1. Sesuatu yang Telah Hancur

1.3K 34 0
                                    

“KAMU gak bisa kabur, Aqilla.”

Cewek itu menengok ke kanan dan kiri. Matanya mengerling, mencari sang pemilik suara serak itu. Tapi, dia sendirian. Di tempat gelap antah berantah ini. Sementara orang itu terus menertawakan dirinya.

“Aqilla ...”

Bulu kuduk Aqilla meremang. Napasnya kian tercekat seiring semilir udara dingin berhembus menyapu lehernya. Pundaknya menegang kala sentuhan tangan besar dan kasar terasa. Bau busuk menyeruak masuk dalam hidung Aqilla. Cewek itu memejamkan mata. Bibirnya ia rapatkan menahan teriakan yang nyaris keluar.

“A–qi–lla.”

Aqilla ingin muntah ketika embusan napas seseorang mengenai wajahnya. Tubuhnya kebas luar biasa, banjir keringat. Aqilla mengepalkan kedua tangan kuat.

Dalam keadaan seperti ini pun, Aqilla masih sadar kalau ini cuma mimpi. Tapi, tetap saja ada rasa takut besar yang masih belum hilang. Walau sudah puluhan kali diteror seperti ini.

“Kamu bener-bener gak punya sopan santun. Kamu manusia gak berguna, ya, Aqilla.”

Aqilla bergeming. Kuku panjang busuk merambati pipinya.

“Tapi, manusia kayak kamu bikin aku tambah laper. Aku ... kelaperan.”

“Pergi!” Aqilla berteriak nyaring.

“Gak–ma–u.”

***

Aqilla terjaga.

Matanya menatap sekeliling kamar. Suasana remang-remang membuatnya kian tercekam. Aqilla buru-buru menyalakan lampu nakas. Ia mengusap keringat di pelipisnya.

Mimpi yang sama kesekian kalinya. Setiap Aqilla menutup mata cuma mimpi itu yang datang. Sudah lama Aqilla tidak memimpikan apa pun selain makhluk itu.

Ia stres sendiri.

Menarik napas dalam-dalam, Aqilla menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua belas tepat. Ah, selalu jam segini. Tidak pernah lewat ataupun kurang satu menitpun. Sesuatu yang seperti sudah dijadwalkan.

Lalu mau sampai kapan Aqilla terus seperti ini?

Hidup Aqilla tidak pernah seperti orang lain. Rasa was-was, takut, waspada selalu melingkupinya. Aqilla terkekang oleh mimpi-mimpi buruk yang kemudian menghancurkan waktu tenangnya.

Mimpi itu ... mungkin akan terus menjadi bagian hidup Aqilla.

***

Terlahir dari keluarga terkutuk, pendosa tak termaafkan, Aqilla sadar ia ikut terlibat dalam semua hal berbau mistis. Sejak kecil Aqilla berbeda dari anak kebanyakan. Aqilla terlalu mudah tersenyum. Tidak memikirkan apa yang mereka lakukan walau menyakitinya. Ia selalu memendam semuanya sendirian.

Peduli pada orang tanpa mau tahu orang tidak akan berbalik memedulikannya. Aqilla sudah terbiasa. Yang ia lakukan selama ini hanya berusaha mempertahankan orang agar tetap mau di sisinya. Karena itu, Aqilla sebisa mungkin berbuat baik pada orang lain. Tidak peduli sesakit apa makian karena perbuatan kakeknya dulu.

Aqilla adalah sosok yang mudah berbaur. Hanya saja orang lain terus menolak kehadirannya. Dan pada akhirnya Aqilla yang selalu tersisih.

“Ruang kepsek di mana, sih?” Aqilla bergumam, kepalanya menengok ke kanan dan kiri. Koridor sekolah sudah sepi. “Ah, terus aku harus tanya siapa kalo sepi kayak gini?”

Aqilla kembali melangkah menyusuri koridor. Entah akan ke mana, yang penting ia bisa menemukan seseorang untuk dimintai bantuan. Mata Aqilla tidak bisa berhenti bergulir ke kanan dan kiri. Mengamat-amati setiap sudut sekolah yang direkomendasikan Kenan, sahabat lama sang papa.

Unseen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang