"Pap, cepetan dikit bawa mobilnya ih!" Paksa gadis yang sudah geram pada papahnya karena hampir kehilangan jejak motor yang sedang mereka ikuti.
"Papah cepetan!"
"Sabar sabar kak, ini papah lagi fokus jangan di ganggu dong.."
Om Firman menatap lurus ke depan mengikuti motor vespa yang di lajukan cepat tak kira-kira. Ternyata skill putri bungsunya itu tak diragukan lagi dalam berkendara. Mungkin karena sudah terbiasa juga, jadi ia membawa nya dengan kecepatan tinggi.
"Caca haus pah, minum dulu ya" ujarnya kemudian meneguk air mineral dalam botol yang mamahnya bekalkan dari rumah. Sepasang papah dan anak yang hari ini sedang tidak berkegiatan itu memilih untuk menguntit Abil.
Gadis kecil yang bertujuan ke mana lagi selain kampus. Yang membuat papah dan Kakak nya curiga, yaitu semangatnya akhir-akhir ini. Barangkali setelah datang ke kampusnya Abil, om Firman dan Caca menemukan jawaban dari pertanyaan mereka yang sama.
"Belok kiri pah!" Caca mengarahkan, saat matanya menangkap Abil membelokkan motornya ke arah kiri.
Mereka sungguhan mengikuti Abil sampai gadis itu memasuki gerbang kampusnya lalu memarkirkan motornya di parkiran kampus.
Om Firman pun mengikuti, berpura-pura menjadi mahasiswa yang hendak berkuliah.
"Tuh pah, adek turun tuh!" Tunjuk Caca membuat om Firman segera memakai kaca matanya. Agar dapat melihat dengan sangat jelas putri bungsunya di depan sana.
"Pah, adek ngapain berdiri di situ ya?" Tanya Caca, sebab Abil fokus menatap ponselnya seraya berdiri di parkiran.
"Pasti lagi nunggu seseorang tuh pah, kita perhatikan baik-baik oke pah." Caca begitu antusias ingin melihat siapa penyemangat adik kecilnya ini.
Beberapa teman Abil yang baru saja datang dan menyapa Abil terlihat sudah berjalan melewatinya menuju kelas. Tapi Abil masih saja mematung di sana.
Ia sampai berinteraksi sebentar dengan pak satpam, sepertinya pak satpam pun turut heran dengan gadis manis yang berdiri dan terlihat sedang menunggu seseorang.
Deru mobil terdengar memasuki tempat parkir, mobil berwarna navy yang tak asing sama sekali bagi Caca. Pun om Firman yang seperti merasa de javu dengan mobil itu.
Kedatangan mobil tadi mengundang senyuman Abil terlihat begitu jelas. Gadis itu juga berjalan menghampiri mobil, ketika mobilnya sudah terparkir rapih bersama kendaraan beroda empat lainnya.
"Nah nah itu tuh pah, siapa itu ya?" Caca sampai memajukan tubuhnya agar bisa melihat lebih dekat lagi. Pintu mobil berwarna navy itu terbuka, lalu keluarlah seorang lelaki bertubuh atletis dan gaya nya yang nyaris sempurna. Rapih sekali juga terlihat cool di mata Caca.
"Itu kan──" Caca menggantung kalimatnya, sampai pria itu membalikan tubuhnya menghadap Abil yang sudah berdiri di samping si navy.
Begitu terkejutnya Caca maupun om Firman. Sampai Caca menutup mulutnya yang terbuka lebar sebagai bentuk ekspresi kaget sungguhan.
***
"Sudah lama nunggu di sini?" Tanya Fero saat ia keluar dari mobilnya dan mendapati Abil berdiri sembari menautkan jemari mungilnya."Nggak sih kak"
"Mas, bil." Koreksi Fero.
"Iya mas, maaf maaf" ulangnya kemudian melempar senyuman. Fero ikut menarik juga sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyuman.
"Cepetan mas, mana buku buat tugas psi-kom aku?" Abil menengadahkan telapak tangannya di depan Fero. Pria itu sudah berjanji semalam, bahwa ia akan meminjamkan Abil buku untuk membantu menyelesaikan tugas-tugasnya yang bejibun+rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pintu yang sama
Roman d'amourKisah antara dua orang manusia, datang menggunakan dua pintu masuk yang berbeda. Kemudian berada dalam satu ruang yang sama. Saling mengubah perasaan, keadaan juga suasana. Namun, sebagai manusia, tentu keduanya memiliki kesadaran penuh akan ketidak...