"Di antar siapa?"
Abil yang baru saja menutup pintu rumahnya cukup terkejut mendengar suara yang menggema di belakang tubuhnya. Dengan hati-hati ia membalikan tubuh dan berusaha bersikap tenang.
"Aku di antar Deva sama──kak Fero pah"
"Dimana motor adek?"
Untung saja, Abil sudah menyiapkan jawaban untuk pertanyaan yang satu ini.
"Motorku di bawa ke bengkel pah, tadi dibantu sama orang suruhan papihnya Deva. Soalnya mesin motorku tiba-tiba mati sendiri."
Berkali-kali Abil memohon maaf dalam hatinya, perkara kebohongan ini. Ia tidak biasa berbohong pada orang tuanya termasuk papahnya sendiri. Rasanya begitu bersalah saat ia berbohong seperti ini.
"Adek diam-diam ketemu mas bule ya, kan adek tau larangan papah apa.."
"Bukan ketemu kak Fero pah, tapi kan kak Fero Kakak angkatnya Deva, nah Deva minta tolong kak Fero. Ya otomatis kak Fero tolong aku juga dong!" Jelas Abil lagi. Berharap sang papah mempercayai apa yang keluar dari mulutnya.
"Mas bule macam-macamin kamu gak dek?"
"Astagfirullah, papah ini kenapa sih suudzon terus. Kak Fero tuh baik pah, baik banget. Dia gak kaya dulu!"
"Husss udah debatnya, adek ayo bersih-bersih terus istirahat. Pasti adek cape kan." Sang mama melerai keduanya. Perdebatan yang tak akan berhenti sebab semakin diladeni, om Firman akan membawa pembahasan ke sana-sini.
Karena diperintah mama, Abil melewati orang tuanya begitu saja. Jujur, ia memang lelah menghadapi papahnya yang belum juga berubah.
Memang belum waktunya saja, Deva pun berubah jika sudah waktunya. Begitu juga papahnya mungkin.
Lupakan itu sejenak, Abil perlu membersihkan diri.
Pikirannya masih bertarung hebat, bagaimana bisa lelaki bernama Yuda itu muncul di hadapannya lagi, tepat saat ia sendiri. Mengapa lelaki itu tau, Abil sedang berada di sana?
Katanya, Yuda datang untuk meminta maaf tapi Abil tak yakin. Meski tidak ada salahnya juga jika memang niatnya benar meminta maaf pada Abil. Walaupun Abil akan sulit memaafkan.
Jangankan memaafkan, untuk bicara di depan Yuda saja, rasanya belum sanggup Abil lakukan.
Hatinya pernah sesakit itu dulu, dipermalukan. Abil ingin membisu saja setiap bertemu Yuda.
Tunggu, setiap? Apakah setelah bertemu Yuda tadi akan ada pertemuan selanjutnya? Duh, rasanya Abil tak mengharapkan itu lagi.
Semoga lelaki itu tak mengejar maafnya lagi, Abil lebih rela dibenci oleh Yuda dibanding sebaliknya.
***
Ting~
Deva
[Bil, besok berangkat kuliah bareng ya"Abil ragu meng-iyakan, ia sudah menebak pasti papahnya akan turut mengantar ke kampus. Apalagi, tahu motor Abil sedang di bengkel.
Deva
[Aku sama papih, pake mobil papih ko bil. Jangan khawatir papah kamu gak mengizinkan ya!]Chat Deva yang ini bisa dipertimbangkan. Om Firman itu hafal betul, mobil papihnya Deva. Pasti tidak akan melarang jika papihnya yang menjemput, kecuali kak Fero yang datang. Sudah pasti di larang.
Oh iya, Abil belum mengucapkan terimakasih pada pria baik hati itu. Karena kebiasaan salah tingkah membuat niat Abil mengucapkan terimakasih di mobil itu hilang. Abil lupa karena sibuk mendamaikan gemuruh dadanya atas pembelaan Fero.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
RomanceKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...