i hate you to the bone

526 62 2
                                    

Hari Senin benar-benar bukan hari favoritku. Yups, aku adalah golongan pembenci hari Senin yang suka nge-retweet post-an akun shit post di Twitter yang suka bagiin gambar ‘Besok Senin’ dengan Meme gambar orang pemalas dan mata panda dan emotikon kepala kebakar plus emotikon nangis.

Makanya, Senin ini pun aku sama sekali tidak bersemangat. Si Mon—ster—day ini benar-benar menyerap semua semangat dan energiku. Sehingga sekarang aku seperti orang kekurangan endorfin yang untuk menarik sudut bibirku sedikit buat membalas senyum saja malas.

Ah, untungnya di bangku belakang bus sekolah seluruh bangkunya kosong. Sehingga pagi ini aku bisa duduk di sana sendirian tanpa harus berbicara atau menyapa siapapun.

Setelah duduk dengan nyaman di kursi belakang, aku pun mengambil headset dari tas dan menyumpal kedua indra pendengaranku. Pokoknya pagi ini aku benar-benar tidak ingin diganggu siapapun.

Tanggal 19 April lalu, Taylor Swift baru saja merilis album baru berjudul The Tortured Poets Departement. Dan lagu Fortnight menjadi lagu favoritku beberapa hari ini. Hingga ada di puncak playlist-ku dan aku putar berulang-ulang.

Dan jujur saja, lagu ini memang cocok sekali dengan suasana hari Senin ini. Hingga suasana hatiku jadi tersiksa sendiri. Sepertinya hari ini akan hujan, karena awan sudah bergerombol membuat awan abu-abu di atas sana.

Untuk semakin menghayati lagu, aku pun memejamkan mataku. Tiba-tiba bus berhenti, dan aku mendengar beberapa siswa yang baru saja masuk sambil mengeluh karena terkena gerimis. Namun aku begitu malas membuka mata, hingga aku tetap bersandar di kursi belakang sambil memejamkan mata dan mendengarkan lagu Fortnight.

Hingga aroma yang begitu familiar menusuk hidungku. Dan tiba-tiba headset di telinga kiriku ditarik paksa, membuatku terpaksa membuka mata dan menoleh ke arah kiri.

Senyuman manis Bagaskara disertai lesung pipitnya yang menawan langsung menjadi pandangan pertama yang masuk ke mataku begitu aku membuka mata.

Jangan salah, senyuman itu masih sama menawannya. Bedanya sekarang senyum itu tidak membuat hatiku berdebar, tapi membuat aku terbakar.

Karena setiap melihat senyum itu, aku langsung mengingat pertemuan pertama kami. Saat ia memandangku dari ujung kaki sampai kepala, lalu mengalihkan pandangan dengan kurang ajarnya.

I love you it's ruining my life~🎵🎵🎵

I love you it's ruining my life~🎵🎵🎵

I love you it's ruining my life~🎵🎵🎵

Pertemuan pertamaku dengan Bagaskara tidak berlangsung baik. Begitu pula dengan pertemuan kedua, ketiga, kesepuluh, keseratus, dan seterusnya.

Cowok ini benar-benar menyebalkan dan selalu membuat aku emosi setengah mati.

Aku membencinya.

Benar-benar membencinya.

“Seriously? Fortnight? Ya, gue setuju sih. Siapapun yang mencintai lo, nanti akhirnya pasti cuma menghancurkan hidupnya sendiri. Poor him.”

Haish, here we go again.

“Ya, dan orang yang mencintai lo pasti orang gila, Gas. Karena cuma orang gila yang jatuh cinta sama orang gila. Jodoh itu cerminan diri,” ujarku seraya menatapnya tajam dari samping. Sumpah bertemu dengan si sialan ini benar-benar membuat mood-ku hancur 100%. Padahal tadi cuma hancur 99%.

“Dan untungnya cermin gue setuju kalo gue cakep,” ujar cowok dengan pedenya. Yang sontak membuat aku memutar bola mata malas.

“Najessssss! Tahu nggak Ibuk tirinya Snow White yang terobsesi sama cermin akhirnya gimana? Jadi nenek sihir jelek dan mati.”

Lalu Bagaskara tertawa kencang, tapi entah kenapa tawanya kali ini berbeda dengan biasanya. “Percaya sama gue, mati nggak semudah itu.”

“Ogah, lo ditaburin wijen! Minggir deh lo sana, tempat duduk banyak. Kenapa sih lo harus duduk di sini?”

“Simple. Karena lo duduk di sini.”

Dan aku langsung emosi luar biasa saat mendengar ucapan cowok itu. Apalagi ia ngomongnya sambil menampilkan senyum jahilnya yang menyebalkan tapi manis itu. Aku tahu Bagaskara hanya sedang menggodaku, pria itu memang selalu senang kalau membuat aku marah-marah.

Aku mendorong bahu pria itu yang menempel di bahuku. Lalu menarik paksa headset yang ada di telinga kanannya dan melotot ke arahnya.

“Yang waras ngalah.”

Lalu aku bersiap untuk pindah ke tempat duduk depan yang kosong, tapi sialnya tiba-tiba segerombolan siswa masuk sehingga bus bagian depan pun penuh. Akhirnya aku pun kembali duduk di samping Bagaskara untuk sekitar lima belas menit ke depan.

Percayalah. Hujan, macet, bus yang sumpek, panas, dan ocehan Bagaskara bukanlah perpaduan yang menyenangkan.

“Nanti gue nggak bisa ikut piket. Jadi, lo harus nyapu kelas dengan bersih. Jangan malu-maluin gue kalo besok kelas masih kotor.”

Aku mendekatkan bibirku ke telinga Bagaskara, lalu berbisik dengan suara mirip psikopat pas di telinganya.

“Jangan harap lo bisa kabur dari piket hari ini, Gas. Lo pikir cuma lo yang tahu kelemahan gue? Gue juga punya kelemahan lo, princess hohoho. Kalo mau hancur ayo hancur sama-sama. Kalo mau mati, ayo loncat dari jembatan sama-sama.”

Dan setelah itu aku langsung tersenyum puas karena melihat wajah Bagaskara yang berubah muram dan kesal.

Nah, kali ini aku juaranya.

Fine, kalo lo mau menaati peraturan. Gue jadi pengawas siswa hari ini. Dan tentu saja kita tahu kalo di sekolah nggak boleh pakai lipstik. So, karena gue baik hati dan nggak mau lo dihukum di tiang bendera hujan-hujan. Sini gue bantuin lo.”

Lalu ia mengapit mulutku dengan tangan kanannya sehingga bentuk bibirku monyong ke depan seperti ikan. Setelah itu dengan senyum kemenangan ia mengelap bibirku dengan punggung tangannya. Hingga lip tint yang aku pakai pasti kini menghilang. Dan bibirku yang pucat seperti mayat pula pecah-pecah kembali terpampang nyata.

“Uaa ghagsk pakeekshsk lipssstkkszzzzz.”

Dengan sekuat tenaga aku berusaha melepaskan tangan Bagaskara dari wajahku. Lalu akhirnya pria itu melepaskan cengkramannya dari wajahku, tapi saat aku ingin memukul pria itu, ia sudah berlari ke depan dan turun dari bus. Saat ini kami memang sudah sampai di sekolah.

“Bagas sialannnnnn!”

Hah, padahal tadi walau nggak mood aku berusaha tetap berdandan agar penampilanku nggak buluk amat. Tapi sial, sekarang pasti aku sudah kembali buluk lagi.

Hahhhhhhhhhhhhh! Awas aja nanti anak setan!

Hahhhhhhhhhhhhh! Awas aja nanti anak setan!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
august. (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang