BAB 03 : PERIHAL CITA CITA

43 14 0
                                    

Kalo ada kalimat yang di miringin, itu cuplikan kata kata dari dialog langit sama ayah nya waktu Langit udah besar.

Kalian paham kan? Jadi di bab 1 - 10 fokus ke Biru Langit Versi masa kecil bersama moment kenangan sama ayahnya. :)

Oke happy Reading gess

MAAF KALO BANYAK TYPO 🙏

☁☁☁

"Karena sampai kapan pun, dia adalah Daksa yang selalu ingin ku dekap selamanya"_Arkatama

Karawang Juni 2017

Sebuah mobil Avanza berwarna putih itu berhenti di depan sebuah Sekolah dasar yang berada di Karawang, hadir nya mobil itu tidak pernah lepas dari padangan anak anak yang berlalu lalang di sana, melihat siapa yang berada di dalam mobil itu, apa ia adalah seorang penjabat? Pikir mereka yang sesekali melihat mobil itu mulai masuk kedalam parkiran.

Hari Kamis di tengah hari ini begitu terik, terlihat matahari bersinar dengan begitu terang membuat langit yang biru pun menjadi putih karena cahaya nya yang berhasil mengalahkan gelapnya malam saat itu.

Pintu mobil tersebut terbuka dengan menunjukkan kaki jengjang seseorang yang mulai keluar dari mobilnya.

Iya itu Arkatama, seorang dokter spesialis bedah saraf yang bekerja di salah satu rumah sakit. Hari ini dirinya memang sengaja pulang lebih cepat karena berniat untuk mengajak Biru Langit_sang buah hati untuk jalan jalan.

Bisingnya suara gelak tawa itu menggema di lapangan sekolah, terik matahari yang begitu tajam membuat Arkatama sedikit menyempitkan pandangan untuk melihat di mana anaknya berdiri.

"Permisi pak, bapak cari siapa?" Arkatama menoleh saat mendengar suara kecil yang muncul dari arah samping.

"Biru Langit," katanya yang langsung di balas oleh senyuman serta anggukan kecil.

"Biru langit putra Bapak?"

"Iya Dia putra saya, kira kira udah keluar belum?"

Perempuan dengan seragam seperti Guru SD pada umumnya itu menunjuk ke arah depan dengan jempol nya.

"Itu Biru langit pak, tadi katanya dia izin ke mini market dulu," kata Guru itu ramah sambil melambaikan tangannya ke arah Biru Langit yang tengah jalan bersama temanya.

Melihat itu senyuman yang tidak kalah lebar itu merekah di wajah nya, Biru Langit berlari antusias ke arah Arkatama dan langsung memeluk Ayahnya begitu erat.

"AYAH!" sahut Biru Langit senang.

Tangan Arkatama dengan cepat meraih pelukan itu, ia tertawa kecil saat melihat anaknya begitu bahagia saat ia jemput.

"Ayah jemput aku nggak bilang," ujar Biru Langit masih memeluk kaki tingginya.

"Sengaja, biar jadi kejutan buat kamu," balas Arkatama tulus.

Melihat manis nya pemandangan di depan, Guru perempuan itu lantas ikut tersenyum.

"Biru pamit pulang ya Bu, ibu harus makan nanti ya, jangan sampe telat," Guru itu tertawa kecil mendengar kalimat Langit, ia mengangguk dengan satu tangan yang mengelus kecil rambut Langit.

"Hati hati di jalan ya, kamu juga harus makan yang banyak biar ayah kamu bahagia, anak nya sehat terus," balas Guru itu dan Langit tersenyum sebagai balasa.

"Saya permisi ya," kata Arkatama kepada Paras-nama Guru perempuan itu.

Selah beberapa menit, mobil putih yang begitu mewah itu pergi meninggalkan perkarangan sekolah, Paras masih setia di tempat nya, menatap kepergian dua orang yang selalu menorehkan senyuman mereka di tempat ini, di parkiran sekolah yang sederhana.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang