Mitha benar-benar merealisasikan keputusannya untuk resign dari tempat kerja dengan alasan, ingin fokus pada pemulihan tangannya. Meskipun menurut Raden, itu bukanlah hal yang besar dari urusan pekerjaan. Toh, Mitha juga masih bisa mengajukan WFH.
Hari ini adalah hari kelima Mitha menjadi pengangguran dengan tangan yang masih terpasang gips dan harus mengurusi rumah seharian nanti. Raden yang baru mendapat clien untuk mengurusi masalah Wedding pun harus kembali bekerja.
Pagi tadi setelah dirinya bangun lebih dahulu sebelum Mitha, ia membantu meringankan pekerjaan Mitha nantinya, mungkin mengangkat jemuran dan memasak sarapan.
"Mit, kalo butuh bantuan gue, panggil aja." Mitha mengangguk dan masuk kamar mandi.
Sementara Raden masih sibuk mencari kemana perginya kaus kaki sebelah kanan yang akan dipakai hari ini. Bisa-bisanya kaus kaki Raden sisa sebelah kiri semua, mana semua beda warna lagi. Kan kalo tetep di pake, bakal keliatan perbedaanya.
"Mit! Liat kaus kaki gue nggak?!" Teriak Raden di depan pintu kamar mandi.
Karena masih tak mendapat jawaban, Raden kembali mencari di laci lemari sebelahnya. Ia hanya mendapati sederet kaus kaki milik Mitha yang tersusun rapi sesuai dengan warnanya.
"Buset, banyak juga kaus kakinya." Ia menatap takjud laci lemari Mitha, "Ini kalo gue pinjem sepasang, bakal tau nggak ya?"
"Mit! Gue pinjem kaus kaki punya lo ya?!" Masih tak mendapar jawaban juga, sampai pada akhirnya Raden pun mengambil sepasang kaus kaki warja hijau botol dan langsung memakainya.
"Mit! Gue pinj----"
"Apasih, manggil-manggil! Gak tau gue lagi mandi apa hah?!"
Raden menengadah, matanya melongo melihat Mitha yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan balutan handuk sampai sebatas pahanya.
Mitha habis mandi memanglah patut diacungi dua jempol. Wajah dengan butiran tetes air di lengkapi dengan bibir merah yang kelihatan basah dan anak rambut yang menempeli sebagian permukaan wajahnya, menjadikan Mitha sangat terlihat begitu cantik.
"Mata lo mau gue colok hah?!" Tangan Mitha menodongkan sikat gigi yang masih dia pegang, "Gue belom selesai sikat gigi nih."
"S-ssantai dong santai hehe." Kata Raden sambil sedikit curi-curi pandang ke tubuh Mitha.
"MATA LO! beneran pengen gue colok ya!"
Tangan Raden melambai di depan, "Enggak-enggak. Gue cuman mau pinjen kaus kaki lo doang, nih." Ia mengacungkan kakinya yang sudah di balut kaus kaki hijau botol milik Mitha.
"Ck. Tinggal pake, ribet amat."
"Yaudah. Pinjem ya." Mitha melirik malas, ia akan kembali masuk kamar mandi sebelum dihentikan Raden. "Btw. Lo ternyata cantik, Mit."
"Jelas lah!"
Ditinggal Mitha yang baru mengibaskan rambut basahnya dengan rasa percaya diri yang tinggi, Raden dibuat terkekeh. Selama ini, baru ia sadari ternyata Mitha memang cantik kalau habis mandi kayak tadi. Apalagi cuman pake handuk sebatas paha doang, damage abis!
Ehehehe...
*****
Sampai kantor di jam kerja yang sudah di mulai, Raden langsung menuju ruang diskusi karena sudah ditunggu clien yang memakai jasa WO nya untuk konsultasi. Ia tak sendiri, ada Nopal yang akan bertugas untuk mencatat keinginan clien nanti.
Sementara Raden memberikan rekomendasi beberapa dekorasi yang diminta cliennya dan mendapat berbagai penolakan, ia akhirnya memilih untuk mengikuti usulan clien yang menurutnya sangat bawel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Impossible [end]
Teen FictionSahabat katanya? Adakah pria dan wanita yang sahabatan selama bertahun-tahun tanpa melibatkan perasaan diantara mereka? Well, Paramitha Tribuana dapat dengan sombong mematahkan segala sesuatu yang mengatakan kalau bersahabat dengan lawan jenisnya...