Bab 22 - how sweet . .

1.7K 248 24
                                    

Menunggu Abil selama beberapa jam, sama sekali tidak membuat Fero bosan. Manusia yang mudah akrab dengan siapapun termasuk bapak-bapak sekalipun. Seperti sekarang, ia malah asik berbincang hangat dengan bapak penjaga parkiran kampus, ditemani bapak satpam penjaga gerbang dan beberapa cangkir kopi di depan mereka.

Entah membahas soal apa, Fero bisa saja mendapatkan hati bapak-bapak untuk mengobrol dengannya. Beberapa kali juga si bapak penjaga parkir meminta foto bersama, mungkin sadar Fero adalah idola banyak orang. Lagi-lagi karena lumayan.

Di ajak solat berjamaah, Fero mengikuti. Di ajak makan siang pun Fero yang mentraktir. Memang sedang tidak ada kegiatan apapun, sehingga di hari pertama ujian akhir semester Abil, Fero menunggunya sampai gadis itu keluar untuk pulang.

Suara gemuruh mahasiswa mulai terdengar, Fero jadi ingat pesan Abil pagi tadi. Katanya "kak, nanti kalo selesai ujian kan mahasiswa rame tuh. Kak Fero tunggu ajah di dalam mobil. Soalnya kalo kak Fero di luar mobil, yang ada mereka pada minta foto apalagi kalo tau kak Fero ini penyanyi."

Oke, Fero menurut saja.

"Pak, saya ke mobil duluan ya pak"

"Iya iya mas artis!"

DI dalam mobil yang tertutup, Fero memperhatikan satu-satu mahasiswa yang mulai berhambur ke parkiran. Belum juga ia temui Abil. Terus saja matanya menatap ke arah luar sampai ia menemukan sosok gadis cantik dengan gaya hijab yang khas itu sedang menggandeng tangan seorang lelaki.

Siapa?

Fero memicingkan mata, memperjelas penglihatannya. Sekali lagi, itu memang benar Abil. Gadis itu mengapit tangan seorang lelaki dengan kedua tangannya.

Tampan, tapi dari gaya berjalannya dan gerakan tangan saat mengobrol dengan Abil seperti──gemulai. Maaf, Fero tidak bermaksud menuduh lelaki itu bersifat seperti itu tapi memang iya. Sejauh mata Fero memperhatikan. Lelaki itu menggerakkan jemarinya dengan lentik.

Tidak hanya berdua, ada Deva juga di antara Abil dan juga lelaki gemulai itu. Ketiganya terlihat begitu akrab. Deva menyenderkan kepala pada bahu lelaki itu dan Abil mengapit tangan lelaki itu dari tadi.

Mungkin mereka bersahabat, tapi Fero baru tahu Abil punya sahabat lelaki yang seperti itu.

Tak lepas dan tak bosan memandangi gaya bicara Abil, senyuman Abil, tawa lepasnya Abil, pukulan ringannya tangan Abil. Semua menarik, dan Fero salah satu orang yang tertarik dengan apapun yang Abil lakukan. Sudut bibirnya sampai tertarik kesamping tanpa sadar.

Memperhatikan Abil yang mulai melepaskan tangan si lelaki itu dan melambai ke arah mereka berdua. Kemudian sedikit berlari ke arah mobil Fero.

Abil menoleh kanan kiri, kemudian baru membuka pintu mobilnya.

Hal pertama yang Fero lihat, gadis itu tersenyum. Ah, manisnya. Batin Fero.

Abil duduk di kursi penumpang, kemudian memasang seatbelt nya sebelum ia menoleh lagi pada Fero yang belum juga menjalankan mobilnya.

"Sorry ya kak, pasti bosen banget nunggu aku ujian dari pagi sampe sore"

"Nggak tuh!" Sangkal Fero.

Membuat Abil yang tadinya meringis karena tidak enak menjadi berekspresi datar mendengar pernyataan Fero.

"Masa sih kak, aku aja bosen di kelas" Abil mengembalikan wajahnya menatap ke depan, seraya menyandarkan punggung pegalnya pada sanggahan kursi mobil.

"Itu kamu Bila, saya nggak. Lagipula kamu dalam ruangan terus, saya kan keluar dari mobil"

Mata Abil melotot sempurna, kembali lagi menoleh "keluar kemana? Ngapain kak?" Desaknya sebab Abil sadar Fero itu siapa, apa Fero tidak sadar dirinya siapa?

Pintu yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang