Bab 1. Aku Istri, Bukan Pembantu

1.6K 11 2
                                    

Faisal terbangun tiba-tiba, tersentak oleh suara muntah-muntah yang mengganggu tidurnya. Faisal meraba-raba di kegelapan sebelum menyalakan lampu. Saat itu dia bisa melihat jam di meja masih menunjukkan pukul tiga pagi.

Dengan langkah malas, Faisal keluar dari kamar. Suara muntah itu makin terdengar jelas, ia mendekati pintu kamar mandi dan melihat Alisha yang membungkuk di depan wastafel kamar mandi, punggungnya naik turun dalam irama muntah yang tak berkesudahan.

"Kamu kenapa masih muntah-muntah terus? Bukannya sudah dikasih obat biar gak mual sama bidan?" gumam Faisal kesal. Dia berjalan mendekati Alisha, suaranya terdengar keras di tengah keheningan malam.

Alisha terkejut oleh kehadiran suaminya, memalingkan wajahnya yang pucat ke arah Faisal. Ia mengusap bibirnya yang basah karena bilasan air. "Aku juga gak tau, Mas. Aku sudah minum suplemen dari bidan, tapi aku masih mual."

"Kalau bisa kamu tahan— kita ini masih numpang di rumah orangtua aku. Jadi usahakan, kamu jangan ganggu istirahat keluarga aku," ucap Faisal tanpa pengertian. Alisha menatap suaminya dengan pandangan tak habis pikir. "Gimana caranya aku bisa nahan mual sama muntah, Mas? Kamu gak ngerasain ada di posisi ibu hamil— bukan mau aku juga mual muntah begini!" Entah pengaruh hormon, atau Alisha memang kecewa dengan sikap suaminya yang tidak mengerti kondisinya yang sangat sulit.

Airmata mulai mengalir di pipi Alisha, namun itu hanya memicu kekesalan Faisal. "Gak usah cengeng!" serunya tajam.

"Terus aku harus gimana, Mas? Kehamilan pertama ini berat buat aku. Aku pusing, mual, lemes, tiap hari aku ngerasa kayak gini. Tapi kenapa kamu gak mau ngertiin? Aku hamil anak kamu, Mas. Harusnya kamu kasih support buat aku," keluh Alisha, berharap agar suaminya mengerti dengan penderitannya.

Tapi Faisal hanya tersenyum sarkas. "Kamu itu lebay banget? Dulu aku liat ibu aku hamil adik-adik aku, gak pernah manja kayak kamu. Ibu aku tiap hari bahkan jualan pecel buat menuhi kebutuhan sehari-hari," sindir Faisal. "Lagian kamu mau di-support apa lagi sih? Selama ini aku selalu antar kamu ke bidan, aku selalu beli susu hamil buat kamu, uang belanja juga aku kasih, kan? Jadi istri kebanyakan nuntut!" lanjut Faisal dengan nada meninggi.

Alisha merasakan sakit yang mendalam di hatinya saat mendengar kata-kata pedas dari suaminya. "Mas, kamu tega banget ngomong kayak gitu?! Padahal kondisi tiap ibu hamil kan beda-beda, gak bisa disamain," gumamnya di antara isakan tangisnya.

Faisal hanya menggeleng, tidak memperlihatkan sedikit pun penyesalan. "Sama aja! Bedanya kamu manja, ibuku mandiri! Gak pernah lebay dan caper kayak kamu," ucapnya dengan tegas.

"Astaghfirullahaladzim, Mas! Jadi aku muntah-muntah gini, kamu anggap aku caper?" seru Alisha dengan nada putus asa, hatinya hancur karena perkataan kejam suaminya.

"Apalagi? Kamu mau nyari alasan biar gak disuruh bantu-bantu di rumah, kan?" ejek Faisal dengan nada sinis. "Bilang aja kamu malas! Kamu udah gak mau nyuciin baju ibu sama adik aku lagi? Gak mau masakin? Padahal kita numpang di rumah ini, harusnya kamu tau diri."

Alisha menatap suaminya sorot mata dipenuhi keputusasaan. "Kamu nikahin aku sebenarnya buat apa, Mas? Apa kamu butuh pembantu buat keluarga kamu?" tanya Alisha dengan suara bergetar, menahan rasa sakit di hatinya.

Sejak dipinang oleh Faisal dan diboyong ke rumah orangtuanya, Alisha merasakan kelelahan yang tak terhingga. Hari-harinya diisi dengan rutinitas yang tak pernah berhenti: bangun sebelum subuh, pergi ke pasar, memasak, membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci pakaian—semua dilakukannya tanpa mengeluh. Namun, sejak kehadiran Alisha di rumah itu, semua penghuni rumah menganggapnya sebagai 'pembantu' yang seolah harus menanggung semua beban pekerjaan rumah.

Alisha terisak-isak, menyesali keputusannya untuk menikah dengan Faisal. Namun saat ini, ia tidak memiliki opsi lain. Kedua orangtuanya sudah meninggal, dan rumah keluarga sudah ditempati oleh adik perempuannya dan suaminya.

Menikahi Mantan Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang