First day..
Setelah papah terima mas Fero.._bil
Abil tidak tahu harus menuliskan kata apalagi yang cocok menggambarkan hatinya. Rasanya, seluruh beban di pundaknya merosot begitu saja jatuh dan hilang entah kemana. Rasanya ia tak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Tak perlu bersandiwara pulang telat sebab kerja kelompok atau apalah sejenisnya.
Abil akan memberanikan diri datang ke ruangan dosen, demi bertemu Fero dan memberi tahukan semua ini.
Sudah tidak sabar rasanya, sampai ia dengan cepat menutup kembali buku kecil berwarna pink lalu menaruhnya di tempat semula.
Abil meraih tas kuliahnya, lalu menyampirkan sweater rajut di tangannya. Setelah memastikan peralatan kuliahnya tak ada yang tertinggal, barulah gadis itu keluar dari kamar.
"Morning semua──" Sapanya terpotong sebab melihat penampakan mengejutkan di depan matanya.
"Nya..." Lanjutnya lagi, dengan berjalan perlahan.
Abil tidak salah lihat kan?
Ada Fero di rumahnya, sedang duduk berdua dengan papahnya. Kedua pria itu tersenyum ke arahnya yang masih belum sepenuhnya percaya.Sulit rasanya untuk berekspresi biasa saja saat melihat kedua lelaki itu akrab, setelah lika-liku percekcokan waktu itu.
"Dek, cepat sini!" Pekik Tante Nani dari arah dapur. Membuat Abil mempercepat langkah dan langsung membelokkan tubuh ke dapur. Mendapati mamahnya sedang merapatkan tutup kotak makan di sana.
Abil mendekat ke arah mamanya, berdiri tepat di samping sang mama. "Ma, itu mas Fero kan mah?" Bisiknya memastikan.
"Iya, sudah dari tadi nunggu adek."
Nunggu? Untuk apa?
"Nih mamah bekalkan aja sarapannya ya, adek bisa sarapan di kampus atau di mobil"
"Mobil siapa?"
"Mobilnya nak Fero lah dek"
Alis tebal Abil hampir menyatu, hanya sebab sedang memahami ucapan sang mama.
Abil diam, sampai mamanya menyodorkan kotak makan yang sudah dilindungi oleh totebag kecil.
"Nih, dibawa!"
Abil mengangguk, lalu mengikuti langkah Tante Nani ke ruang tamu. Abil hanya mengekori, rasanya tak mampu memberanikan diri.
"Adeknya udah siap, sok kalo mau berangkat. Tapi hati-hati ya nak Fero bawa mobilnya.."
Mendengar itu, Fero bangkit. Sebab yang ia tunggu telah datang. Ia melihat Abil bersembunyi di belakang mamanya. Menggemaskan selalu gadis kecil itu.
"Nanti sore, om dan Tante mau jemput Caca di bandara. Kabarin om dan Tante ya, semisal kalian sudah sampai rumah duluan" pesan om Firman pada Fero.
"Siap om!"
Fero tersenyum sebelum mengecup punggung tangan orang tua Abil dengan hormat. Tepukan pelan papanya juga sempat mendarat di pundak Fero, dan Abil senang melihatnya.
Abil mengikuti aksi Fero, ia paham Fero ke sini untuk menjemputnya juga.
"Pah, adek berangkat ya" pamitnya saat mengecup punggung tangan om Firman.
Melihat kunci motor masih menggantung di pergelangan tangan Abil, om Firman menarik tangannya lalu melepas kuncinya dengan hati-hati.
"Gak usah bawa-bawa kunci, kan dijemput si mas bule"
Abil lupa, ia mengaitkan kunci motor di pergelangan tangannya. Alhasil, ia terkekeh saat papahnya meraih kunci motor Abil.
"Makasih pah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
RomanceKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...