"Gue juga gak tau. Mama pulang bawa makanan yang ternyata di makanannya ada racun. Sekarang pihak polisi juga lagi nge cek ke toko makanan itu." Jawab javier.

Javier menoleh, pandangan keduanya bertemu dan saling beradu tatap dengan tatapan yang sangat memprihatikan.

"Semuanya ada hubungan nya sama deon kan?"

Deg!

Cassandra diam tak bergeming membuat javier terkekeh kecil.

"Abang lo harus mati sa." Desis javier.

"Gue mohon, lari jav. Kabur sejauh mungkin sama papa tian. Gue gak mau ada korban lagi. Cukup lingga sama mama." Tutur cassandra.

"Gue gak akan lari. Gue harus mastiin abang lo mati di tangan gue." Balas javier penuh penekanan.

"Gue yang bakal bunuh deon dengan tangan gue sendiri. Jadi gue mohon, lari sejauh mungkin. Ini permintaan terakhir gue, untuk lo javier."

. to be continued .

.
.
.

Tadi ada yang komen di postingan instagram aku, jadi aku up lagi malam ini.

Kalau kalian mau aku up lagi secepatnya, ayo komen di POSTINGAN INSTAGRAM aku.


Postingan yang ini !
Instagram
@naadaablas.wp

JAVIECAS [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang