BAB 18 : SAHABAT.

9 2 0
                                    

"Semoga kalian tetap meramaikan semesta ini,"_Satria Pranatha

∘₊✧──────✧₊∘

Alaska membanting segala barang yang berada di kamarnya, lelaki itu terlihat kesetanan semenjak pulang dari sekolah, benar benar murka dan muak, lelaki itu tidak peduli dengan tangannya yang berdarah karena membanting kaca yang berada di depan lemari lelaki itu.

Kenzo yang posisinya baru sampai di rumah Alaska, ia syok berat melihat Ketuanya memberantakan kamar nya sendiri menjadi kapal pecah, mata merah yang terpancar jelas di sana itu sudah menunjukkan bahwa hari ini ia benar benar marah hebat.

"Apa yang lo lakuin woy!" teriak Kenzo pergi menghampiri Alaska, yang hendak akan melempar kursi yang berada di balkon ke bawah sana.

"Alaska!" teriak Kenzo sekali lagi, dan Alaska malah melempar kursi itu ke arah nya.

Benda terbuat dari kayu itu, langsung terbelah sebagian, Kenzo berhasil menghidar, lelaki itu sesekali memegang dadanya, mengelus  nya kecil dan lalu melihat Alaska yang berdiri dengan pundak naik turun.

"Tengah bolong gini, bukanya tidur, mandi, apa ke, ini malah ngamuk gak jelas, lo kenapa sih!" gerutu Kenzo protes, ia berjalan menghampiri Alaska.

"Lo kenapa, gue tanya sekali lagi."

Alaska menoleh ke arah Kenzo tidak minat, lelaki itu lalu berjalan ke arah tempat tidur nya, dan menjatuhkan tubuh nya ke sana. Deru nafas yang berat itu ke luar begitu dalam. Hari ini, semuanya buruk bagi Alaska, tidak ada yang menyenangkan sama sekali, apa lagi saat tadi di sekolah. Saat dirinya kembali bertengkar kecil dengan Biru Langit tanpa sebab. Ya lelaki itu yang membuat Alaska semurka ini.

"Kenapa Ska, lo kalo ada masalah kebiasaan banget suka ga cerita sama gue," jelas Lelaki bernama Kenzo itu, duduk di samping Alaska yang masih berbaring.

"Kalo lo asing sama sahabat lo, terus sahabat lo punya temen baru, lo bakal apa?"

Kenzo memgerutkan keningnya dalam dalam saat mendengar perkataan itu, ia ingin sekali tertawa kencang mengetahui jika ini toh masalah yang membuat ketuanya semarah ini, astaga benar benar seperti anak kecil.

"Itu wajar sih, gue ga akan ngapa ngapain, ya biarin lah, dia juga pengen punya temen baru," kata Kenzo seadanya.

"Emang siapa sahabat lo?" pertanyaan itu berhasil membuat Alaska terdiam.

Lelaki yang tengah membaringkan badannya itu terdiam, mencoba menjawab dengan kalimat yang cocok, mencoba mencari nama samaran untuk ia sebutkan, namun akhirnya tidak bisa, nama Biru Langit masih tercetak jelas di luar kepala, membuat dirinya mau tak mau mengatakan nya.

"Biru Langit,"

Bak tersambar petir, Kenzo refleks memukul Alaska. "Jangan ngarang," ketus lelaki itu cepat.

"Liat bingkai yang gue taro di meja belajar, kalo lo ga percaya," pinta Alaska tanpa berniat melirik ke arah Kenzo.

Kenzo langsung melirik ke arah meja itu, di sana ada foto yang tersimpan rapi di bingkai berukuran sedang, foto yang di dalamnya berhasil menarik perhatian Kenzo, tanpa menunggu, lelaki itu berjalan untuk menghambil bingkai nya.

Lidah Kenzo seolah kelu saat melihat siapa orang yang berada di bingkai itu , dua orang anak kecil yang terlihat sangat dekat dan berteman denga  baik, senyuman lebar yang terukir di wajahnya sudah menunjukkan bahwa keduanya benar benar bahagia. Tapi lain dengan sekarang, Kenzo melihat nya, melihat setiap hari bagaimana tatapan itu menatap Biru Langit, bagaimana lidah itu berkata penuh penekanan dan kebencian kepada orang yang jelas adalah orang yang dulu pernah menjalin ikatan persaudaraan. Kenzo membawa bingkai itu ke arah Alaska yang sudah duduk, mata nya datar dengan ekspresi yang terlihat tidak minat dengan Kenzo yang membawa bingkai tersebut.

“ini lo sama Biru, apa yang ngebuat kalian jadi saling pencar gitu, terus kenapa waktu pertama kali lo liat dia, lo ga nyapa dia, dan beringkah selayaknya orang asing. Lo tau ga? Apa yang paling sakit di dunia ini," tutur Kenzo dengan berbagai pertanyaan yang menyerang ke Alaska.

"Emang apa?" balas Alaska, lebih tertarik dengan pertanyaan terkahir Kenzo.

"Bertemu seseorang yang dulu pernah dekat dengan tatapan asing, behh sakitnya sampai ke ginjal," ungkap Kenzo dengan sedikit candaan, agar tidak terasa tegang.

"Lo cemburu Biru punya sahabat lagi?"  tambah Kenzo, berhasil membuat Alaska memukul nya.

"Gue masih normal bangsat!" umpat  Lelaki itu tajam.

Kenzo terkekeh geli melihat nya, ia laku meletakkan bingkai itu ke samping nya setelah nya, matanya menatap lurus kedepan.

"Bumi sama gue juga sahabat, dulu kita juga deket banget sama kayak lo, tapi saat kita jadi sodara tiri, kita bener bener gak bisa akrab lagi,"

Alaska menoleh dengan kerutan di halisnya yang begitu dalam, kentara sekali jika lelaki itu tidak paham.

"Cerita nya panjang, intinya, ayah gue itu menceraikan mamah gue karena di lebih memilih selingkuhan nya, yang ternyata mamah nya Bumi, denger fakta itu, gue sakit hati, gue beneran gak rela mama gue nangis karena ayah, gue pengen melawan tapi hari itu gue masih terlalu kecil untuk ikut campur urusan mereka. Sampai di mana, kita beneran jadi sodara tiri dan mamah gue di kabarkan  bunuh diri, hari itu gue berantem hebat sama Bumi, dan bilang kalo penyebab bunuh diri mamah gue itu dia," jelas Kenzo sedikit menceritakan rahasia yang ia simpan, lagian tidak ada salahnya ia bercerita itu dengan Alaska.

"Lo benci Bumi?" tanya Alaska.

Kenzo tertawa pedih, lelaki itu menatap lekat ke arah Langit, seolah ada memori indah tertayang layaknya telivisi di atas langit terang itu.

"Gue selalu berusaha buat benci sama dia, tapi sekeras apapun usaha gue, gue bener bener gak mampu untuk membencinya,"  kata Kenzo berhasil membuat Alaska terdiam.

Lelaki itu terdiam seribu kata, matanya melirik ke arah gelang kecil yang ia pakai. Gelang yang di beri oleh Biru Langit dengan usahanya yang lari lima kilo meter untuk membeli gelang itu di toko yang baru saja di buka. Dada Alaska seolah tertampar oleh kalimat Kenzo.

"Kenapa lo? Udah ah jangan galau, mending ke markas, yang lain udah nunggu," tandas Kenzo menarik tangan Alaska.

"Katanya, sahabat itu bukan siapa yang datang lebih awal, tapi siapa yang bertahan sampai akhir," kata Alaska tiba tiba membuat Kenzo memutarkan matanya malas.

“Artinya, sahabat ga di liat dari dia datang di masa mana, dari waktu mana dan berapa jumlah nya, tapi sahabat itu datang dan bersama hingga akhir, meski akhirnya asing, tapi saat dunia salah satunya runtuh, ia tetap datang ketika ribuan sahabat lainnya memilih tidak peduli, maka dia sahabat sejati yang nyata. Ada dan tulus," jelas Kenzo panjang lebar, rahangnya meresa pegal karena terus berbicara.

Lelaki kaku seperti Kenzo baru merasakan berkata sepanjang ini.

"Gue kangen dia ken, tapi Gue benci dia juga," Kata Alaska jujur dan Kenzo mendadak terdiam. "Gue benci kenangan gue sama dia,"

∘₊✧──────✧₊∘

Ngetik nya sambil di bayangin.

Mereka itu sahabat yang bener-bener ada di dunia nyata :v

Oh ya, jangan lupa vote dan komen ya biar aku cepet balik nya heheheh

Emang mau kemana? Ya mau ngilang lagi,

Ada pesan buat aku?

Tokoh?

Langit.

Bumi

Kanaya

Kenzo

Alaska

Jangan lupa promosiin ya, bentar lagi kita masuk klimaks! Siapkan jantung kalian untuk berdetak tenang 🙏😭😅

Maaf keun atuh hehehe.

See you siders menyebalkan huuuu

Karawang 09 juni 2024 / 10.09 siang.
Hari minggu.

Cerita akan lebih dominan tentang persahabatan dan keluarga ❤

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang