"Dev, lanjut yuk!"
Abil dengan antusias dan dipenuhi rasa penasaran selama mengikuti mata kuliah hari ini. Sepertinya ia tidak cukup fokus mendengarkan dosennya berbicara. Karena beberapa kali Abil melirik Deva. Ralat, terus-menerus melirik sahabatnya itu.
Sekarang, satu-persatu teman sekelasnya keluar dari ruangan. Menyisakan Abil yang mulai bergerak menarik bangkunya mendekat ke arah Deva.
"Beno, tolong tutup pintunya!" Titah Deva sedikit berteriak agar teman lelaki yang hendak keluar itu menutup rapat pintu kelasnya. Beno si empunya nama mengangguk lalu menuruti ucapan Deva.
Di sini mereka, di dalam kelas yang dingin akibat suhu AC yang tak rendah. Tapi kenapa suasana nya mendadak agak panas. Abil tak bisa berbohong jika dadanya berdetak kencang saat ini. Siap atau tidaknya, ia terlanjur ingin tahu alasan deva melarangnya suka pada Fero.
"Apa, ayo bicara!" pinta Abil untuk kesekian kalinya.
Tentu membuat Deva bosan mendengar kata itu lagi yang Abil lontarkan sejak sebelum mata kuliah berlangsung hingga tiga mata kuliah selesai. Di setiap jeda istirahatnya, Abil menagih Deva dengan pertanyaan yang sama. Sudah Deva katakan, nanti ia jelaskan setelah mata kuliah terakhir sebab waktunya lebih leluasa.
Abil mengatakan iya, tapi sebelum berwudhu untuk melaksanakan sholat saja, Abil bertanya lagi seakan meluapkan kata iya nya itu. Saat melipat mukena dan hendak melanjutkan mata kuliah tadi Abil bertanya lagi "kapan Dev?" Katanya.
Lagi lagi Deva menjawab "setelah kuliah saja bil" hingga akhirnya berakhirlah perkuliahan hari ini. Dan di sini mereka, di dalam kelas duduk berdua dengan suasana yang sepi.
"Jadi, apa alasan kamu larang aku suka sama kak Fero?"
Deva mendongak bersiap untuk menjawab cepat. "Karena kak Fero ga baik buat kamu bil"
Alasan klasik yang mirip alasan kakaknya juga. Basi, menurut Abil. Yang mereka katakan hanya tidak baik, tidak baiknya itu dari segi apa? Jelas setiap bertemu Fero Abil kagum dengan kebaikan pria itu. Aneh, memang Deva dan Caca ini.
Deva miringkan kepalanya, menjangkau tatapan Abil yang sejak tadi melihat ke meja kecil pada bangkunya. "Bil, denger aku gak?"
"Denger ko denger, tapi maksud kamu ga baiknya itu gimana Dev?"
Deva menghela nafas gusar, "masa lalu dia ga baik buat kamu yang selalu dijaga sama orang tuamu bil, bahkan pergaulan kalian ga ada setara-setaranya loh"
Deva memberi jeda kalimatnya, tapi tidak lama ia akan berbicara lebih lanjut sebelum Abil memotong ucapannya.
"Ka Fero tuh dulu────" Deva merendahkan suaranya dan hampir berbisik, "anak klub bil, tempat hiburan malam!" Lanjutnya lagi.
Dada Abil terasa dihantam benda keras, nafasnya mendadak sulit akibat ia tahan saat mendengar penuturan Deva yang begitu jelas ia tangkap oleh telinganya.
Abil tidak bodoh, ia paham betul nama tempat yang barusan Deva katakan.
"Entah sudah berapa banyak wanita yang tidur sama kak Fero bil, hampir satu tahun kak Fero berkecimpung di dalam pergaulan kotor itu dan aku sama papih sering mergokin kak Fero sedang bercumbu dengan wanita dalam keadaan mabuk, aku yakin setelah itu mereka pasti melakukan hal lebih dari sekedar bermesraan."
Deva menjelaskan dengan nafas menggebu, takut jika Abil menyerobot masuk memutus ucapannya. Tapi akhirnya berhasil. Deva sudah merasa lega, sebab sudah ia beritahu pada Abil bagaimana masa lalu orang yang sedang membuatnya jatuh hati.
"Seandainya papih mamih ku ga angkat kak Fero jadi anaknya, mungkin sampai sekarang dia masih hidup di dunia itu." Terang Deva lebih lanjut.
"Itu alasannya, kenapa aku ga mau kamu jatuh cinta atau suka atau apalah itu pada kak Fero. Karena aku tau kamu orang baik-baik dan aku ga mau sahabatku masuk dalam kehidupan laki-laki itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
RomanceKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...