"Abil!!!"
Pekikan itu terdengar membuat semua mata tertuju padanya. Yang dipanggil hanya tersenyum sampai matanya menyipit. Kehadirannya cukup membuat aktivitas setiap orang yang berada di studio terhenti. Begitupun Fero yang sedang memetik gitar. Karena penasaran, ia mengangkat kepalanya. Ikut menyaksikan apa yang teman-temannya lihat.
Seorang gadis mungil yang membuat baju Fero basah itu kembali hadir.
Tunggu, apa kata mereka? Abil? Ini Abil? Abil yang di maksud Caca itu? Abil adiknya Caca?
Fero belum bisa memastikan kebenarannya sebab Caca belum mengenalkan padanya.
"Nah, sini-sini dek!" Caca yang duduk tidak jauh dari arah pintu itu menghampiri Abil, menarik tangan Abil agar adiknya mengikuti dirinya masuk.
Tak di duga, Caca membawa Abil ke hadapan Fero. Tentu ia mempunyai suatu tujuan, Abil hanya mengikuti dengan rasa tidak enak setiap kali melihat wajah Fero di depannya.
"Ini Fer, kenalin. Adik gua! Namanya Abil nama panjangnya siapa dek?"
Caca malah bertanya pada Abil tanpa niat melanjutkan usahanya memperkenalkan adiknya. Ia mengangkat alisnya, bertanya pada sosok manusia mungil yang ia genggam tangannya.
"Abila Tanaya" jawab Abil malas.
"Ini Fer adik gua, yang belum gua kenalin" terang Caca sekali lagi.
Fero menatap Abil dari atas sampai bawah dan tatapan itu berhenti pada suatu objek yang cukup mengganggu pikirannya, melihat kaos yang ada di tangan gadis bernama Abil itu.
Apakah itu untuknya? Fero tentu sudah penuh percaya diri menebak kaos itu akan diberikan padanya.
Sebelum itu, ia alihkan kembali menatap gadis di hadapannya. Fero menarik garis senyum sinis yang ia berikan untuk sang gadis.
"Ini mah, gua udah kenal" ujarnya membuat Abil membuang tatapan ke sembarang arah. Ia tidak bisa ditatap begini.
"Kenal dimana lu?"
"Di sini, ini yang bikin baju gua basah nih nih" Fero menunjukan bagian yang basah pada kaos dibagian dadanya. Ia memperlihatkannya hanya pada Caca. Meski beberapa orang di dalam studio juga melihat ke arah mereka, terutama Kepin dan Sofia. Yang lainnya masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tidak peduli ada kegaduhan di sana.
"Ohh, jadi itu ulah kamu dek!" Caca membuat Abil menatapnya. Entah kenapa, pria di hadapannya selalu membuat hatinya marah dan emosinya memuncak.
Pria itu membuat Abil enggan menyapanya jika besok-besok ia bertemu kembali. Abil janji, hanya saat ini akan berbicara dengan Fero. Besok-besok tidak akan! Abil pastikan.
Abil menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya kasar.
"Nih ganti bajunya! Nanti masuk angin" tangannya yang sedang menggenggam kaos itu terulur pada Fero.
Benar tebakan Fero, kaos ditangan Abil memang untuknya. Ternyata gadis itu tetap merasa khawatir meski kejadiannya sudah berselang waktu cukup lama. Apakah adegan di dapur tadi, membuat gadis di hadapannya ini menjadi kepikiran?
Fero dengan berani menerima itu. Bahkan, sekarang juga ia akan mengganti bajunya dengan kaos yang dibawa Abil. Bukan apa, dadanya terasa amat dingin sudah sedari tadi. Beruntung Tuhan masih membantunya menggerakkan hati Abil.
"Eh eh!" Abil spontan menahan tangan Fero yang hendak membuka kaos di sana. Di ruangan studio yang ramai orang. Apakah pria itu sudah gila? Pikir Abil. Tidak punya malu mengganti pakaiannya di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
عاطفيةKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...