3 : Cuti dan ?

50 3 0
                                    

Raden Megantara. Pria berwajah oriental khas pribumi Indonesi yang memiliki kulit kuning langsat dominan cerah dengan proporsi tubuh tinggi menjulang dan gaya kasualnya. Terkesan sombong.
Dibaca dari dua kata namanya saja, sudah diyakini kalau Raden adalah keturunan Jawa asli, ditambah wajah oriental ala-ala anak keraton. Tapi, semua itu dapat lenyap dalam seketika saat tau sifat asli yang dimiliki Raden.

Jahil, nggak bisa diem, suka ngeledek, dan bermulut pedas. Nggak mencerminkan banget kalau dia seorang berdarah kental dari Jawa.

Mitha dan Raden pernah menjadi sahabat, sebelum terlibat oleh tantangan remeh yang disebabkan mereka sendiri. Mitha nggak mau sampai jatuh dalam sejuta jurus dari Raden yang akan menghalalkan segala caranya agar menang dari tantangan itu.

Maka dari situ, Mitha memilih untuk merantau kerja di Jakarta, meninggalkan kota hujan tempat kelahirannya.

"Ngapain lo?!"

"Masih punya mata kan, lo? Gak liat gue lagi jongkok begini?" Kan, sudah dibilang, Raden ini mulutnya pedas, bisa banget deh dijadiin juru bicara tim kontra.

Hening

"Biasa aja, gausah ngegas gitu dong!" Sahut Mitha dengan lirikan malas pada Raden.

"Lo juga ngegas."

"Lo duluan."

Raden yang tadi jongkok di depan kakinya, kini memilih duduk, mengisi kursi samping Mitha yang kosong. "Masih sakit gak?"

"Masih lah! Lo pikir dengan sekali pijet kayak tadi, kaki gue bakal langsung sembuh, terus bisa lari kocar-kacir gitu!"

Masih kesal karena kehadiran tiba-tiba Raden, Mitha hampir tak bisa menahan emosi kali ini. "Udah bagus gue bantu, bukannya berterimakasih, ngegas mulu ngomongnya."

Bantu katanya? Bantu apaan! Timbang mijet bentaran juga kagak bakal bikin kaki Mitha yang kesleo langsung sembuh. Justru malah bikin kakinya tuman, kalo gak dipijet lagi sakitnya bakal nambah.

"Bodoamat! Mending gue balik!"

"Yaudah sono." Mulut Mitha menggeram kesal, apa-apaan Raden ini. Seandainya kalau kaki Mitha dalam keadaan sehat, sudah pasti akan ia tendang kaki Raden yang selonjoran nyantai itu.

Masih dengan tertatih dan menahan rasa sakit yang semakin menjalar, bahkan kepalanya pun ikut pusing saking sakitnya kaki kesleo ini. Mitha benci kelemahannya disaksikan oleh sepasang mata lain.

"Kalo gak mau nambah sakit kaki lo sih, saran gue mending naik mobil."

Apa maksudnya? Menawari Mitha tumpangan kah? Oh tidak! Ini Raden Megantara. Nggak mungkin dia secara cuma-cuma memberikan tawaran.

"Nggak perlu!"

Raden mengedikkan bahunya mendapat jawaban ketus dari Mitha, laki-laki itu tersenyum miring melihat bagaimana cara jalan Mitha. "Oke."

Tak sampai 5 meter Mitha berjalan, napasnya sudah ngos-ngosan, diikuti juga dengan rasa sakit yang semakin menjalar. Boleh nggak sih dia terima aja tawaran dari Raden tadi? Tapi, mana mungkin yang tadi adalah sebuah tawaran. Nggak ada yang tau sifat asli Raden seperti apa, kecuali dirinya.

Tinn Tinn

"Yakin lo nggak mau naik mobil?"

Klakson motor yang dikendarai Raden mengalihkan atensi Mitha, Raden with Motor matic hitam ganteng kesayangnya dari jaman kuliah is another level. Beneran ganteng kalo dilihat begini, Mitha bahkan sampai bengong.

"Woy! Malah bengong."

Kesadaran Mitha dikumpulkan secara cepat dari lamunannya, "Sama lo?"

"Hah? Apanya yang sama gue? Lo gak liat gue bawa motor sekarang."

Wedding Impossible [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang