the prince and the dog(?)

198 33 2
                                    

Aku mengikat tali sepatuku, lalu kembali menelepon Bagaskara yang belum sampai kosanku sampai sekarang. Padahal kami janjian jam 7 pagi, tapi sekarang sudah jam 7 lewat 10, dan cowok itu belum juga menampakkan batang hidungnya. Aku tahu kalau cowok itu terjebak macet, tapi aku melakukan ini untuk membuat ia kesal saja.

Salah siapa mengacaukan acara hari mingguku ini! Padahal rencananya aku cuma bakal rebahan sambil baca Webtoon atau nonton MV di Youtube, tapi semalam cowok itu terus merongrongku untuk ikut ke bazar hingga akhirnya aku terpaksa mengiakan.

Aku menghela napas lega karena akhirnya mobil Bagas memasuki halaman kosanku yang luas.

"Lo telat 12 menit 41 detik!" omelku seraya berkacak pinggang.

Lalu cowok itu mendekat ke arahku dan mengacak-ngacak rambutku dengan gemas campur gregetan. Dan tentu saja hal itu membuatku cemberut dan ngomel lagi. Karena rambut yang sudah aku tata sedemikian rupa jadi acak-acakan lagi.

"Yak! Udah gue bilang jangan berantakin rambut! Lo hancurin kepangan gue!"

Cowok itu malah meledekku dengan menjulurkan lidahnya. "Sengaja. Gue tahu lo ngungkit gue telat cuma buat bikin gue kesal, jadi gue acakin rambut lo juga cuma buat bikin lo kesal."

"Ih, tapi rambut gue jadi berantakan lagi tahu! Males benerinnya, udah telat nih!"

Lalu cowok itu melepaskan topi yang ada di kepalanya dan memasangkannya di kepalaku. "Pake topi gue aja nggak usah dandan lagi, ini kita udah telat."

"Kan lo yang lama!"

"Dan lo dari tadi malam pas video call bilang ogah, tapi sekarang jadi yang paling semangat!"

"Siapa bilanggggg?"

"Chat lo jam 5 pagi."

"Dan lo juga langsung bales."

Lalu kami berjalan bersisian untuk menuju halte terdekat. Hari ini kami memang akan ke bazar buku di Senayan menggunakan busway agar lebih cepat, karena kalau bawa mobil pasti macet dan kami hanya akan buang-buang waktu di jalan.

Namun, selama aku tinggal di Jakarta, kalau mau pergi dengan santai memang enakan dengan kendaraan umum seperti busway, KRL atau pun MRT. Walau kadang desak-desakan karena penumpang yang membeludak, tapi seenggaknya akan terhindar dari macet. Karena percayalah Jakarta macetnya itu bikin sakit kepala!

Aku memakai dress casual berwarna biru ke abu-abuan, sedangkan Bagaskara memakai kemeja dengan warna yang sama. Hingga kami seperti memakai baju couple-an. Janjian atau tidak, silahkan kalian tebak sendiri.

***

Club buku sekolah kami memang biasa mengikuti event pameran buku yang biasanya diadakan di berbagai tempat di Jakarta. Biasanya pameran ini untuk merayakan hari buku nasional, dan setiap tahunnya sebagai program wajib sekolah-anak-anak club buku memang wajib ikut. Untuk mengisi laporan esktrakulikuler yang akan diberikan kepada guru pembina atau kepala sekolah.

Lalu setiap tahun mereka akan mencari volunteer untuk bazar-biasanya sasarannya adalah kelas 10 dan 11 yang masih punya banyak free time karena kelas 12 sudah mulai sibuk persiapan ujian.

Nah, kemarin aku berniat mengerjai Bagaskara dengan memasukkan namanya sebagai relawan, tapi ini malah jadi boomerang untuk diriku sendiri.

