Mendekati hari menuju lebaran, Mitha yang kerjaannya hanya memasak untuk sahur dan berbuka, kini disibukan oleh urusan rumah yang akan menjadi tempat berkumpul keluarga besar Raden. Kata Ibu keluarga besar Raden ingin berkunjung ke rumah Mitha dan Raden, oleh sebab itu Mitha dengan penuh effort membersihkan seluruh sudut rumah tanpa ada yang ketinggalan.
Raden yang sudah mengambil cuti selama satu minggu itu, ikut membantu Mitha, mencuci tikar. Sedangkan Mitha mengelap seluruh jendela dari luar sampai dalam, menyingkirkan sofa agar bisa digelari tikar untuk mengobrol bersama di ruang tamu supaya tempatnya lebih lega.
Karena malam nanti akan takbiran dan besok sudah lebaran, Mitha tak lupa akan membeli aneka jenis kue dan camilan ringan untuk keluarganya dan tamu yang akan datang. Perkiraan sore nanti Ibu dan yang lainnya sudah sampai, karena sekarang mereka sudah masuk ke tol Cikampek.
"Den! Lansung jemur di pager aja, nanti airnya di vakum biar nggak terlalu basah."
Raden yang masih memegang selang guna membilas busa pada karpet, menurut. Ia mengangkat karpet berukuran sedang itu untuk di jemur. "Apa lagi yang mau di cuci."
"Udah nggak ada, abis ini beli kue buat di ruang tamu, ya." Mitha mendekat, memeras kanebo sebelum di hempaskan, cipratannya mengenai sebagian baju Raden.
"Nyiprat, Mit." Ia mengelap kaosnya yang terkena cipratan kanebo Mitha, "Mau nyari kapan?"
"Sekarang aja gimana?"
Raden menyetujui, ia mengambil kunci mobil dan langsung memanasi mobil tanpa mengganti pakaiannya. "Nggak ganti baju dulu, basah itu."
"Nggak usah. Tar juga kering sendiri."
Terserah lah, Mitha malas menanggapi. Ia berganti baju menjadi setelan yang lebih pantas, karena kaosnya tadi sudah setengah basah terkena cipratan kanebo.
Masuk ke dalam mobil, Raden segera menancap gas keluar gerbang, setelah keluar, ia menutup gerbang rumah. Menikmati legangnya jalanan kota Jakarta, saat ini mereka memasuki kawasan supermarket yang lumayan ramai.
Mitha memilih berbagai kue kering dan camilan ringan, memasukan ke dalam troly yang di dorong Raden, Mitha berbalik menghadap Raden, "Ibu sama Bapak suka apa?"
"Lo."
"Hah?!"
"Ck, Ibu sama Bapak suka apa aja yang lo suguhin. Mereka nggak pemilih." Terangnya.
Mereka mengisi troly dengan berbagai ku kering, karena lebaran pertama akan diadakan di rumah Mereka, Mitha menyiapkan secara cukup makanan suguhan untuk keluarga besar Raden.
Setelah lebaran pertama, malam harinya mereka akan langsung pulang ke kampung Mitha lagi, mengunjungi kedua orang tua Mitha. Setelahnya baru ke kampung Raden, Astaga Mitha tak bisa membayangkan akan secapek apa mereka.
Untung saja Mitha bisa menyetir mobil, jadilah bisa saling bergantian. Agak kasian juga sih kalo Raden yang nyetir sendiri.
"Udah? Beli apa lagi?"
Mitha tersenyum cerah ditanya seperti itu, terimakasih kepada tuhan dan kedua orangtuanya yang sudah memilihkan Raden menjadi suaminya, ternyata dia sangatlah royal.
"Beli baju lebaran. Boleh?" Mitha berusahan menampilkan wajah imut, seperti saat dia meminta baju lebaran kepada Ayah.
"Gausah kayak gitu. Tinggal beli aja, jangan kaya orang susah."
"Asik!" Ia melompat sekali, menggenggam tangan Raden tanpa sadar dan menggoyangkan ke depan lalu ke belakang.
Mereka berdua beralih menuju salah satu mall di Jakarta Barat. Memasuki store yang menjajakan berbagai macam pakaian model terkini dari yang muslin sampai baju keseharian. Mitha berbinar, mencium aroma pakaian baju, sudah lama sekali dirinya tidak belanja seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Impossible [end]
Teen FictionSahabat katanya? Adakah pria dan wanita yang sahabatan selama bertahun-tahun tanpa melibatkan perasaan diantara mereka? Well, Paramitha Tribuana dapat dengan sombong mematahkan segala sesuatu yang mengatakan kalau bersahabat dengan lawan jenisnya...