hi, miss 666

204 29 1
                                    

Akhirnya Clara sudah sembuh total. Sehingga akhirnya aku memenuhi janjiku untuk mengajak Clara berenang di Century. Sebenarnya sahabatku itu sih yang mengajakku datang ke sini.

Century adalah sebuah hotel eksklusif dan tentu saja mahal karena kalau mau pesan kamar di sini harus pesan jauh-jauh hari, dan rebutan dengan para konglomerat di Jakarta. Karena fasilitas hotel ini benar-benar lengkap, classy, luxury, dan pelayanannya juga juara.

Namun, biasanya aku dan Clara ke Century bukan untuk menginap, tapi untuk berenang. Karena kolam renang di sini benar-benar punya view super menakjubkan. Apalagi kalau di malam hari. Fasilitasnya juga oke, pokoknya kalau dibandingkan dengan kolam renang sekolah yang bau kaporitnya sangat menyengat itu, perbedaanya benar-benar bagai langit dan bumi.

Untuk bisa menyewa kolam renang ini juga harus ngantri dan mahal. Jadi, terima kasih buat keluarga Clara yang sudah kaya raya sejak jaman Pak Harto dan sudah jadi member VIP, jadi sebulan dua kali keluarganya memang dapat jatah sendiri. Oleh karena itu, hari ini kami bisa langsung datang tanpa memesan atau memikirkan soal uang sewa.

“Gue udah minta tolong ke Kak Novita, tapi karena bulan depan ada olimpiade, doi jadi nggak bisa nolongin. Sumpah ya ... Gue beneran bingung harus minta tolong ke siapa.”

“Kan gue udah bilang, minta tolong aja sama Bagas.”

Dan begitu mendengar nama Bagas, pikiranku melayang soal kejadian malam itu. Saat cowok itu mengigau dan menangis dalam tidurnya.

“Tapi, Cla, menurut lo Bagas aneh nggak sih akhir-akhir ini?” tanyaku dengan tatapan lurus ke depan.

“Aneh gimana? Anehnya Bagas versi lo sama versi gue kan beda,” ujarnya dengan tatapan jahil menggoda yang sontak membuat aku memutar bola mata malas.

Aku mengibaskan tangan ke depan, karena tidak seharusnya aku membahas hal ini dengan Clara.

“Udahlah, ngapain sih bahas Bagas di sini? Mending sekarang kita berenang, happy-happy, sekalian cuci mata liat bule dan koko-koko ganteng,” ujarku seraya mengdipkan satu mata genit.

“Nah, that's the idea, Sis! By the way, nanti sepupu gue join, ya? Nggak enak gue batalin janji mulu sama dia.”

Aku mengacungkan jari jempolku. “Santai aja, makin rame kan makin seru!”

Sesampainya di kolam renang lagu Smart milik Le Sserafim langsung menusuk telinga. Dan tentu saja, walau Clara adalah member VIP kolam renang ini tidak kami sewa berdua.

Karena ada banyak juga anak-anak muda, yang tentu saja anak orang kaya juga tengah menikmati fasilitas di sini. Namun biasanya memang yang datang akan dibatasi.

Aku dan Clara berjalan ke pojok kiri kolam renang yang tampak sepi, karena di sisi kanan sudah ada dua remaja yang tengah make out dan di kedua sisi lainnya aja yang sedang foto-foto, dan di sisi lainnya ada yang sedang mengisap bong dengan depresi.

Aku mengerutkan kening saat melihat seseorang yang baru saja menyembulkan kepalanya dari air, lalu tersenyum lebar pada Clara. Clara membalas senyuman cowok itu, lalu ia melompat ke dalam air dan memeluk cowok itu erat.

“Julian?” panggilku dengan kening berkerut.

Hi, miss 666,” sahutnya dengan tersenyun lebar.

***

Clara masih tertawa ngakak, bahkan air mata sampai keluar dari matanya. “What the hellllllll? Jadi, cewek yang selama ini lo cari dan bikin lo uring-uringan karena ngasih nomor telepon 666 itu Luna?”

“Yups, dan karena nomor ajaib ini, gue sampe ngira kalo Luna adalah dedemit. Gue kesambet di Perpusnas sampai halu, atau gue sebenernya ketemu orang aneh yang ngehipnotis gue buat masuk sekte sesat,” jelas Julian yang membuat aku tersenyum nggak enak.

Sorry, J,” ringisku karena jujur saja aku nggak tahu harus membalas apa.

“HAHAHAHAHA gila! Ternyata emang bener kalo dunia cuma  selebar daun kelor! Dan sepertinya lo bener, Lun. Jodoh memang nggak ke mana,” ujarnya seraya mengedipkan satu mata.

Aku memutar bola mata malas. “Yak! Jodohin aja gue sama semuanya!” protesku karena Clara memang suka sekali menjodoh-jodohkanku. Memangnya ketemu jodoh gampang apa!

Clara hanya tertawa saat mendengar protesanku. Lalu cewek itu kembali nyemplung ke kolam dan berenang dengan lincahnya.

“Oke deh, gue nggak mau ngehancurin reuni hangat kalian. Jadi, have fun! Kalo udah beres kalian tahu bisa nemuin gue di mana. By the way, J, hati-hati yang ini anjingnya galak,” ujar Clara seraya mengedip lagi.

Julian mengerutkan keningnya. “Kamu punya anjing?” tanya Julian yang sontak membuatku menggeleng dengan wajah yang aku tebak sama bingungnya dengan cowok itu.

Karena ... Sejak kapan aku punya anjing?

Akhirnya kami bertiga berenang bersama. Bercerita tentang banyak hal sambil tertawa dan berencana untuk liburan ke Bali bareng di liburan semester nanti. Ternyata Julian—yang merupakan sepupu Clara dan jelas juga sudah kaya sejak jaman Pak Harto—punya sebuah vila di Bali.

Lalu dengan semangat cowok itu mengundang kami berdua untuk liburan ke sana pas semesteran. Aku dan Clara akhirnya cuma iya-iya saja, karena gaya bicara Julian sekarang benar-benar seperti telemarketer handal yang sangat bersemangat mempromosikan vilanya agar laku keras.

Dan sebelum pulang, cowok itu juga meminta nomorku lagi. Dan kali ini ia sampai memastikan kalau aku benar-benar memberikan nomor ponselku dengan benar.

Ya, mungkin memang benar, yang ditakdirkan untuk kita emang nggak bakal ke mana-mana.

august. (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang