33

181 18 0
                                    

Ratusan tahun yang lalu, di bawah kaki Bukit Kabut, terdapat sebuah pemukiman dengan penduduk yang tak terlalu banyak. Seorang pria bijaksana ditunjuk sebagai pemimpin di wilayah itu. Dengan sifat yang bertanggung jawab, cerdas, dan berani, membuat para penduduk hidup dengan damai dan rukun.

Hingga suatu hari, salah satu penduduk di wilayah itu menemukan seorang pemuda yang tengah terluka di dalam hutan. Penduduk itu membawa si pemuda kepada pemimpin mereka, hendak meminta pendapat untuk tindakan yang mesti diambil. Sebagai pemimpin yang baik, sang pemimpin pun akhirnya memutuskan untuk merawat pemuda itu hingga pulih. Namun, sayangnya pilihan yang diambil sang pemimpin merupakan awal dari petaka yang akan menimpa wilayah mereka.

Pemuda yang mereka tolong, rupanya merupakan seorang iblis yang tengah mencari mangsa di wilayah manusia. Dan pemukiman mereka, kini menjadi target dari iblis jahanam tersebut. Satu persatu, warga di pemukiman itu mulai meninggal dengan kondisi tak wajar. Entah itu meninggal dengan kondisi darah yang mengering, meninggal dengan tubuh yang dipenuhi lubang-lubang kecil, ataupun dengan kepala yang sudah menghilang.

Sang pemimpin yang merasa bersalah karena sudah membuat pilihan yang buruk, akhirnya berlari menuju puncak Bukit Kabut, hendak berdoa kepada Dewa untuk diberikan kekuatan dalam melawan sang iblis. Namun, bukannya bertemu dengan sang Dewa, si pemimpin justru tersasar di wilayah para siluman yang memang mendiami puncak Bukit Kabut. Para siluman yang melihat kedatangan manusia di wilayah mereka tentu saja langsung dibuat terkejut. Pasalnya, selama ini tak pernah ada manusia yang bisa masuk ke wilayah siluman.

Pemimpin para siluman pun menghampiri si pemimpin, lantas menanyakan bagaimana cara manusia itu bisa masuk ke wilayah mereka. Si pemimpin pun menjelaskan semua yang dialaminya, mulai dari apa yang terjadi di wilayahnya, kedatangan sang iblis, hingga dirinya yang berlari ke puncak Bukit Kabut untuk berdoa kepada Dewa. Mendengar cerita itu, pemimpin para siluman tiba-tiba menawarkan kesepakatan kepada si pemimpin. Kesepakatan untuk hidup berdampingan di wilayah yang sama. Para siluman berjanji akan melindungi manusia dari gangguan sang iblis, dengan syarat; manusia harus membiarkan para siluman tinggal di wilayah mereka.

Bukan tanpa alasan kenapa pemimpin siluman menawarkan kesepakatan demikian, itu karena para siluman juga membutuhkan energi dari manusia untuk meregenerasi kekuatan mereka. Energi yang dihasilkan oleh manusia merupakan sumber dari kekuatan yang dimiliki para siluman. Namun, sayangnya siluman tak bisa mendekati manusia seperti halnya bangsa iblis. Karena meski tak diberkahi kekuatan layaknya siluman dan iblis, tapi manusia yang sudah menetap di suatu wilayah perlahan akan menciptakan perlindungan tak kasat mata yang mengelilingi wilayah tersebut.

Bangsa siluman yang tak sekuat para iblis, tak bisa menembus perlindungan itu. Mereka akan terluka jika melewati perlindungan yang ada di wilayah manusia. Itulah mengapa, para siluman yang mendiami puncak Bukit Kabut tak bisa memaksimalkan kekuatan mereka, karena mereka hanya bisa menyerap energi manusia dari jarak jauh. Namun, beda cerita jika manusia itu sendiri yang membiarkan wilayahnya ditempati oleh siluman. Perlindungan itu tak akan melukai para siluman.

Mendengar tawaran tersebut, si pemimpin tanpa pikir panjang langsung mengiyakan. Dan tanpa ba-bi-bu lagi, pasukan para siluman pun langsung turun ke bawah kaki Bukit Kabut untuk melawan sang iblis yang tengah merusuh di sana. Pertarungan sengit terjadi cukup lama. Karena meski seorang diri, kekuatan yang dimiliki oleh iblis sangatlah besar. Bahkan setelah hampir satu jam bertarung, dan hampir setengah dari pasukan para siluman itu dibantai oleh iblis, pertarungan masih berlangsung sengit. Sang iblis masih tampak gagah dengan sayap lebarnya. Mata merahnya masih tampak berapi-api. Dan tubuh besarnya yang kekar masih tampak sangat bugar, tak sedikitpun menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Hingga hampir sepuluh jam pertarungan berlangsung, si iblis yang sudah mulai kelelahan akhirnya menghentikan pertarungan itu. Dia mengajukan perjanjian damai kepada manusia. Dimana sang iblis berjanji tidak akan mengganggu manusia, asal dirinya dibiarkan menjadi penghuni puncak Bukit Kabut. Manusia menyetujui itu dengan syarat iblis tidak boleh membunuh manusia lagi. Mengingat sumber kekuatan iblis berasal dari sifat buruk manusia, iblis pun dengan senang hati menerima syarat tersebut. Setelah perjanjian dengan sang iblis dan kesepakatan dengan para siluman, kehidupan manusia pun kembali damai.

Desa RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang