BAB 10 : SEBUAH JANJI YANG FANA.

14 2 0
                                    

"Dan kamu tau, mungkin hari ini adalah moment terkhir yang tercatat dalam kalender semesta,"_Biru Langit.

»»-----------¤-----------««

Karawang 01 Januari 2018.

Di sebuah kamar sederhana dengan cahaya lampu yang remar remar, arkatama bangun dari tempat duduknya, lelaki itu lalu melangkah pergi ke balkon kamar nya, ia duduk di sana. Seorang diri menatap langit yang hendak akan hujan, di malam gelap nan sunyi ini, pikirkan nya tiba-tiba tidak tenang. Detak Jantung arkatama seolah berdetak hebat dan membuat lelaki itu kesulitan untuk tidur.

Malam ini, bukan malam yang buruk, tetapi malam hari yang menjadi membuka dari tahun yang baru. Menutup kenangan kenangan indah yang pernah di tulis di tahun sebelumnya, arkatama ingat itu. Ingat jutaan kenangan indah penuh canda tawa, bahkan sampai sekarang, tawa indah yang membuat dunianya meresa baik baik saja, masih tertayang sempurna dalam pikiran nya. Tak ada satupun yang ia lupakan, semuanya abadi. Abadi dalam ingatan Arkatama, tentang Biru Langit.

Beberapa menit kemudian, setelah hanyut dalam lamunan nya, Arkatama menoleh ke belakang, ke arah pintu yang terbuka laun, hingga menampakkan seorang anak kecil yang berdiri dengan boneka gurita yang ia peluk, mata indah itu menatap lurus ke arah Arkatama dengan senyuman yang tidak pernah pudar. Melihat kehadiran nya, ekor mata Arkatama melirik sekilas ke jam. Sudah jam sepuluh, kenapa dia tidak tidur?

Tangan Arkatama merentang ke udara, berniat menyuruh si kecil untuk segera mendekatinya, tanpa rasa ragu, langkah kecil itu berjalan dengan senang menghampiri Arkatama. Manusia paling menyedihkan di muka bumi ini.

Arkatama meraih tubuh kecil itu dengan mudah, lalu ia bawa ke pangkuan nya.

"Kenapa belum tidur?" tanya Arkatama tepat di depan telinga Biru Langit.

"Aku gak bisa tidur yah," balas Biru Langit seadanya.

"Ayah sendiri? Kenapa belum tidur, ini udaranya dingin banget, gak baik buat ayah," tambah nya, membuat Arkatama tersenyum.

"Gak baik juga buat kamu, ayah udah besar, kamu masih kecil, harusnya kamu yang tidur duluan," kata Arkatama dengan suara yang begitu tenang, sesekali lelaki itu mengecup singkat kepala Biru Langit.

Terkekeh kecil, lalu menengadahkan pandangannya ke atas. "Hujan nya turun," sahut Biru Langit, tepat saat hujan itu benar benar turun bebas membasahi alam semesta.

"Semoga di tahun ini, ada banyak kabar baik," kata Arkatama terdengar lirih, entah kenapa dirinya tiba tiba berkata seperti itu.

"Memang akan ada hal yang buruk?" tanya Biru Langit.

"Setiap perjalanan hidup, pasti akan ada kabar buruk nya, dan mau tidak mau, sanggup atau tidak sanggup, kita harus menghadapi itu," jelas Arkatama, memelukku Biru Langit yang duduk di lahunanya.

Biru Langit sedikit memiringkan kepala nya, untuk melihat Arkatama. Lelaki itu tersenyum saat melihat anaknya menoleh.

"Ayok rayakan tahun baru ini," kata nya antusias.

"Dengan?" tanya Arkatama.

"Dengan terus bersamaa," balasnya begitu ceria, namun terdengar menusuk di hati Arkatama.

"Kita akan selalu bersama, dan akan pisah karena kematian," kata Arkatama berusaha untuk tersenyum.

"Ayah kenapa? Senyuman ayah terpaksa, ayah ga mau barengan terus sama langit ya...." suara Biru Langit mereda menjadi lesu, tatapan nya berubah menjadi sedih. Dan tentu itu membuat Arkatama tersenyum.

"Ayah sangat ingin terus bersama kamu, sampai mati," ungkap Lelaki itu tulus.

Anak kecil itu turun dari lahunan ayah nya, ia lalu duduk di kursi samping Arkatama, tangan kecil nya melingkar ke pinggang besar itu. Memeluk nya begitu erat sangat erat, seolah pelukan itu berkata, jika ini adalah pelukan terkahir dari anak mu.

"Kenapa hmm?" tanya Arkatama membalas pelukan itu.

"Ayah jangan pergi, jangan ninggalin langit sendirian, karawang itu luas, dan langit takut," sudut bibir Arkatama melengking, membentuk senyuman indah, yang terlihat sempurna.

"Ayah di sini, selamat berganti nya tahun. Semoga kamu tumbuh besar dengan rasa bahagia yang tidak akan habisnya"

Bohong jika Arkatama benar benar mengatakan nya, ia tidak akan pernah mengatakan itu lewat suara dan hanya mampu ia ucapkan dalam hati.

Di malam pertama di tahun 2018 itu, arkatama kembali berjanji bahwa akan selalu ada, menemani perjalanan hidup sosok anak kecil yang begitu baik hati. Raga yang hampir tidak pernah marah hebat. Sosok yang menjadi tempat pulang Arkatama. Saat tidak ada lagi tempat pulang yang ingin menerimanya. Tapi... Si kecil itu tidak tau, tidak tau bahwa  suatu saat nanti, ayah yang selalu ia kagumi akan berganti dengan sosok yang berbeda.

"Maaf, jika nanti, janji itu ku ungkari biru langit,"

*┈┈┈┈*┈┈┈┈*┈┈┈┈
Hai?
Cerita singkat, tentang
Biru langit kecil dan ayahnya sudah selesai.

Dan sekarang, mari kita menjelajahi cerita dia saat dewasa.

Saat semesta memaksa biru langit untuk tetap berdiri tegak, di jeruji api yang membunuh nya.

Sudah siap? Udah siap memasuki kisah serius nya?

Aku harap, ada pelajaran yang bisa kalian ambil dari cerita ini. Dan mari kita berjuang sampai mimpi itu tercapai.

Aku gak berharap banyak kok, ada yang baca aja syukur.

Jangan lupa nanti vote dan komentar nya, supaya aku semangat nulis nya.

Oke ready? Jangan nangis Oke. Ending ada di pihak kalian ❤

Semoga selalu, menanti cerita ini update.

See youu

*┈┈┈┈*┈┈┈┈*┈┈┈┈

BIRU LANGIT

"Keluarga yang utuh itu, adalah keluarga yang saling memahami dan menghargai antara kecacatan dan kesempurnaan, bukan keluarga yang selalu bahagia karena kemewahan,"

ALASKA PRANATHA

"AKU TIDAK SELALU BAIK, TAPI
INGIN SELALU TERLIHAT BAIK,"

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang