Bab 15 - Pesan Caca, kakaknya.

1.3K 225 36
                                    

Senyuman manisnya kian memudar setelah selesai melepas pria bersama mobil navi-nya itu. Pria yang mengantar Abil sampai ke depan rumah. Pria yang memastikan perut Abil terasa kenyang dan tenggorokan Abil pun tidak serat setelah mengantarkannya pada suatu tempat yang katanya 'rumah' orang tuanya.

Tidak salah.

Di sini Abil sekarang, di depan pintu rumahnya. Abil tidak memilih kembali ke rumah Deva, sudah ia tebak pasti Deva mengoceh padanya karena mau-mau saja di ajak Fero pergi.

Lebih baik ia pulang ke rumahnya, merebahkan diri di kamar sambil menatap langit-langit kamar yang pasti dipenuhi bayangan ketampanan Fero di sana.

"Dari mana ajah adek?!"

Begitulah penyanyi, tidak sedang bernyanyi pun suaranya terdengar bernada bagi Abil.

Abil membalikan tubuh setelah menutup kembali pintu depan rumahnya. Yang ia dapati sosok Caca sedang duduk di atas sofa dengan sebuah buku di pangkuannya. Sudah pasti novel, Abul tau kakaknya tidak hobi membaca buku pelajaran tentang apapun.

"Tumben di rumah, ga ada kegiatan ya kak?" Tanya Abil seraya membawa tubuhnya duduk di sofa sebelah Caca.

Hilang sudah keinginannya untuk rebahan dikamar, kini Abil angkat kakinya, di selonjorkan karena merasa pegal. padahal tidak habis mendaki tapi rasanya memang begini.

"Ga ada, weekend dong hari ini" ujar Caaa menjawab pertanyaan Abil.

"Kamu abis dari mana, semaleman ga pulang, dari pagi sampe siang juga belum pulang, motor dirumah. Sama siapa kau perginya dek?"

Berisik sekali Caca ini, membuat Abil bingung pertanyaan mana yang harus dijawab terlebih dahulu.

Abil kemudian melepas totebag kuliahnya lalu menaruhnya di samping tubuh mungilnya. "Nih ya kakakku yang cantik, aku jelaskan okay" ucapnya, kemudian bangkit lagi dan mencari posisi nyaman.

Duduk menghadap sang kakak yang mulai melipat satu halaman dari sebuah buku yg sedang dibacanya. Kakanya juga akan sangat antusias mendengarkan Abil bercerita, karena adiknya lah sahabat yang sebenarnya, sebagai pendengar yang baik juga saat Caca butuh tempat cerita.

"Aku nginep di rumah Deva karena libur kuliah kan, terus pagi sampai siang tadi aku di ajak────"

Abil ragu untuk berterus terang. Ada takut yang menyelinap masuk, teringat katanya Caca kemarin sedang marah pada Fero.

"Ka Caca sama ka Fero udah baikan belum?" Tanyanya pada Caca.

"Udah ko, dia sogok kakak pake makanan favorit. Ya kakak luluh lah walopun masih kesel dikit sih."

Abil mengukir senyum di bibirnya, yang dia katakan pada Fero kemarin nyata adanya. Caca mudah dibujuk, mudah di redam ngambeknya asalkan diperlakukan lembut atau jalan lain di sogok oleh makanan favorit seperti yang dikatakannya tadi.

Mendengar ujaran Caca, Abil jadi tambah berani untuk bertanya lagi.

Ia menatap Caca dengan binaran mata menanti jawabannya nanti. "Ka Caca sama kak Fero udah kenal lama kan?"

"Ko malah tanya-tanya Fero sih, kan kamu mau cerita dek!"

Abil menggulirkan bola matanya ke atas, berpikir secepatnya untuk mencari alasan. "Ya iya, aku tanya ajah. Jawab dong kak!" Paksa Abil pada Caca dengan menggoyangkan punggung tangan Caca.

"Iya iya, kakak deket sama Fero udah dari SMA. Kenapa memangnya?"

"Kakak tau soal keluarga kak Fero?"

"Tau. Dia yatim piatu, dia punya keluarga angkat juga katanya"

"Nah, pagi sampai siang tadi kak Fero ajak aku ke makam orang tuanya kak" jujur Abil.

Pintu yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang