BAB 20 : KASUS PEMBUNUHAN.

16 3 0
                                    

"Saat bangkai sudah tercium baunya,"_Dr. Farrell

∘₊✧──────✧₊∘

Sepulang dari markas Alaska, Biru langit mampir lebih dulu ke sebuah caffe kecil yang terletak di pinggir jalan, caffe kecil yang menyediakan bapau kesukaan ayahnya itu.

"Malam Biru," sapa seseorang yang berkeja sebagai kasir.

Biru Langit tersenyum, ia sangat sering mampir ke caffe ini bahkan hampir setiap jam, entah itu membeli bapau atau hanya sekedar duduk santai saja, jadi wajar jika dirinya kenal dengan baik.

"Seperti biasa? Bapau rasa kelapa nya empat,"

Biru Langit mengangguk, sesering itu ya ayahnya ini memesan Bapau kesukaannya sampai kasir saja hafal, berapa buah bapau yang selalu Arkatama beli.

Jarum jam sudah menunjukkan angka sembilan malam, tapi Biru Langit belum mau pulang dari tempat itu. Setelah pesanan Bapau nya tiba, lelaki itu berniat memesan kopi hangat untuk menenangkan pikirannya yang kembali kacau. Percakapan singkat antara dirinya dan Alaska tadi itu berhasil membuat Biru Langit tidak bisa berpikir jernih. Hingga beberapa menit kemudian, bisisikan dari sebagian orang terdekar menusuk di telinga Biru Langit.

"Kalian inget ga? Soal kasus pembunuhan yang di Rumah sakit Cakrawala," bisik mereka terdengar jelas.

"Iya, masih inget. Sampai sekarang belum di tutasin kasus itu," balas Orang yang duduk di sana.

"Katanya,  tuan Arkatama juga terlibat dalam kasus pembunuhan itu, sama istri nya juga,"

"Ada yang bilang sih, tuan Arkatama yang membunuh istri nya, tapi tidak tau, rumor itu masih jadi tanda tanya,"

Tangan Biru Langit yang asik mengaduk kopi dengan sendoknya itu berhenti, Biru Langit tidak tuli dengan apa yang tengah mereka bicarakan.

"Kasus nya sih, udah di tutup rapat rapat, karena itu cuman fitnah, tuan Arkatama mana mungkin sekejam itu,"

"Tapi bukanya dia kejam? Dulu diakan mantan pembunuh bayaran?"

"Astaga, benarkah? Bukanya sekarang dia seorang dokter,"

Tangan Biru Langit mengepal begitu kuat, urat lehernya nampak jelas dengan gertakan giginya yang begitu berisik, lelaki itu lalu berdiri dari tempat duduknya, berjalan menghampiri orang orang yang tengah membicarakan ayahnya dengan begitu buruk. Jangan tanya keadaan lelaki itu sekarang.

"Jaga mulut lo, kalo ga mau gue sobek!" umpat Biru Langit tiba-tiba, sorot mata yang menusuk itu berhasil membuat mereka terdiam.

"Ayah saya tidak seburuk itu, dan dia juga bukan seorang pembunuh, ingat itu baik baik. Jangan main mempercayai berita yang belum benar adanya."

Tangan Biru Langit sedikit menggebrak meja mereka kecil, karena ia tau ini masih terlalu ramai untuk meluapkan emosinya. Di detik berikut nya, ia memilih untuk pergi keluar dari Caffe itu.

Katanya,  tuan Arkatama juga terlibat dalam kasus pembunuhan itu, sama istri nya juga,"

"Ada yang bilang sih, Arkatama yang membunuh istri nya, tapi tidak tau, rumor itu masih jadi tanda tanya, "

Kalimat itu masih tertayang jelas di luar kepala Biru Langit, yang sekarang sudah melaju dengan kecepatan di atas rata rata, menerabas kelamnya malam dengan segumpal emosi yang membakar dirinya.

Selama ia hidup, telinga nya baru saja mendengar hal hal buruk dari orang-orang yang bahkan tidak memastikan orang itu tau jauh soal Arkatama, karena yang ia kenal dari sosok ayahnya, adalah lelaki baik yang tidak pernah membentak. Sosok tenang yang begitu penyayang, bukan seorang pembunuh bayaran yang keji dan tidak punya hati sampai apa katanya? Membunuh istrinya sendiri, itu tidak mungkin, karena Biru melihat betapa besar nya cinta Arkatama untuk ibu kandung yang entah siapa. Dan Biru yakin jika ayahnya bukan orang yang mereka sebutkan, semua itu salah, itu tidak benar dan Biru Langit murka dengan mereka, andai saja mereka berbicara di tempat sepi mungkin di detik itu juga, matanya tidak akan pernah melihat dunia lagi.

Biru Langit sangat membenci itu. Tapi disisi lain, ia juga cukup penasaran dengan penyebab kematian dari ibunya, apa benar ibu meninggal karena di bunuh? Apa benar jika dulu ibu pernah tinggal di bandung, apa benar ibu tidak pernah memiliki riwayat penyakit, pertanyaan pertanyaan itu terdengar berisik di kepala Biru Langit, hingga membuat  fokusnya hilang, kepala lelaki itu berdenyut hebat membuat dirinya mendecih tidak suka.

Biru Langit melajukan motornya lebih cepat, membuat beberapa orang yang berada di jalan raya malam itu berteriak geram, karena Motor Biru yang melaju dengan gila. Bukanya berhenti, lelaki itu malah tidak peduli, bahkan ia lupa dengan bapau pesanan ayahnya. Sekarang Biru Langit hanya ingin berdiam lama di malam hari, pikiran yang begitu kacau membuat dirinya tidak bisa tenang, ia merasa ada banyak orang yang mempermainkan dirinya.

"Maaf ya, bapaunya ga akan pulang," kata Biru Langit dengan mata yang berkaca kaca.

"Marah itu seperti apa, bagaimana cara nya marah besar. Aku ingin merasakan itu, merasakan Marah besar hingga tangan ku dapat membunuh manusia manusia munafik."

☁☁☁☁

Arkatama masih setia menunggu kedatangan Biru Langit, malam sudah larut tapi anak itu tidak kunjung datang ke rumah, membuat Arkatama sedikit khawatir dan kecewa, sejak tadi, ia benar benar mengharapkan anak itu pulang dengan titipan nya yang sangat ia tunggu tunggu.

"Dia kemana sih, laman banget cuman keluar, udah tiga jam ini!" gerutu nya mondar-mandir seperti orang bingung.

Hingga tidak lama kemudian, dering ponsel lelaki itu berbunyi, Arkatama bisa melihat nama yang tertera di sana, tanpa mengatakan apa apa, tanganya langsung membaca pesan itu dan...

☏ DR. Farrel.

: Biru kecelakaan, sekarang dia ada di rumah sakit saya. Kamu boleh kesini jika kamu peduli.

∘₊✧──────✧₊∘

Santai aja ga sih, kita di sana santai ya, karena bab nya panjanggggggggg sekaliii. Seperti panjang nya perjalanan hidup kita  aamiin.

Kalian jangan lupa makan ya..

Masih adem kok, belum serius. Di sini semuanya bakal di bahas. Jadi semua tokoh punya peren nya masing masing.

See youu

Double up nya banyak kan? Lagi niat ngetik 😭😭

Jangan lupa vote dan komen ya! Karena ini aku butuh perjuangan! 🤣💕😍

Ada yang manggil Biru ada yang manggil langit, harap jangan bingung meski aslinya bingung.

Karawang 09 Juni 2024
Jam : 16 : 34 wib ( minggu)

Diketik : 943 kata .

TINGGALKAN PESAN UNTUK "BIRU LANGIT,"

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang