BAB 19 : LUPAKAN

11 2 0
                                    

"Gue disini, masih menjadi Biru Langit yang dulu Ska,"_Biru Langit

∘₊✧──────✧₊∘

  
☏Alaska my friends.
: Temui gue, di markas gue, tau kan? Yang deket rumah kosong.

Biru langit yang tengah makan malam bersama Ayahnya itu lantas berdiri dari tempat duduk, ia menutup layar HP nya sambil mengambil Jaket yang ia letaknya di kursi yang kosong.

Arkatama memperhatikan gerasak-gurusuk anaknya yang terlihat buru buru itu.

"Mau kemana?" tanya Arkatama menghentikan langkah kaki Biru Langit, yang akan pergi meninggalkan meja makan.

"Keluar yah, sebentar doang kok. Jangan khawatir, aku anak cowok," balas Biru Langit.

Arkatama tertawa lepas saat mendengar Penuturan anaknya itu.

"Siapa yang bilang kamu cewek sih?" balas Arkatama masih dengan tawanya.

"Kemungkinan kan, itu jawabannya yang bakal aku denger," jelas Anak itu memasang wajah males.

Arkatama hanya menggelengkan kepala kecil, ada ada saja pikiran anaknya ini.

"Jangan su'uzon sama ayah sendiri Lang," ucap Arkatama, mengingat kan.

"Iya iyaa maafin," tuntas Biru Langit memilih menyerah.

"Hati hati ya, jangan lupa beliin ayah Bapau oke! Awas jangan rasa kacang," jelas Arkatama saat Biru Langit melangkah keluar.

"Biru dengar tidak!" teriakan kencang itu membuat Biru Langit menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Fanatik Bapau," celetuk Biru Langit.

"Ayah denger,"

Shit! Sejak kapan lelaki tua itu ada di belakang nya.

"Apa lagi?" tanya Biru

"Sama es krim, buat kamu, pake uang kamu ya," ungkap Arkatama tanpa beban. Dan tentu Biru Langit tidak akan marah  Sebab dia dapat jatah.

"Siap! Laksanakan ayah ku yang ga laku," ledek Anak itu buru-buru berlari meninggalkan Ayahnya, yang berteriak kencang.

"ANAK TIDAK TAU DIRI KAMU! JANGAN PULANG!" teriak Arkatama melihat Biru yang sudah nangkring di motornya.

"Berarti, bapau nya ga ada," balas nya membuat Arkatama kalah telak.

Arkatama hanya terdiam pada akhirnya, ia melihat kepergian anak yang kian menjauh dari pandangan nya. Tangan lelaki itu tiba tiba mengepal kuat dengan detak jantung yang berdetak tidak teratur, bayangan buruk tertayang jelas di kepala lelaki itu. Sebuah ketakutan yang dirinya diam diam lupakan nyatanya semakin besar.

"Dia sudah besar, anak yang kau benci itu sudah besar. Tumbuh dewasa di tangan orang yang dulu pernah bilang, bahwa dia tidak sudi membesarkan nya. Benar kan? Kamu itu bodoh dan pengecut Arkatama."

Arkatama tersenyum pedih, saat mengingat perkataan seseorang yang lima menit yang lalu menelepon nya. Lelaki itu menatap dirinya dari pantulan lantai. Di sana, ia melihat dirinya, sosok yang berdiri di depan pintu rumah yang harusnya tidak pernah hidup di muka bumi.

"Ayah minta maaf,"

☁☁☁☁

Biru Langit tidak tau, bahwa kini semesta tengah diam diam menghilangkan orang orang yang dia sayang. Biru Langit tidak tahu bahwa dirinya, hadirnya, tidak pernah di inginkan siapun, biru langit tidak tau bahwa surut laut itu akan berubah menjadi ombak besar, biru langit tidak akan pernah tahu, jika selama ini ia hidup di atas luka yang tak kasat mata. Lelaki sebaik itu, lelaki setulus itu kenapa selalu berada di lingkaran neraka dingin yang membuat nya mati rasa. Kenapa semesta selalu saja suka bermain dengan perasaan  makhluk berjenis manusia itu.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang