BAB 07 : KITA HARUS JADI PEMAAF

11 2 0
                                    

"Tolong tetap jadi sahabat, karena rasanya, semesta selalu baik, saat kalian tetap menjadi sahabat,"_Satria.

∘₊✧──────✧₊∘

KARAWANG OKTOBER 2017

Di sebuah padang rumput yang cukup luas, tempatnya di lapangan bola, seorang anak kecil sejak tadi terdiam di sana, melihat teman temannya yang asik bermain, tangan kecil itu masih setia memeluk boneka pemberian Alaska bulan kemarin, dengan wajah yang begitu malas yang masih setia menonton nya dengan tenang, hingga tidak lama kemudian, seseorang berlari ke arah Biru Langit, senyuman yang mengembang indah itu terlihat ceria dan senang. Dia Alaska, sosok sahabat yang setia menemani Biru Langit kemanapun lelaki itu pergi.

"Biru ayo! Ikut main, kenapa kamu malah diem di sini, tempatnya kotor, malah deket got lagi," celetuk Alaska, saat sudah berdiri di samping Biru Langit.

Manatap ke depan, melihat teman teman nya sedikit berhenti sejenak, Biru langit tersenyum pahit saat melihat tatapan tatapan tidak suka dari mereka. Lalu setelah nya ia menoleh ke arah Alaska yang terlihat kelelahan karena sudah lama bermain bola, di bawah teriknya matahari.

Karawang, tempatnya di Rawamerta, hari ini memang tengah panas panasnya, tidak heran jika hampir setiap orang yang tinggal di sana mengeluh hanya karena cahaya matahari bersinar lebih terik. Tapi bagaimana pun, kadang mereka juga bersyukur di beri cuaca yang sedikit baik.

"Aku mau main, tapi..." suara Biru Langit menggantung cukup lama, sampai terpotong oleh teriakan seseorang.

"Tinggalkan saja dia Alaska! Ayok main lagi, jangan ajak dia, dia anak haram!" teriak salah seorang teman nya, berhasil membuat Biru Langit berdiri.

Tangan Alaska menahan Biru Langit untuk maju kedepan, ia menoleh menatap si empu yang tadi berteriak.

"Kamu apa-apansih, Biru bukan anak haram, kalo kalian ga mau main sama Biru, ya sudah aku juga gak mau main sama kalian," beber Alaska dengan mata yang menajam, pertanda bahwa dia tengah marah.

Decakan kecil terdengar di sana, seorang lelaki berbadan buncit itu menatap tidak suka ke arah mereka berdua.

"Kamu emang gak malu main sama dia? Dia gak punya ibu, dia anak haram, anak yang ga tau asal nya dari mana, anak jadi jadian," gerutu nya kekeh.

"Tinggalin aja! Gak usah di temenin, dia pembawa sial!" tambah yang lainnya.

Merasa tidak Terima mendengar itu semua, Alaska maju kedepan, bocah yang seumuran dengan Biru Langit pergi menghadap si perut buncit, dan tanpa rasa takut ia medorong nya kuat, sampai dirinya hampir terjungkal.

"Jangan ngejek Biru, kalo kalian ga suka, ya udah pergi aja!" bentak nya.

Si perut buncit itu buru buru berdiri lagi, setelah itu ia kembali menatap Alaska dengan tatapan tidak kalah tajam.

"Jangan jadi pahlawan kesiangan kamu! Yang jelas Biru itu anak haram, sama kayak kamu, bedanya kamu punya ayah yang sakit jiwa,"

"AYAH AKU GAK SAKIT JIWA! BIRU BUKAN ANAK HARAM!" teriak Alaska histeris, tanganya mencekik leher si buncit dengan kuat, membuat sang empu hampir kehilangan nafas.

Kericuhan itu terjadi di tengah lapangan yang cukup luas, Biru yang hanya bisa menangis saat melihat Alaska dan Si buncit bertengkar. Sampai tidak lama kemudian, teriakan seorang wanita menghentikan mereka. Wanita itu menarik tangan Alaska untuk menjauh dari si buncit yang merupakan anaknya, tidak lama tanganya dengan mulus menampar Alaska begitu kencang, sampai seluruh badan lelaki itu gemetar karena tamparan nya, Biru langit berjalan menghampiri Alaska, memeluk tubuh kecil itu yang rupanya sudah menangis.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang