BAB 24 : LUKA YANG ABADI.

11 2 0
                                    

"Apa yang kamu harapakan di semesta versi dewasa, yang tentunya terluka itu lebih banyak dari pada bahagia,"_Kanaya

∘₊✧──────✧₊∘

Sebuah gelas kaca berukuran kecil itu berhasil melayang ke udara dan jatuh tepat di samping tubuh seseorang yang menegang karena pecahannya yang berhasil menusuk ke sebagian kulit nya. Tatapan tajam yang siap mengoyak seluruh organ tubuh nya itu mendekat dengan emosi yang terlihat sudah di ujung tanduk. Sedetik kemudian, tanpa aba aba, tangan besar itu menarik dengan kuat rambut nya yang sengaja di gerai, membawanya ke dalam sebuah gudang kotor yang penuh dengan hewan kecil.

Entah apa lagi kesalahan yang ia lakukan hari ini, padahal seingatnya, tidak ada, tidak ada perkara yanng membuat dirinya salah dan berakhir teriksa.

" MAU JADI APA KAMU, JAM SEGINI BARU DATANG! MAU JADI PELACURAN SEPERTI IBU MU ITU HAH!"

Tangan besar itu mencekram kuat dagu kecil yang dingin, menandahkan kepala anak itu untuk menatap dirinya.

"JAWAB!"

Mata itu terpejam kuat kuat, dadanya terasa panas dan sesak, saat lagi lagi, sosok tegas itu kembali menyiksa nya habis habis, selayaknya boneka paling buruk yang tidak laku di pasaran. Hingga di buah dan bakar.

Kanaya hanya mampu membisu, tidak ada perlawanan dari perempuan itu, karena percuma, percuma jika melawan, ayahnya mana mungkin bisa berhenti.

"Kamu itu bisa nya bikin malu saya saja! Jawab saya, kamu dari mana!" teriaknya penuh penekanan.

"Aku habis dari rumah sakit yah,"

Plak!

Darah dari sudut bibir Kanaya menetes deras, rasa perih tercampur nyeri itu bersatu, saat pecut berukuran kecil mencium bibirnya dengan sempurna.

"Berani kamu berdusta di hadapan saya hah! Berani kamu, bilang saja jika kamu itu jual diri seperti ibu kamu?" tunding Ayah, masih menjenggut kuat rambut Kanaya.

Muak, Kanaya muak dengan ini.

"Ayah jangan bilang seperti itu, ibu bukan pelacur, ibu bukan wanita semurah itu ayah! Berhenti ngejelekin ibu, ayah boleh nyiksa Kanaya, tapi tolong jangan bawa bawa ibu!" tuturnya memberanikan kan diri untuk bicara, meski harus menahan rasa sakit di bibirnya karena terkena pecutan dahsyat.

Lelaki itu tertawa keras, tangan nya lalu mendorong kuat tubuh ringkih Kanaya kedalam gudang itu, tempat paling Kanaya benci.

"Kamu tidak Terima dengan kenyataan yang sudah kamu liat!" umpat lelaki itu tajam.

"Kamu sama ibu mu itu sama aja! Tidak tau malu,"

"Kalo ayah bilang begitu, kenapa ayah menikah sama ibu? Kenapa ayah mau!"

Kini kanaya berdiri dari tempat jatuhnya, berusaha menatap lelaki itu dengan sempurna, meski sebenarnya ingin sekali ia menangis dengan kencang sampai nyawanya habis karena tangisan nya sendiri.

"KARENA SAYA DI PAKSA! JIKA BUKAN KARENA ORANG TUA SAYA, SAYA PUN TIDAK AKAN SUDI, TIDAK AKAN SUDI DUNIA AKHIRAT, MENIKAH DENGAN WANITA SEPERTI NYA!" urat di leher itu nampak semakin jelas, tanganya bergetar hebat dengan mata yang memerah terlihat betapa murka nya dia.

"Dan kamu... Dan kamu adalah anak yang tidak saya inginkan, seharusnya kamu mati saja, mati, jika hidup mu hanya membawa saya kepada nama buruk!" beber Sang Ayah, menekankan setiap kalimatnya.

Setelah itu, ia pergi. Menghilang dalam pandangan Kanaya yang hanya bisa diam, diam selayaknya patung hidup.

"Nay," suara Bumi datang, saat ayah Kanaya benar benar menghilang.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang