BAB 29 : KEMBARAN BIRU LANGIT

9 2 0
                                    

"Karena manusia pun, bisa berubah jika hatinya niat berubah,"_Biru Laut.

∘₊✧──────✧₊∘

"BIRU LANGIT LO PUNYA KEMBARAN!" teriakan Kanaya yang mucul di kantin itu, berhenti mengundang perhatian banyak orang, apalagi ia tidak sendirian di sana. Bersama lelaki yang membuat Biru Langit mendengus keras.

"Itu bukan kembaran gue! Gue anak tunggal Ya," tegas Biru Langit.

Kanaya melepaskan genggaman nya dari tangan Biru Laut, lelaki itu lalu membuang nafasnya merasa lega karena akhirnya tangan nya bebas dari genggaman kuat Kanaya.

"Tapi dia sangat mirip sama lo," celetuk Kanaya masih menunjukkan wajah syoknya.

Mendengar itu, biru langit mendecak sebal, gara gara kedatangan sosok yang mirip banget dengan dirinya, membuat dia menjadi pusat perhatian.

"Itu hasil jiplakan," tegas Lelaki itu mutlak.

"Dia mirip banget sumpah, gue kira tadi kembaran lo," sela Pitri, ikuta setuju dengan perkataan Kanaya.

Biru Laut, lelaki yang sekarang berdiri di antara kedua Perempuan itu, hanya bisa diam menatap Biru Langit yang terlihat seperti tidak suka dengan kehadiran.

Lagi dan lagi, biru Mendecak kali ini decakan nya cukup keras, sampai terdengar ke telinga Kakak kelas mereka.

"Ck! Berhenti manggil kita kembar, gue gak mau kembar sama orang yang pernah ngebully gue," jelas Lelaki itu panjang lebar, dan tentu membuat Kanaya dan Pitri mengangah tidak percaya, tampang yang terlihat baik itu, rupanya mantan pembully.

Bumi yang awalnya tidak peduli, kini lelaki itu mulai menghentikan  acara makanya dan melihat penampilan Biru Laut. Dari ujung rambut sampai ujung kaki, Laut hampir bisa di bilang duplikat seorang Biru Langit, kembarnya benar benar di luar dugaan. Padahal mereka tidak sedarah, tapi kenapa benar benar hampir mirip. Meskipun Bumi sudah menemukan  perbedaan di antara keduanya.

"Dia itu jiplakan, terlalu ngefans ke gue," ungkapnya penuh percaya diri.

Laut mendesah kecil, ia duduk di kursi yang kosong, tapat nya di hadapan Biru Langit yang menatapnya sengit.

"Udahlah bir, kita maafan, lagian gue udan beneran tobat," jelas Lelaki itu, sambil duduk di tempatnya.

"Kalo Alaska mau maafin lo, gue juga maafin lo," jelas Lelaki itu dan benar saja, orang yang tadi ia sebutkan datang.

Alaska berteriak ke arah Laut, lelaki itu cukup syok melihat perubahan si buncit yang sekarang sudah langsing seperti tiang listrik. Ternyata cerita Biru Langit di rumah sakit itu benar. Dia mirip dengan sahabat nya yang tersayang /kok geli ya.

"WOY BUNCIT! DAH CEKING AJA LO!" teriak Alaska dari arah belakang, dan tentu teriakan itu mengundang tawa dari semua orang yang berada di kantin.

Suana jam istirahat siang ini sangatlah ramai, bahkan hampir padat dan terlihat tidak ada satupun kursi kosong yang tersisa, jika ada itu milik Alaska dan anggotanya.

Mendengar teriakan Alaska yang di barengi oleh suara tawa murid murid di sama, membuat Biru Laut mengumpat kuat kuat.

"Sialan!" umpat nya.

Alaska duduk tumpang kaki di samping Biru Laut, dengan satu tangan yang merangkul nya. Ia terlihat benar benar ingin menguliti orang yang berada di depannya.

"Hay, mau jadi babu gue kagak? Kebetulan kita butuh babu, buat di markas," celetuk Alaska tanpa beban. Dan di balas kekehan kecil dari Biru Langit.

Biru Laut melepas rangkulan itu tidak santai. "Lo pikir gue apaan hah?" balasnya sedikit ketus.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang