his smile beautiful as hell

984 74 2
                                    

Ini adalah hari ketigaku di Jakarta, dan kota ini panasnya minta ampun. Hingga aku harus menyalakan kipas angin 24/7 tanpa henti. Bahkan, saat hujan deras disertai petirpun udaranya tetap panas. Hingga aku tidak tahan berlama-lama memakai baju panjang.

Aku menghela napas panjang saat melihat undangan pensi dari sekolah nanti sore. Untuk perpisahan kelas 12, sekolah baruku ini memang mengadakan pensi selama tiga hari. Dan hari ini adalah hari terakhir. Lalu, di hari terakhir ini panitia pensi memutuskan untuk mengundang calon murid SMA Jaya Raya. Katanya, sekalian mencari teman baru biar Senin nanti sudah punya kenalan saat MOS.

Tentu saja, aku yang baru pindah ke Jakarta 3 hari lalu belum punya kenalan sama sekali. Jadi acara ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk mencari teman baru. Kebetulan tempat kosku dan gedung sekolah tidak terlalu jauh. Jadi, tidak ada salahnya jika aku datang ke sana.

Lagian bintang tamunya juga seru. Ada Nadin Amizah dan Tulus.

Lalu aku pun memutuskan untuk menyudahi menggambarku, dan segera mandi untuk bersiap-siap. Untungnya tempat kosku ini punya kamar mandi sendiri dan benar-benar nyaman, jadi walau baru pindah selama 3 hari di sini aku sudah merasa betah. Walau ya tentu saja, kadang aku merasakan homesick dan rindu suasana adem Jogjakarta.

Namun, aku sudah berusaha keras untuk sampai di sini. Makanya, walau sulit aku akan berusaha mati-matian untuk beradaptasi.

***

Aku melihat sekali lagi penampilanku di cermin. Lalu membenarkan jepit rambut kupu-kupu pemberian Mama yang hampir lepas. Setelah memakai lip balm agar bibirku tidak begitu pucat, aku pun segera meninggalkan kosan dan pergi ke sekolah dengan menggunakan O-jek.

Maklum, aku belum tahu transportasi umum di Jakarta, jadi beberapa hari ini ojek online benar-benar begitu membantuku untuk berpergian sana-sini.

Mungkin karena sekarang malam Minggu dan hari terakhir, pensi yang diadakan sekolah tampak sangat ramai. Banyak remaja seumuranku tampak berseliweran sana-sini di lapangan, berbagai obrolan bersahutan, dan tawa menggema di udara. Diiringi suara musik dari panggung yang ada di tengah lapangan.

Saat ini Nadin Amizah tengah tampil dan menyanyikan lagu Rayuan Perempuan Gila, sehingga banyak orang yang ikut menyanyi karena lagu ini memang enak dan punya arti mendalam. Apalagi kalau kamu sad girl sejati.

Aku yang tengah berdiri di depan gedung dengan tulisan kelas XII A langsung oleng ke depan begitu seseorang menabrakku dari belakang. Namun, untungnya orang yang menabrakku segera meraih lenganku sehingga aku kembali berdiri dan tidak jadi berciuman dengan tanah.

“Astaga, sorry! Sorry! Gue juga kedorong dari belakang. Lo nggak papa?” tanya seorang remaja perempuan seumuranku dengan wajah panik yang sangat kentara.

“Gue nggak papa. Emang lagi rame banget, jadinya pada dorong-dorongan dari tadi. Lo sendiri nggak papa?”

“Hah, jujur aja gue engap! Gila pada mandi nggak sih? Bau ketek semua!” keluh cewek dengan potongan rambut  pixie bob itu dengan ekpresi mau muntah.

Dan aku langsung ngakak saat mendengar perkataan cewek itu. “I know right? Baunya beneran nggak karuan! Kalo nggak bau ketek, ya bau pabrik parfum. Mereka pada pake parfum berapa botol sih?”

Cewek itu pun ikut ngakak. “Ya kannnn? Inilah kenapa gue lebih memilih nonton konser dari rumah sambil makan popcorn dan es krim.
By the way, mau pindah? Gue tahu tempat yang oke buat nonton. Oh ya, gue Clara,” ujarnya seraya mengulurkan tangan.

Aku pun ikut menyambut uluran tangan Clara dan tersenyum lebar. “Aku Luna. Dan kalo kamu punya tempat yang oke buat nonton. Tentu aja ayo pindah!”

Lalu kami pun meninggalkan kegaduhan konser dan menaiki tangga, ah sepertinya kami akan menuju rooftop.

Dan memang benar kata Clara, menonton konser dari sini lebih jelas walau agak dingin dan banyak nyamuk.

“Oh, jadi lo pindahan dari Jogja? Kalo liburan bisa dong ya main ke kampung lo. By the way, buat Senin nanti pokoknya kita janjian buat barengan ya pas MOS.”

“Iya, Clara. Nanti kamu kasih tahu aja kalo udah berangkat.”

Lalu aku dan Clara banyak mengobrol yang kebanyakan topik perkenalan, sambil menikmati konser dan sesekali membunuh nyamuk haus darah yang nemplok di pipi dan lengan.

“Ah, udah gue duga di sini lebih keliatan. Kita boleh ikut gabung kan?” tanya sebuah suara dari arah belakang yang sontak membuat kepalaku secara otomatis juga melihat ke belakang.

Dan saat itulah aku melihat senyuman itu. Senyuman sampai ke mata yang membuat lesung pipitnya di pipi kirinya tampak sangat manis.

Tiba-tiba tubuhku meremang dan jantungku menggedor dada dengan brutal, sial ... Aku sesak napas!

Lalu dengan salah tingkah, aku pun membalas senyuman itu.

Namun, tiba-tiba senyuman cowok itu menghilang. Tiba-tiba ia menatapku dari ujung kaki sampai kepala dengan pandangan menilai, keningnya tampak berkerut dan judgemental sekali.

Lalu dengan kurang ngajarnya, tiba-tiba ia mengalihkan pandangan.

Membuatku seperti orang tolol karena tersenyum sendirian.

Lah,
Sialan!

Lah,Sialan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
august. (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang