Bab 6 - Trauma

1.7K 237 25
                                    

"Dev!"

Pekikan itu cukup membuat semua mata tertuju padanya. Yang dipanggil memang hanya Deva, tapi seisi kelasnya menoleh pada gadis yang sekarang justru meringis karena malu.

Sembari menangkupkan tangannya pada orang-orang yang mungkin saja terganggu oleh teriakan nyaring Abil menyebut nama sahabatnya. Meski sekencang-kencangnya suara Abil, tetap terdengar lembut pada telinga siapapun pendengarnya.

"Pagi-pagi udah teriak ajah, ada apa nih?" Ujar Deva dengan tatapan menyelidiki pada gadis berhijab yang dengan cepat menarik satu kursi agar mendekat ke arahnya.

"Kamu harus tau Dev, kabar bahagia di pagi yang cerah ini!" Dengan penuh ekpresif Abil meraih tangan Deva yang tergeletak di atas meja kecil pelengkap kursi khas anak kuliahan.

"Bahagia kenapa? Dikasih uang saku lebih sama papah mu? Atau diberi uang tambahan sama ka Caca?"

"No no no, bukan, bukan itu Dev!" Abil menggelengkan kepalanya dengan tebakan Deva yang sama sekali tidak ada yang tepat.

"Terus?"

Abil mendekatkan wajahnya pada Deva, mensejajarkan mulut dengan telinga Deva lalu membisikkan sesuatu disana.

"Aku udah suka ke cowo lagi" bisiknya membuat bulu kuduk Deva seketika merinding.

"Setelah beberapa tahun kamu gamon bil . ."

"Shttt!" Tegur Abil karena Deva sama sekali tidak bisa mengontrol suaranya.

"Akhirnya kamu bisa suka cowo lagi" lanjut Deva.

Abil mengangguk, lalu memeluk tangan Deva dengan gemas. Gemas mengingat hari kemarin yang membuat senyumnya tak henti hingga kini.

"Padahal aku udah curiga loh bil"

Mata Abil membulat, menatap Deva penuh tanya. Memangnya, apa yang mencurigakan dari dirinya?

"Curiga kamu naksir aku"

Spontan Abil menghempaskan tangan Deva di iringi tatapan tajamnya. Bisa-bisanya gadis itu menuduh Abil yang tidak-tidak.

Mendapat tatapan tajam Abil, Deva hanya terkekeh berharap membuat sahabatnya terkejut dengan ucapan-nya yang luar biasa.

"Santai santai, aku canda Abil"

Deva ternyata tidak mudah menipu sahabatnya sendiri, ia menyerah membuat Abil terlihat badmood saat ini akibat ucapannya sendiri. Meskipun konteksnya sebuah lelucon, tapi Abil terlanjur kaget mendengar tudingan itu padanya.

"Maafin lah Abil. ." Mohon Deva pada Abil yang tiba-tiba diam dan menggeser kursinya dari samping Deva.

"Bil . ."

Gadis yang sedang dibujuk itu masih setia menekuk wajahnya, membiarkan Deva merasa semakin bersalah saja.

"Abil . . Maafin dong" ia tak henti memohon.

"Aku canda doang tadi tuh, yaudah yaudah kamu cerita dong, ko bisa sih ketemu cowo terus langsung suka gitu"

Bukan Abil namanya jika tidak mudah luluh dan terpancing oleh umpan yang diberikan Deva. Apalagi saat Deva memasang wajahnya dengan sangat antusias ingin mendengarkan ceritanya.

Abil pasti luluh, apalagi sekarang memang dirinya ingin sekali menceritakan kejadian kemarin.

"Ayo cerita dong" pinta Deva lagi.

"Iya iya nih, aku cerita" putus Abil pada akhirnya.

Deva sudah begitu antusias menunggu kalimat demi kalimat yang akan Abil lontarkan. Ia menopang dagunya dan menatap Abil dengan serius.

Pintu yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang