37 | DERAJAT

1.4K 96 8
                                    

. h a p p y r e a d i n g .

.
.
.
.

Deon terdiam tak bergeming di tempat nya.

Cowok itu hanya diam tak melawan di saat cassa berulangkali memukul tubuh dan menampar wajahnya.

"Gak gini caranya deon! Lo bisa ngekang gue tapi jangan nyakitin orang sekitar gue.." Sentak cassandra tak kunjung berhenti memukuli tubuh kekar deon.

Sementara Arsen kini berada di belakang Cassandra.

Manik arsen menatap tajam wajah tak bersalah Deon.

"Dari mana lo tau gue yang ngeracunin orang tua itu?" Ujar deon membuka suara setelah sedari tadi hanya diam.

Suara berat deon terdengar berbeda dari sebelumnya.

Ada amarah yang terpendam dalam dirinya, cassandra sadar akan hal itu.

Tapi untuk saat ini, bukankah harusnya cassandra yang mengeluarkan amarahnya?

"Penting buat lo gue tau darimana? Atau lo mau ngebunuh orang yang ngasih tau itu juga?" Tanya cassandra memberhentikan pergerakan nya.

"Gue gak masalah lo mau jadi pembunuh. Lo bebas mau ngebunuh berapa banyak orang di luaran sana kaya kakek sama papa dulu! Tapi jangan  orang sekitar gue yang jadi korbannya la deon! Jangan mama airin sama lingga. Jangan mereka.." Tutur cassandra.

Nafas cassandra tak lagi beraturan.

Dadanya begitu sesak mengingat banyaknya siksaan batin yang selama ini dirinya dapat kan.

Seharusnya dulu ia tak mudah luluh dan memilih kembali ke mansion ini.

Seharusnya dulu, cassandra tetap pada pendiriannya nya untuk terus bersama keluarga javier.

Jika bisa pun, seharusnya cassandra tidak lahir di dalam lingkaran keturunan altair.

Cassandra tak masalah jika ia lahir sebagai orang tak sempurna, yang penting ia tidak lahir sebagai keturunan altair.

Keturunan yang di luar sana di idamkan banyak remaja karena kesempurnaan keluarga altair, mulai dari bentuk rupa rupawan nya, harta yang berlimpah dan orang yang terpandang. Padahal nyatanya,  yang mereka inginkan ini adalah keturunan gila.

Keluarga altair tak seperti yang mereka bayangkan.

Keluarga ini suram.

Keluarga ini tak memiliki cahaya sedikit pun.

Mereka menyukai teriakan histeris para makhluk hidup.

Mereka menyukai adegan saat darah mengalir deras dari bagian tubuh yang terluka.

"Ada apa ini? Kalian tidak bisa sehari saja tidak bertengkar."

Pratama yang baru saja tiba di lantai satu itu berujar sembari menatap nyalang kedua cucunya.

"Selain lo yang kaya anjing, ternyata ada ketuanya yang kaya setan." Tutur cassandra melirik pratama dan deon bergantian.

JAVIECAS [ SEGERA TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang