.
.
.
.
.
.h a p p y r e a d i n g
.
.
."Ayo pulang, kita sekalian ke markas arogas dulu." Tutur arsen seraya menggenggam tangan cassandra.
Cassandra menoleh, gadis itu menatap sekilas genggaman tangan arsen dan kembali menatap wajah tampan pemuda berumur 20 tahun yang memakai seragam SMA di hadapannya.
"Duluan aja, gue pulang sama javier." Balas Cassa melepaskan genggaman arsen.
"Abang lo gak ngasih izin lo dekat sama dia cassa. Nurut sama gue ya? Kita pulang bareng." Tutur arsen penuh kelembutan.
Cassa menggeleng kembali menolak ajakan arsen.
Hari ini adalah hari yang tak boleh di sia-siakan bagi cassandra, pasalnya javier pagi tadi secara mendadak mengajaknya pulang bersama dan mampir sebentar bertemu airin.
Cassa tau bertemu dengan airin sama saja dengan mengambil resiko.
Karena bagaimana pun pratama sudah melarang nya untuk bertemu lagi dengan keluarga javier dan deon pun sangat melarang keras kedekatan Cassa dengan javier, namun Cassa tak peduli.
Jika mereka menyakiti javier dan keluarganya, cassa akan turun tangan. Cassa akan menjadi tameng terbesar untuk keluarga itu.
"Cassa, buka ingatan lo, ingat semua masa lalu yang pernah terjadi sama lo, cowok itu pernah nyakitin lo sa, dia ngejatuhin mental lo di depan banyak nya orang." Ujar Arsen.
Cassa tak menyahut. Ia tak mau bertengkar dengan arsen seperti ia bertengkar dengan deon.
"Gue duluan ya, javier udah nunggu." Pamit cassandra dan berlari mendekati javier yang berada di ujung koridor menatapnya.
Melihat kepergian cassandra, arsen mengeluarkan handphone nya mengubungi nomor deon tanpa basa-basi.
"Cassa pergi lagi sama javier. Gue gak tega maksa adek lo buat tetap pulang sama gue." Tutur arsen setelah panggilan nya dengan deon tersambung.
Dari sebrang sana, arsen dapat mendengar decihan khas deon yang arsen yakini, cowok itu kembali naik pitam.
Arsen sendiri bingung dengan deon sekarang, semenjak kepulangan cassandra, Emosi cowok itu selalu tak terkontrol.
Padahal dulu saat mengawasi cassandra dari jauh deon tak separah ini, tapi entah kenapa sekarang semuanya berubah.
"Lo kenapa?" Tanya arsen kala deon sama sekali tak bersuara dan hanya decihan nya saja yang arsen dengar dari tadi.
"Cassa sekarang keras kepala, gue tiap hari selalu bertengkar sama dia. Padahal kakek udah ngancam dia tapi kepala batu nya itu tetap selalu menang ngelawan kami, ancaman kami cuman di anggap angin lalu doang sama cassa anjing." Keluh deon dari sebrang sana.
Arsen terkekeh, cowok itu melangkah menuju parkiran tempat motornya berada dengan handphone yang masih setiap ia dekatkan pada telinganya.
"Dia nganggap ancaman kalian gak berguna karena gak ada bukti. Bunuh salah satu hama yang dikenalnya, pasti cassa gak bakal berani ngelawan lagi." Saran Arsen.
"Apa perlu gue bunuh javier nya langsung?" Tanya deon dari sebrang sana.
"Silahkan."
- ⛓️ -
Cassa turun tak sabaran dari motor sport bewarna hitam milik javier.
Gadis itu berlari kegirangan memasuki rumah minimalis nan mewah di hadapannya.
"MAMA!" Teriak Cassa penuh kesenangan membuat javier yang berada di belakang nya diam diam tersenyum tipis.
Sementara dari kamar, airin yang mendengar teriakan tak asing yang selama ini ia rindukan pun sontak langsung beranjak keluar.
Tatapan airin dan cassandra bertemu. Keduanya saling merekahkan senyum manis.
Airin berlari tak sabaran mendekati cassandra, menerjang nya dengan sebuah pelukan hangat.
"Kenapa kamu gak pernah gak sini lagi aca.. mama kangen." Lirih airin memeluk erat cassandra dengan tangan yang bergerak mengelus lembut surai cassandra.
"Maaf ma.." balas cassandra pelan. Ia tak ingin berbicara apapun saat ini, biarkan cassandra memeluk airin lebih lama.
Cukup lama keduanya berpelukan, kini cassandra melepaskan pelukan hangat itu, manik tajam gadis itu menatap dalam manik teduh airin.
"Who are you?" Tanya airin pelan.
"Cassandra."
Airin tersenyum tipis, gelengan pelan ia berikan.
"Mama mau aca, bukan cassandra." Lirih airin.
Cassandra terdiam sejenak.
"Maaf." Lirih cassandra.
Tatapan yang tajam itu mendadak berubah menjadi sendu.
Tatapan sendu itu cukup membuat javier tertegun.
"Kenapa sayang?" Tanya airin beralih mengelus pipi cassandra.
Cassandra menunduk. Tangannya menggenggam tangan airin yang berada di pipinya.
"Sebulan tinggal di rumah itu, Cassa langsung gak bisa ngendaliin diri lagi ma. Semuanya berubah seperti awal dulu." Tutur cassandra.
Airin tersenyum sendu. Ia sudah yakin ini akan terjadi.
Dirumah itu, cassandra pasti selalu dilarang keras bersikap ramah.
Semua hal sadis dipaksa melekat pada diri gadis itu.
Menjadikan cassandra monster seutuhnya. Memaksa gadis itu meninggalkan kepribadian protagonis nya yang selama ini selalu ditunjukkannya di hadapan semua orang.
"Cassandra.. mau gimana pun kamu sekarang, mau segimanapun mereka mendidik kamu, Rumah kami selalu terbuka untuk kamu kembali." Tutur airin.
"Cassa monster ma. Cassa ngelukai banyak orang. Darah-darah manusia selalu ada di sekeliling cassa." Tutur cassandra membuat javier menghampiri keduanya.
"Kalau mama bilang rumah kami selalu terbuka buat lo, ya pasti selalu terbuka. Mau lo jadi monster, jadi iblis, jadi anjing atau apalah itu, rumah ini tempat lo pulang." Tutur javier.
Cassandra menoleh, menatap sendu cowok yang dulu mengambil seluruh hatinya.
Namun sayang, sekarang cassandra tak lagi mengukir nama javier di hatinya.
Cassandra tak mau javier di cintai gadis keturunan monster seperti nya.
Javier layak di cintai gadis sempurna di luar sana.
— to be continued —
.
.
.
.HARAP FOLLOW DAN TINGGALKAN JEJAKNYA YA MY.
JANGAN LUPA MAMPIR INSTAGRAM
@naadaablas.wp
KAMU SEDANG MEMBACA
JAVIECAS [ SEGERA TERBIT ]
Ficção Adolescente"Gak usah ngancurin hidup gue." - Javier nalendra Aditya. "Gue gak nyakitin lo, jadi kenapa lo hancur?" - Cassandra Zahra Aqila. "Dengan adanya lo di hadapan gue, itu sama aja ngehancurin hidup gue." - javier nalendra Aditya. ••••••• Javier itu luk...