BAB 23 : ALASKA DAN RASA TAKUTNYA

10 2 0
                                    

"Dan rupanya, kita memang sama sama terluka,"_Alaska Pranatha.

∘₊✧──────✧₊∘

"Makasih udah dateng kesini, lagian gue ga berharap banget sih tapi makasih," kata Biru Langit tersenyum hangat, kala dua orang temanya datang menjenguknya.

Bumi duduk di samping kursi yang berada di samping ranjang Biru, memperhatikan setiap sudut wajah dan tangan Sahabatnya itu.

"Kenapa lo bisa kecelakaan gitu?" tanya Bumi, matanya tetuju kepada kaki Biru Langit, yang di tutupi kain kasa.

"Gue habis dari markas Alaska," balas nya membuat Bumi mengerutkan halis dalam dalam.

"Habis ngapain  kesana?" Gantian sekarang Kanaya yang bertanya kepada Biru Langit.

"Dia pasti nge sabotase motor lo itu kan? Gue tau Alaska tu benci banget sama lo," gerutu Bumi kesal.

Biru menghela nafas nya kecil, ia lalu menggeleng, Alaska tidak akan sejahat itu meski dia benci sama seseorang. Lelaki itu akan terang terangan terangan membenci orang yang dia tidak suka. Biru tau semua tentang Alaska.

"Enggak kok, gue kesana cuman berantem aja," katanya Jujur.

"Nah, bener kan, si Alaska emang tukang cari masalah," sela Bumi menyimpulkan dengan cepat.

"Alaska gak seburuk itu kok bum, dia gak ngelakuin kejahatan apa apa. Gue kecelakaan karena bawa motornya kenceng banget, terus di pas sampe di trotoar, kepala gue tiba-tiba pusing,  dan berakhir jatuh deh," tuntas Lelaki itu menceritakan singkat, bagaimana ia bisa kecelakaan.

Padahal yang sebenarnya, Biru Langit  marah besar dengan orang orang yang membicarakan ayah nya. Biru Langit sakit hati saat banyak pasang mata yang rupanya menatap Arkatama dengan tatapan kebencian. Soal rasa pusing itu, memang sudah datang sejak pagi kemarin, dan tidak di buat buat.

"Lo kalo pusing kenapa ga tidur aja, kenapa harus motoran segala," protes Bumi.

"Ayah gue nitip makanan, gue ga bisa nolak lah, dia kan pecandu berat bapau!" jelas Biru Langit, sambil menekan kata Bapau di ujung kalimat nya.

"Eh iya, soal surat itu udah di kasih?" Biru Langit melirik ke Kanaya, perempuan itu langsung mengangguk.

"Udah, langsung ke orang nya," jawab Kanaya dan Biru Langit tersenyum.

"Lo sama Alaska pacaran?" celetuk Bumi yang langsung kena pukul oleh Kanaya.

"Gue masih normal lo, gila kali ya!" semprot Biru Langit dengan mata yang melotot.

Bumi terkekeh kecil. "Ya emang itu surat isinya apa? Bikin gue curiga, dan dari kemarin kemarin juga, si Alaska suka liat lo diem diem, kan bikin orang overthinking tau ga."

Biru Langit hanya senyuman tipis yang terbit di sana, mendengar penjelasan dari Bumi, membuat Biru Langit tau, jika persahabatan nya dengan Alaska sangat lah begitu dekat sampai banyak orang yang mengira mereka macam macam, padahal tidak, ingin sekali rasanya dia tertawa kencang, memangnya kenapa, mereka cemburu dengan persahabatan penuh kedamaian itu, iya kedamaian yang indah yang dulu Biru Langit kira, kedamaian itu akan abadi, nyatanya tidak.

"Kenapa malah ngelamun," tegur Kanaya membuat Biru Langit menoleh.

"Ga, pengen ngelamun aja," balasa nya asal.

"Tapi lo ga apa apa kan? Ga ada yang terluka selain tubuh ko?" seloroh Bumi dengan pertanyaan pertanyaan yang membuat Biru Langit terdiam.

Hatinya terasa ragu untuk berkata jujur, hatinya terasa takut untuk mendorong lindah di dalam mulutnya itu untuk bergerak, mengatakan satu fakta bahwa Biru Langit tidak baik, tubuh lelaki itu tidak akan bertahan lama lagi, dan entah kapan, ia tidak ada di sini, bersama mereka. Tapi Biru Langit tidak mau berbohong, Biru ingin jujur soal kondisinya.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang