17.05 WIB
Sabtu, 28 Mei 20XXHari sudah semakin sore. Langit jingga perlahan nampak semakin gelap. Suara hewan malam, pun satu-persatu mulai bermunculan. Saat itu, Elisa dan dua temannya baru saja tiba di tempat tujuan.
Tak melanjutkan langkah untuk masuk ke pekarangan rumah neneknya Lusi, tiga gadis itu justru memilih mematung di depan pagar bambu yang mengelilingi rumah. Mata ketiganya kompak menunjukkan binar terkejut melihat penampakan seorang wanita tua yang tengah berada di depan rumah. Itu neneknya Lusi. Beliau tampak tengah bersantai duduk di atas susunan bambu dengan empat tiang penyangga di empat sudutnya. Lebarnya seperti meja, tapi dengan ketinggian yang menyerupai kursi. Mirip seperti saung, tapi tanpa sekat dan atap.
Namun, bukan itu saja yang membuat Elisa dan teman-temannya terkejut, karena yang paling mengejutkan mereka adalah, adanya sepiring kudapan, seteko minuman, dan empat cangkir yang nampak sudah disiapkan di depan neneknya Lusi. Seolah wanita tua itu sudah tahu jika dirinya akan menyambut tiga orang tamu. Apalagi senyum penuh arti di wajah keriputnya yang muncul begitu beliau melihat penampakan Elisa, Nafita, dan Kenya. Itu menguatkan dugaan jika neneknya Lusi memang sudah mengetahui kedatangan mereka.
"Ada apa?" Neneknya Lusi mulai turun dari tempat duduk. Wanita tua itu berjalan pelan menghampiri pintu pagar, lantas membukakan pintu itu untuk tiga gadis muda di depannya. "Ayo masuk. Bukankah kalian membutuhkan sesuatu dari Nenek?"
Nafita dan Kenya sontak saja langsung melempar pandangan satu sama lain. Keduanya nampak semakin terkejut mendengar ucapan neneknya Lusi barusan.
"Dari mana Nenek tahu?" Elisa menatap tajam wanita tua di depannya. Perasaan curiga mulai muncul di benak gadis itu. Begitu juga dengan dugaan mengenai identitas sang nenek. Entah kenapa, Elisa merasa sangat yakin jika neneknya Lusi bukanlah manusia biasa.
Tatapan neneknya Lusi berpindah. Mata dengan banyak keriput di bawahannya itu, menyorot cukup lama raut wajah Elisa. Beberapa detik kemudian, senyum penuh artinya kembali muncul. Lalu, tanpa berniat menjawab pertanyaan dari Elisa, tubuh bungkuknya langsung berbalik, kembali berjalan menuju tempat duduknya tadi.
Nafita dan Kenya kini beralih menatap Elisa. Keduanya seolah ingin meminta pendapat Elisa mengenai langkah selanjutnya yang mesti mereka ambil. Mengingat semua yang mereka lakukan merupakan rencana dari Elisa, jadi tentu saja mereka harus mengikuti pilihan yang Elisa buat. Selain itu, sejujurnya Kenya dan Nafita juga sedikit khawatir, takut-takut jika neneknya Lusi justru memiliki niat jahat pada mereka.
Sadar akan tatapan teman-temannya, Elisa pun menghembuskan napas pasrah, lantas menyusul langkah sang nenek yang kembali duduk di tempat semula. Walau sedikit curiga, tapi Elisa rasa neneknya Lusi tak memiliki motif untuk berbuat jahat pada mereka. Apalagi dengan tindakan nenek tua itu yang sudah menyembunyikan cucunya di ruang bawah tanah. Sudah bisa dipastikan jika neneknya Lusi juga bersebrangan dengan lawan mereka, siluman gagak.
Melihat pilihan yang sudah dibuat Elisa, Nafita dan Kenya mau tak mau langsung mengikuti. Keduanya berjalan beriringan di belakang Elisa sambil sesekali saling bertukar tatapan. Karena, jujur saja, meski seorang siluman kucing hitam, tapi Nafita tak sehebat itu untuk bisa meramalkan masa depan. Dia juga tak pernah melihat seseorang yang bisa mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Jadi, melihat kehebatan neneknya Lusi, Nafita jadi sedikit ngeri.
"Duduklah," pinta neneknya Lusi pada tiga gadis di depannya yang lagi-lagi kembali terdiam di tempat.
"Dari mana Nenek tahu kedatangan kami?" Elisa mengulangi pertanyaan yang tadi, mengabaikan ucapan sang nenek yang meminta mereka untuk duduk. Manik hitamnya masih terlihat tajam seperti semula.
![](https://img.wattpad.com/cover/240380229-288-k915959.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desa Rembulan
Mystery / Thriller(Misteri - Fantasi - Psikologi) Bagi Elisa, ketenangan adalah yang utama. Selama tak mengganggu ketenangannya, Elisa tak akan mau peduli. Namun, sebuah kejadian aneh muncul di Desa Rembulan, desa tempat dimana Elisa dilahirkan dan dibesarkan. Dimul...