Benar-benar senjata makan tuan, karena akhirnya aku berakhir di sini juga. Tapi aku sama sekali tidak menyesalinya, karena mungkin setelah ini Bagaskara bakal berubah pikiran?

Karena hari ini hari Minggu, dan hari terakhir bazar, yang datang pun sangatlah ramai, banyak orang dari berbagai usia yang datang ke sini. Apalagi bintang tamunya Fiersa Besari dan juga Feby Putri, hingga acara ini semakin menarik perhatian.

Aku menggandeng tangan Bagas agar kami tidak terpencar, dan cowok itu pun ikut menggengam tanganku hingga sela-sela jari kami saling terisi. Dari banyaknya booth yang ada di sini dan banyaknya orang yang berlalu lalang sejak tadi, memang agak sulit untuk mencari yang mana milik sekolah kami.

Hingga setelah hampir sepuluh menit berkeliling, kami pun akhirnya menemukan booth sekolah kami juga.

"Hi, you make it! Terima kasih udah ikut gabung, ini kita beneran kekurangan orang banget. Sampe booth-nya gabung sama SMA Tiga. Sama mereka juga kekurangan orang, jadi kita kerja sama dan saling bantu. Kalian jangan lupa pasang pinnya, ya. Anak SMA Tiga juga pakai pin yang sama, nanti kalian saling tolong juga aja!"

"Siap, Kak! Kami coba bantu sebisanya, ya!"

Booth sekolah kami yang digabung dengan SMA Tiga menjual dan mendonasikan buku anak. Sehingga yang ramai di sini juga kebanyakan anak-anak.

Aku dan Bagaskara saling membantu memasang pin satu sama lain, lalu setelah menaruh barang-barang kami ke tempat istirahat khusus panitia, kami pun segera melayani setiap pelanggan dengan sebaik mungkin.

Aku nggak pernah ikut kegiatan club di luar sekolah, oleh karena itu aku pikir acara ini juga akan membosankan luar biasa. Namun, ternyata aku salah, karena acara ini benar-benar seru!

Banyak acara mulai dari dongeng anak dan lelang buku super seru, konser dari musisi Indonesia, makanan dari berbagai daerah nusantara, dan souvenir lucu milik brand-brand lokal yang sedang flash sale atau diskon. Sehingga aku bebas bermain sepuasnya dan dapat barang-barang berkualitas dengan harga super duper murah.

Kebetulan shift-ku dan Bagas memang sudah selesai, hingga kami bisa jalan-jalan dan menikmati bazar juga. Suara Fiersa yang tengah beduet dengan Feby Putri menggema di seluruh lapangan, membuat orang-orang ikut semangat bernyanyi.
Di sini juga banyak spot foto kekinian, sehingga banyak juga orang yang tengah mengabadikan memori sehingga bisa dilihat di kemudian hari.

Aku masih berkeliling dengan Bagaskara dan masih membiarkan topi cowok itu membungkus kepalaku, karena aku suka aroma Bagas yang tertinggal di topinya.

Coklat.

Cowok itu selalu beraroma coklat.

"Aww...." teriakku karena seseorang tiba-tiba berhenti di depanku sehingga tubuh kami bertabrakan.

Bagas langsung meraih pinggangku hingga aku tidak terjatuh ke belakang, lalu ia berbisik di telingaku.

"Lo nggak papa?" tanyanya yang langsung aku respons dengan anggukan mengiakan.

"Hi, Luna. Kita ketemu lagi," sapa Julian-orang yang tadi tiba-tiba berhenti ternyata cowok itu. "Eh, sorry, niatnya mau ngagetin lo. Sakit ya?" tanya cowok itu seraya berusaha meraih wajahku, tapi Bagas menarik tubuhku lebih dulu sehingga tangan Julian hanya menggantung di udara.

"Lo siapa?" tanya Bagas datar.

Dan Julian langsung tersenyum smirk. "Ah, jadi lo si anjing yang dimaksud Clara."

august. (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang