"Tolong, jangan jatuh cinta sama kak Fero!"
Suara Deva terus terngiang di telinganya. Untaian kata itu berputar tanpa henti di kepalanya. Bagaimana tidak, Deva si manusia berstatus sahabat yang sepenuh hati ia sayangi justru melarangnya menikmati kebahagiaan yang baru-baru ini Abil rasakan.
Tidak beralasan, Deva memberikan larangan keras tanpa mengatakan apa alasannya. Deva juga terkesan memaksa, membuat Abil tak suka menanggapinya.
Seandainya Deva mengatakan apa alasannya, mungkin Abil akan lebih mengerti meskipun memang belum tentu mengikuti perintahnya juga.
"Ngelamun terus, kenapa bil?"
Suara pria di sampingnya membuyarkan pikirannya yang berisik. Abil menolehkan kepala lalu menggeleng pelan. Diikuti seutas senyuman agar meyakinkan bahwa semua baik-baik saja meski nyatanya tidak.
"Ada masalah?" Pancing pria di sampingnya lagi.
"Nggak"
"Masalah sama Deva ya?"
Sepertinya pria disampingnya bukan jelmaan manusia sampai tahu begitu apa yang sedang mengganggu pikiran Abil.
Meski tepat tebakannya, Abil tidak mungkin berterus terang pada pria ini mengenai persoalan yang semalam Abil hindari perdebatannya.
Abil menggeleng lagi demi menjawab apa yang ditanyakan.
"Kirain ada masalah sama Deva, soalnya saya liat-liat Deva diem saja tadi" perkiraannya ia sampaikan.
Semua orang pun akan melihat tingkah Deva yang jauh berbeda pada Abil. Deva yang clingy pada Abil, Deva yang apapun selalu di informasikan pada Abil, Deva yang sedikit-sedikit Abil. Pagi tadi diam saja menekuk muka, penuh kekesalan saat melepas Abil pergi dengan kakak angkatnya.
"Beneran gak ada masalah sama Deva? Soalnya saya gak yakin kamu jujur"
"Beneran kak Fero! Beneran. Aku sama Deva baik-baik ajah" geramnya ditanyai terus-terusan.
Meski dipaksa pun Abil tidak akan mengakui apa yang sedang terjadi pada Fero. Jelas ini menyakitkan, walau mereka belum melangkah terlalu jauh masih dalam tahap pendekatan. Tetap saja Fero berperasaan, Fero pasti sakit hati jika adiknya justru melarang Abil dekat dengannya.
Tidak tidak, Abil tidak akan membocorkan soal ini pada siapapun termasuk Fero.
"Yasudah kalo gitu" pasrah Fero tak tega memaksanya.
"Saya boleh bawa kamu ke suatu tempat?"
Abil mengangguk mantap, tentu saja boleh. Begitu mungkin pikirnya.
"Sebelumnya, kamu pasti kaget dengan fakta semalem" ujar Fero tanpa mengalihkan atensinya ke depan karena sedang mengendalikan setir di tangannya.
Abil menoleh lagi, menatap wajah Fero dari arah samping. Mulutnya hampir terbuka, tapi Abil bingung harus menjawab apa. Alhasil ia rapatkan kembali mulutnya.
"Saya udah lama ada di keluarga Deva, sejak──"
Kelihatannya begitu berat mengatakan ini, Fero juga masih memikirkan apakah memang sudah seharusnya ia menceritakan identitas aslinya pada orang lain yang bahkan belum lama dekat.
Entah apa yang membuatnya terdorong, Fero rasa ia ingin sekali mengatakan hal ini pada Abil. Bahkan Fero lebih yakin berterus terang pada Abil dibanding Caca kakaknya. Meski sudah sejak lama Caca tau jika Fero memiliki keluarga angkat. Namun Caca tidak tahu, perihal siapa keluarga angkat Fero itu.
"Sejak saya lulus SMA dulu" lanjutnya.
Sedikit terkejut, karena Abil adalah sahabat Deva dari lama tapi tidak tahu-menahu fakta nya. Deva memang pernah mengatakan ia memiliki kakak angkat tapi Abil pun tidak pernah penasaran siapa Kaka angkat sahabatnya. Mungkin ini cara kerja tuhan, misterius lalu terbongkar membuat suatu keterkejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
RomanceKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...