BAB 21 : DI DIAGONIS KANGKER HATI

23 3 0
                                    

"Kamu tetap menjadi orang baik, di matanya."
∘₊✧──────✧₊∘

Arkatama berdecak kesal, lelaki itu lalu meraih jas abu abunya yang ia letakan di atas meja, dan berlari untuk segera menemui Biru langit yang katanya kecelakaan.

Rasa cemas jelas terpancar di wajah yang awet muda itu, ia melajukan mobil nya dengan kecepatan penuh. Hatinya tidak tenang, bahkan tangan Arkatama berkeringat hebat saat mendengar berita bahwa Biru Langit kecelakaan, tiba tiba saja? Apa yang membuat lelaki itu sampai Kecelakaan.

Sesampainya di rumah sakit, kedatangan Dokter benah saraf yang izin cuti itu berhasil menjadi pusat perhatian, ada yang menatap kedatangannya dengan tatapan bingung dan ada yang menatap nya dengan tatapan tidak suka. Bahkan ada yang menatap nya dengan tatapan yang tidak mampu Arkatama baca.

Langkah nya tetap ia bawa lari, menerabas lorong rumah sakit yang ramai dengan orang berlalu lalang pikiran nya sedang tidak tertuju kemana mana. Lelaki itu seperti kecelengan mendengar bahwa Biru Langit masuk rumah sakit.

"Farrel,"

Deru nafas yang tidak beraturan itu terdengar di balik ambang pintu rawat inap yang terbuka. Kedatangan Arkatama dengan keadaan seperti orang yang sudah berlari kiloan meter  cukup membuat suster yang di dalamnya kaget, begitu dengan Dokter Farrel, lelaki itu juga tidak akan menyangka jika dia akan terlihat sepanik dan secemas itu.

"Biru kenapa? Dia kenapa bisa kecelakaan, dia baik baik aja kan? Anak saya gak terlalu berat kan?"

Mata Arkatama menujukkan rasa Khawatir yang begitu besar, bola mata lelaki itupun sudah di banjiri air mata, bahkan kedua tangan yang megenggam pundak Farrel pun bergetar cukup kuat.

"Anak kamu kecelakaan tunggal, katanya motor dia tiba tiba oleng dan menabrak pohon yang berada di trotoar, untung nya di sana ada yang liat, jadi cepat cepat di bawa kesini, dan... " penjelasan dari Dokter Farrel itu menggantung cukup lama.

Ia melirik Arkatama yang menunggu nya meneruskan perkataan itu.

"Dan apa? Katakan Farrel dan apa?" tanyanya Panik.

"Biru mengidap kangker hati,"

Bagai tersebar petir, seluruh tubuh Arkatama melemas. Otot-otot nya terasa tidak berfungsi lagi saat telinga itu mendengar fakta yang meruntuhkan kan segala jiwa raganya.

Tanganya nya meremas lengan Dokter Farrel kuat kuat, ia menunduk sambil menggeleng.

"Lo jangan bohong sialan! Selama ini dia baik baik aja," elak Arkatama tidak percaya.

"Kamu boleh keruangan saya untuk melihat hasil pemeriksaan nya tadi, dan untung kangker itu baru muncul beberap bulan yang lalu, jadi ada kemungkinan Biru Langit bisa sembuh," jelas Dokter Farrel, menatap tatapan kehancuran dari sorot Arkatama.

"Anak saya akan tetap hidup kan? Dia tidak mungkin mati,"

Dokter Farrel membuang mukanya, lelaki itu tersenyum kecut. Melihat Arkatama yang benar benar runtuh saat mendengar berita itu, membuat dadanya terasa tersayat oleh silent yang begitu tajam, Farrel belum pernah melihat Arkatama menangis si lepas itu. Farrel tidak pernah melihat tatapan penuh ketakutan yang Arkatama terpancar kan kepada nya.

"Kita bahas lanjutnya di ruangan saya saja, biar lebih leluasa," tandas Dokter Farrel berjalan menuju pintu luar.

Arkatama terdiam, tatapan nya kosong, lelaki itu menatap Biru Langit, yang berbaring di atas brankar. Mata yang tertutup itu terlihat begitu tenang.

☁☁☁☁

"Ayah," suara terdengar seperti bisikan itu membuyarkan lamunan Arkatama.

Arkatama tersenyum, ia lalu memeluk erat tubuh ringkih itu, mendekap nya dengan lama seolah itu adalah dekapan terakhir.

Mendengar penjelasan tentang Kangker hati yang Biru miliki, membuat Arkatama lemah. Pikirkan buruk tentang hari hari yang akan datang itu terbayang menghantui pikirannya. Apa Biru Langit tau soal penyakit nya?

"Maaf ayah, aku gak tau soal itu,"

Arkatama mengangguk paham. Sebab ia sendiri juga melihat jika Biru Langit terlihat baik dan sehat. Lelaki itupun tidak pernah mengeluh kesakitan.

"Ayah," panggil Biru Langit kecil.

Posisi mereka, Arkatama ikut berbaring di ranjang Biru Langit yang tersisa, lelaki itu duduk sambil mendekap anaknya erat erat.

"Ayah, bapau nya ilang," ucap Biru Langit berhasil membuat Arkatama kembali menangis.

"Udah, gapapa, nanti besok kita beli lagi," balas Arkatama tenang.

Tatapan Biru Langit terlihat kosong, pikiranya terlalu berisik hingga membuat rasa pusing itu semakin pening. Tangan yang terpasang jarum impusan itu terangkat, meraih tangan Arkatama lalu mencium nya begitu lama.

Arkatama memejamkan matanya erat erat, menahan detakan jantung yang berpacu begitu hebat hingga menciptakan sesak yang begitu perih.

"Ayah, Biru sayang ayah," Biru Langit membalas pelukan Arkatama, menidurkan kepalanya dalam rengkuhan lelaki itu.

Runtuh, tangisan Arkatama pecah malam itu, Biru Langit kembali membuat lelaki itu jatuh layak manusia terlemah di muka bumi.

"Kalo nanti ayah buat kamu terluka, kamu bakal benci sama ayah?"

Pertanyaan itu membuat gelengan di kepala Biru Langit, anak itu menengadahkan pandangannya, menatap wajah lebam Arkatama.

"Aku sayang ayah," tegas nya dengan suara yang hampir habis.

Di malam yang gelap dan dingin ini, Arkatama kembali di tarik oleh rasa takut nya, di malam yang sepi ini, ia kembali ingin terus mendekap tubuh itu untuk selamanya, meski tau akan hilang, Arkatama tetap akan datang, datang menemui Biru Langit dengan tatapan yang sudah berubah.

Kecupan singkat itu mendarat di kepala Biru Langit, tangan besar Arkatama membawa wajah Anaknya ke ceruk leher lelaki itu, mendekap tubuh itu semakin mengerat.

"Ayah, jangan takut kehilangan seseorang. Karena hidup memang tetang datang dan pergi,"

Bisikan menusuk itu membuat Arkatama tersenyum kecut. Jika memang ia takut untuk kehilangan Biru Langit, lantas mengapa jika hatinya terus membenci sosok itu.

"Maafin Ayah Biru,"

∘₊✧──────✧₊∘

RAMAIKAN DONG! Vote komen kalian tu ngaruh banget sama mood aku :v

Kalian mau cerita ini sampe berapa Bab?

100 kuat ga? Bercanda, aku ga akan kuat untuk mengetik sebanyak itu 😭🙏

Jangan lupa makan oke!

Cerita nya emang singkat singkat.

Byeeee.

LANJUT TIDAK?

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang