BAB 06 : HARI ULANG TAHUN.

21 7 0
                                    

"Tuhan jika ia sudah tumbuh dewasa, aku mohon jaga dia, buat dia selalu bahagia dan jangan pernah mengebalikan raga nya kepada sosok ayah yang kejam seperti saya"_Arkatama

∘₊✧──────✧₊∘

karawang September 2017.

SORE : 17.00

Langkah kaki seorang anak kecil yang sekarang sudah berusia sembilan tahun itu berhenti tepat di depan gundukan tanah, ia lalu terjongkok di samping nya menatap lekat batu nisan yang sudah kotor itu.

"Hai bu, sore ibu cantik aku," katanya begitu lirih dengan satu tangan yang membersihkan debu yang mengotori batu nisan itu.

"Ibu hari ini aku sudah usia sembilan tahun, itu artinya aku udah sebesar itu ya, oh ya aku punya sahabat, namanya Alaska, dia baik banget apalagi mamah nya bener bener baik bu, Alaska punya dua abang yang satu namanya Aksara yang satu nama nya Satria dan Alaska lebih deket sama abang satria dari pada bang Aksara,"

Setelah beres menyapu debu itu kini tanganya ber-alih ke tanah untuk membuang dendaunan kering yang berjatuhan ke atas nya.

"Ibu... Hari ini ulang tahun ku tanpa ayah, ayah sibuk kerja di rumah sakit semenjak di nyatakan resmi menjadi dokter bedah saraf tetap, dia gak pernah pulang, sekalinya pulang pasti tengah malem dan langsung tidur, tapi... Di balik itu semua, ayah itu keren bu, aku bangga punya ayah sekeren dia, ibu juga pasti bangga kan?"

Sebuah kalimat indah itu mengudara di tengah keheningan pemakaman umum, biru langit masih setia di tempat nya, bercerita banyak hal tentang sekolah nya begitu tentang Arkatama. Anak itu terlihat bahagia.

"Bu... Biru janji bakal jadi anak yang baik, biru janji bakal akan selalu sama ayah," itu kalimat terakhir Biru Langit setelah selesai bercerita penuh canda dan tawa itu.

Meski tidak ada yang mendengar anak lelaki itu tetap mengembangkan senyumannya. Hingga tanpa ia sadar seseorang sejak tadi melihat nya, seorang wanita dengan pakaian serba hitam itu berdiri di balik pepohonan besar, lekungan senyuman yang terkesan pedih itu melingkar di sana dengan kepalan tangan yang begitu kuat, hingga tidak di sadar bahwa kulit nya terluka karena tusukan kuku.

"Biru pulang dulu ya bu, sayang ibu banyak banyak, nanti Biru dateng lagi, yang tenang di sana," ucap Biru Langit sambil berdiri dari tempat ia jongkok.

Tepat saat punggung kecil itu menghilang, gerimis sedang kembali hadir di tengah terik nya matahari, membuat kesan hangat yang cukup membuat siapapun nyaman.

"Anak sebaik itu harus merasakan kebahagiaan yang palsu?" ucap seseorang di balik pohon yang berjarak tidak jauh dari tempat Biru Langit.

Sepulangnya dari tempat pemakaman umum Biru Langit langsung berjalan tertatih-tatih memasuki kamar nya, mata Langit langsung terbelalak kaget saat melihat ada Alaska dan Bang satria yang berada di dalam kamarnya, mereka mendekati Langit, menyambut anak itu dengan alunan musik selamat ulang tahun.

Mata Langit memanas, sedetik kemudian ia berlari ke arah Satria, menghamburkan pelukan yang erat itu kepada Lelaki yang berdiri sambil memegang kue ulang tahun.

Alaska yang melihat nya hanya terkekeh kecil melihat bagaimana sahabat nya itu menangis kencang di pelukan abang nya. Alaska sangat bahagia karena akhirnya bisa membujuk Abangnya untuk memberi kejutan untuk Biru Langit, meski terbilang sederhana dan hampir membuat Alaska marah karena terlalu biasa tapi nyatanya Biru Langit menyukainya, biru langit tampak begitu bahagia dengan kejutannya.

Alaska mengambil HP milik Abang nya dan menyalakan sesuatu di sana, hingga beberapa detik kemudian, sebuah musik terdengar, anak kecil itu mulai bernyanyi sambil memeluk boneka gurita milik Biru langit.

Happy birthday too you

Happy birthday too you

Happy birthday happy birthday

Happy birthday too you...

Happy birthday sahabat aku yang cengeng!

Tangan Alaska memeluk erat Biru Langit yang masih setia di dalam dekapan Satria.

"Aku gak cengeng," elak Biru Langit dengan wajah cemberut.

Alaska tidak menjawab apa apa, dia hanya tertawa kecil sampai tangan Satria melepas pelukan mereka, lelaki itu lalu berjalan ke arah balkon bersama dua anak kecil yang mengikutinya, di letakkan nya kue itu dan lalu  Satria menatap mereka satu persatu.

"Mau peluk gak?" mendengar pernuturan itu keduanya langsung barlari ke dalam pelukan Satria yang terduduk di lantai.

"Semoga selalu sehat ya Biru, panjang umur selalu Oke, biar abang bisa setiap hari bikin kamu nangis," ungkap Satria di iringi tawa kecil.

"Kesian, nanti air matanya abis bang," sosor Alaska yang tidak terima Biru Langit di katain Cengeng.

Halis Satria mengerut dalam, "Kamu juga selalu manggil dia cengeng, kenapa abang nggak?" katanya heran.

"Ya... Itu panggil spesial dari aku!" ujar Alaska tegas dan Satria hanya mangangguk angguk saja.

Di sana, di balkon kecil yang tidak terlalu mewah, sebuah perayaan hari ulang tahun paling sederhana baru saja di mulai, biru langit sangat amat berterimakasih atas hadirnya mereka dalam hidup nya, karena saat ada mereka Biru Langit tidak merasa kesepian lagi.

"Makasih ya, kejutanya aku suka, makasih banyakkk, kalian mau nginep di sini?" Biru Langit duduk di samping Satria saat Satria mulai melepas pelukan nya.

"Boleh tu, nanti bang ria bacain dongeng buat kita berdua," sahut Alaska antusias dengan mata yang memelas ke arah Abangnya.

"Bagus tu, boleh gak bang, biru juga belum pernah di dongengin,"

Satria terdiam sejenak, matanya lalu melirik ke arah Biru dan Alaska kedua anak kecil yang kini mendangnya begitu memohon.

"Oke baiklah, mari kita bercerita tentang si kancil yang cerdik itu," final Satria berdiri dari tempat duduknya dan di ikuti oleh  Biru Langit dan Alaska.

Mereka bersorak gembira saat Satria mulai mengikuti kemauanya, selang beberapa menit, cerita tentang si kancil itu di baca begitu mendalami oleh Satria, kedua anak kecil yang berbaring di sisi yang berbeda itu menatapnya dengan serius, seolah cerita yang tengah di bacakan itu adalah sebuah cerita misteri yang penuh kejutan.

Lima belas menit kemudian, nerta coklat berkilau itu menoleh ke arah kanan dan kiri memastikan jika kedua Adiknya itu sudah tertidur pulas.

Senyuman yang tidak kalah manis itu terbit di wajah lokalnya itu.

"Do'ain gue selalu bareng sama kalian sampai kalian jadi dewasa nanti dan terkahir, tolong tetap jadi sahabat, happy birthday buat kalian,"

Yah, di hari itu malam hadir begitu cepat sampai tidak sadar hari mulai larut, ketiganya sudah sama sama hanyut dalam mimpi indah mereka, semilihir angin yang masuk kedalam kamar Biru Langit tidak membuat mereka terusik.

"Semoga selalu bahagia,"

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang