BAB 17 : SEKEPING MEMORI YANG ABADI.

17 2 0
                                    

"Persahabatan itu  abadi, dalam cerita semesta sembilan tahun yang lalu,"_Biru Langit

∘₊✧──────✧₊∘

" GOOD MORNING BIRU LANGIT!"
Teriakan melengking itu menyambut pagi indah seorang makhluk bumi paling gengsi sedunia.

Biru Langit dengan sifat keras kepalanya, ya begitulah kata Kanaya, tetangga plus teman SMA nya yang langsung akrab seperti adek kakak, padahal mereka baru dua hari masuk sekolah tapi kedekatannya sudah seperti satu abad.

"Bisa ga teriak teriak, suara lo kayak besi berkarat Na," celetuk Biru Langit tanpa beban.

Kanaya melotot tajam, tangan nya refleks menggeplak punggung Biru Langit, yang tengah mengeluarkan motonya.

"Hari ini gue nebeng di lo gapapa kan?" tanya Kanaya, langsung pada intinya.

Biru langit berhenti tepat di depan Kanaya, yang posisinya berada di luar. Lelaki itu lelah berdiri sempurna di hadapannya.

"Lo punya kaki, gunain untuk jalan, kali kali tu kaki olahraga, jangan terlalu di manjain kaki lo," cerocos Biru Langit sesekali melirik ke arah Kaki Kanaya.

Kanaya yang mendengar itu hanya memutarkan matanya malas, jika sama mobilnya tidak bermasalah, dia juga tidak mau rela rela ke rumah Biru Langit, karena ia tau akan berakhir seperti apa.

"Lo punya dendam apa sih sama gue, gitu banget bahasanya," jelas Kanaya, menatap Biru Langit penuh tanda tanya.

"Gak ada sih, cuman males aja kalo merelakan jok cantik gue di tumpaki cewek rada rada kayak lo," kata Biru Langit kelewat santai dan tanpa bebas.

"Heh! Emang secantik apa sih, jok kecil kayak gitu juga, ga ada cantik nya!" tutur Kanaya penuh penekanan.

Biru langit mencibir kecil, lalu menoleh ke arah Kanaya lagi.

"Lima ribu, kalo lo mau nebeng, eh nggak, dua puluh lima ribu aja, karena lo udah ngejelekin jok cakep ini," usul Biru Langit membuat Kanaya mengangah tidak percaya.

"Kagak ikhlas mah bilang dari tadi, jangan bikin gue telat kesekolah karena gara gara lo," urai Kanaya Protes.

"Gue nawarin na, ga mau? Yaudah gue tinggal,"

Tangan Kanaya menahan pergerakan Biru Langit yang akan menyalakan mesin motor.

"Gue jadi ikut, berapa tadi Dua puluh lima ribu kan? Oke gampang itu mah," ucap Kanaya, buru buru naik ke motor Biru Langit, tanpa di suruh.

Biru langit hanya bisa diam saja melihat Kanaya yang kadang suka berubah ubah moodnya dalam waktu berkedekatan. Biru Langit tidak risi dengan sikap Kanaya, perempuan itu memang seperti itu, karakter nya ceria dan memiliki gaya tarik sendiri untuk membuat lawan bicara betah berteman lama lama denganya.

"Bir, nanti gue nyontek PR Biologi ya," celetuk Kanaya santai.

"Ngelunjak ni anak," umpat Biru Langit kecil dan Kanaya hanya terkekeh.

Dari kejauhan, Arkatama melihat nya, melihat bagaimana interaksi hangat antara keduanya. Lelaki itu tersenyum saat melihat Biru Langit yang terlihat seperti nyaman berbicara bersama Kanaya. Anak tetangga sebelah yang akhir akhir ini mengusik ketenangan Biru Langit.

Katanya, biar Biru Langit enggak keseringan nyelamun dan menyendiri. Kesian manusia tersedih di bumi, perlu pelukan pacar eh salah pelukan ibu.

☁☁☁☁

Bumi berjalan menghampiri Biru Langit yang ternyata sudah lebih dulu tiba di kelas. Lelaki itu terdiam sejenak untuk mengatur kembali nafasnya.

"Kenapa lo, di kejar setan?" celetuk Kanaya, melihat ekspresi Bumi yang seperti orang panik.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang