sorry, server error; please try again

210 23 0
                                    

Minggu pagi ini hariku sangat buruk. Karena di pagi-pagi begini aku sudah menerima pesan dari seseorang yang merupakan sumber dari rasa sakit hatiku. Dan sekarang aku baru sadar, mau seberapa jauh pun aku berlari. Tetap saja hubungan darah memang nggak bakal bisa diputus. Aku tahu kalau cuma aku yang bisa menyelesaikan semuanya, cuma aku yang bisa melepaskan rasa sakit yang aku rasakan tapi untuk saat ini aku masih saja kabur seperti pengecut.

Awalnya di hari libur ini aku merencanakan banyak hal mulai dari pagi sampai sore. Tapi mood-ku benar-benar berantakan hingga untuk bangun dari kasur saja aku malas.

Lalu aku membalas pesan ayah seadanya sebelum kembali mematikan ponsel.

Hanya diam di kosan ternyata malam membuat aku overthinking nggak jelas. Istirahat juga tidak bisa karena kepalaku terlalu berisik dan mood-ku untuk sekedar nonton film juga sudah menguap entah ke mana. Oleh karena itu, akhirnya aku mengiyakan ajakan seseorang untuk main di luar.

***

Julian memberikan helm seraya tersenyum kepadaku. “Terima kasih karena udah mau nemenin gue keluar hari ini.”

“Terima kasih juga karena udah ngajak gue keluar hari ini,” balasku seraya tersenyum. Setelah itu aku menaiki boncengan motor Julian dan cowok itu pun segera melajukan motornya untuk membelah jalanan ibukota.

Aku nggak tahu kami mau ke mana, karena saat aku tanya cowok itu bilang kejutan. Namun aku bisa membayangkan ini pasti akan menyenangkan, sehingga hal itu membuat aku tersenyum lebar.

Hah, baiklah, mari kabur sekali lagi dan lupakan segalanya. Setelah ini aku berjanji akan memperbaiki apa yang salah.

“Wow....” seruku saat kami akhirnya sampai tujuan. Ternyata Julian membawaku ke sebuah taman di mana banyak kelinci dan marmut dilepaskan dengan bebas. Di sini juga banyak anak-anak yang tengah bermain dengan hewan-hewan imut ini sambil tertawa riang.

Surprise,” ujar cowok itu seraya mengajakku untuk duduk di pinggiran taman yang ditumbuhi rumput Jepang super lebat.

Aku mengangguk sambil tertawa kecil. “Yups, seperti biasa tempat gabut seorang Julian memang selalu nggak biasa. Lo tau tempat ini dari mana?”

“Saudaranya temen sekolah gue yang punya tempat ini. Nah, waktu itu gue liat dia promo di Instagramnya, terus gue kepikiran kalo ajak lo ke sini pasti seru.”

“Sekali lagi makasih karena udah ajakin gue. Hari ini kepala gue emang lagi penuh banget dan emang butuh keluar rumah.”

Nice timing then?” tanya cowok itu sambil tersenyum yang aku langsung balas dengan senyuman juga. “Yes it is.”

Aku meraih seekor kelinci yang lewat di depanku dan segera memangkunya. Bulu kelinci berwarna hitam putih ini begitu lembut, hingga aku betah lama-lama untuk membelainya.

Julian membeli sekeranjang wortel pada pengurus taman, setelah itu kami berdua memberi makan kelinci-kelinci yang ada di sini dengan bersemangat dan sambil tertawa bersama.

“Gue liat Insta-story Bagas kemarin.  Lo cantik di sana.”

Thank you.”

“Jadi, gue sama sekali nggak punya kesempatan, kan?” tanya cowok itu seraya mengedipkan mata menggoda.

Sorry, server error; please try again, Mas!” jawabku seraya bercanda juga.

“Hahahaha siap! Udah mundur gue, Mbak! Tapi karena lo masih mau jalan sama gue, berarti kalian belum jadian, ya?”

It's complicated.”

Julian tertawa sambil mengangguk mengerti. “Let's me help you then,” sahutnya seraya mengangkat salah satu sudut bibirnya.

Lalu seharian itu aku dan Julian menghabiskan waktu untuk bermain bersama. Kami juga banyak mengambil foto dan mengunggahnya di sosial media.

Dan jujur saja mood-ku kini sudah lebih baik karena bermain dengan hewan-hewan lucu ini. Julian juga membelikanku boneka kelinci yang super lucu sebagai kenang-kenangan.

Seharian ini aku juga mematikan ponselku, sehingga aku benar-benar menikmati hari dan melupakan semua masalahku.

Lalu aku tersenyum lebar, sepertinya 'rencana gilaku' kali ini bakalan berhasil.

august. (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang