EPILOG

22 2 0
                                    

"Selalu bahagia ya,"_Arkatama.

∘₊✧──────✧₊∘

KARAWANG ( ILUSI )

"Nanti kalo sudah besar, kamu mau jadi apa?"

Pertanyaan yang keluar dari bibir Arkatama itu lantas menghentikan Biru Langit, yang sedang bermain basket. Lelaki itu lalu maju melangkah ke arah Arkatama.

"Aku? Mau jadi dokter kayak ayah aja," balas Lelaki itu duduk di samping Arkatama.

Arkatama tersenyum kecil menanggapi nya, ia lalu menoleh ke arah kursi yang berada di samping Arkatama. Saat ini Pria itu tengah menemani anaknya bermain bola basket di belakang rumah.

"Ayah gak akan melarang, tapi kamu harus ingat, jika ada banyak hal yang menarik di dunia ini, selain menjadi dokter." Nasihat Arkatama kepada Biru.

Biru Langit mengangguk paham. "Kalo cita cita ayah apa? Apa menikah lagi?" jawab Lelaki itu tanpa beban.

"Itu mulut nya pengen ayah sumpel pake apa?" ancam Arkatama dengan kekehan kecil Biru Langit.

"Mamah kamu itu adalah wanita paling cantik, yang akan selalu ayah cintai sama akhir hayat ayah," jelas nya kemudian.

Biru langit lantas tertawa keras di sana, mendengar perkataan Arkatama yang membuat nya mendelik geli.

"Ayah kayak anak ABG aja," komentar Biru Langit.

Arkatama menghela nafas kecil. "Biar keliatan masih muda," katanya.

"Ayah, kalo di kasih kesempatan terlahir kembali, apa permintaan aya?"

Pertanyaan itu, sejenak membuat Arkatama berpikir, pria itu lalu menengadahkan pandanhanya ke atas, menatap burung burung yang beterbangan di atas awan. Ada banyak pemintaan yang ingin sekali ia harapankan itu menjadi sebuah kenyataan.

"Ayah! Kok nyemalun," ujar Biru Langit menepuk kecil tangan Ayahnya.

Arkatama tersenyum tulus ke arah Biru Langit.

"Ayah ingin bersama kalian, dengan lengkap. Tanpa ada yang hilang," jelas Lelaki itu berhasil menciptakan keheningan yang cukup panjang.

Ombak dari laut itu mendesir, menari nari bersama Burung yang terbang di atasnya. Hawa sejuk yang mulai menyelimuti kebun kecil yang berada di belakang rumah itu membawa mereka kedalam kenyaman yang hakiki.

Sampai beberapa detik kemudian, tangan seorang wanita melingkar di leher Arkatama, membuat Arkatama menoleh, jantung lelaki itu berdetak hebat saat melihat senyuman lebar terbit di bibir pinknya.

"SORE KELUARGA KECIL MAMA!" seru Asya yang membuyarkan lamunan mereka.

Seorang wanita dengan seragam kantor nya itu terlihat begitu rapi dan dermawan. Ia tersenyum lebar saat akhirnya mampu hadir di tengah tengah mereka.

"Mamah!" sahut Biru Langit. Mata anak itu berbinar sinar ia lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Sini peluk," pinta Asya kepada dua lelaki yang menjadi dunianya.

Tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut mereka. Biru dan Arkatama lantas memeluk tubuh itu erat, isak tangis mulai menggema di teras belakanh rumah Nenek.

"Maaf ya, mama dateng nya lama," kata Asya mengelus lembut rambut hitam milik Biru Langit.

"Kita rindu Kamu Sya," ungkap Arkatama. Terus mengecup tangan Istrinya berkali kali, menumpahkan rasa rindu itu kepada sebuah cekupan.

"Aku juga rindu keluarga kecil ini," balas Asya tersenyum juga.

"Mamah, gak akan pergi lagi kan?" Biru Langit melepas pelukan nya dari Asya, menatap penuh bahagia kepada Wanita itu.

Asya menoleh ke arah Biru Langit, ia tersenyum sambil menyusut air mata putranya.

"Mamah gak akan pergi lagi, mamah akan di sini, sama kalian semua, kita bahagia bareng bareng lagi," tutur Wanita itu penuh cinta.

Arkatama tersenyum selebar lebarnya, hati lelaki itu terasa lega. Saat semunya kembali membaik. Saat semuanya hadir kembali, membentuk keluarga kecil yang nanti akan hadir menuliskan cerita paling indah di kalender semesta.

"Makasih Sya, aku mencintai mu," ungkap Arkatama memeluk Asya dari samping.

Air mata itu kembali menetes di pipi Biru langit, lelaki itu kembali memeluk ibunya begitu erat. Hati nya sekarang sangat bahagia, bahkan rasa bahagia itu tidak mampu ia jabarkan. Ia sungguh bersyukur kepada Tuhan, karena masih memberi kesempatan untuk nya tetap ada di sini. Kehadiran Asya kemarin sore, dan nasihatin orang orang kepada Biru Langit. Berhasil menyembuhkan rasa kecewa yang membesar di hati Biru Langit. Kembali menumbuhkan rasa percaya di hati lelaki itu.

Semuanya, telah usai. Biru langit memaafkan segala nya, segala hal yang telah terjadi di bumi milik Tuhan. Dan hari ini, yang dia ingin kan, hanya ada di antara mereka, hidup abadi dalam kebahagiaan yang abadi. Bersama Mamah dan Ayah, bersama orang orang yang pernah hadir menemani Biru Langit hidup.

"Makasih, makasih sudah kembali pertama saya Ayah," bisik Arkatama.

"Makasih sudah kembali," kata Asya.

Biru Langit tersenyum, pelukan itu semakin erat.

"Makasih sudah mau bertahan, makasih sudah mau memperbaiki semuanya yang sudah hancur,"

Cerita ini selesai. Terimakasih sudah pernah ada di semesta Biru. Kamu adalah hal paling indah, yang akan selalu menjadi pemenang di hati semua orang.

Terimakasih karawang. Terimakasih cerita indah yang tidak bisa ku jabarkan semuanya.

SELESAI.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang