BAB 13 : ALASKA DAN BIRU

17 1 0
                                    

"Bagaimana jika, di bandung ini, nyatanya tercatat kisah hebat yang tidak pernah terbayang sebelum nya"_ biru langit.

∘₊✧──────✧₊∘

Biru langit melangkahkan kakinya ke dalam kelas, tatapan lelaki itu langsung bertemu dengan mata tajam Alaska, orang yang sekarang tengah duduk di meja milik nya dengan santai.

"Lo tau itu meja siapa? Sopan ga lo duduk di meja orang." suara itu keluar dari mulut Bumi, orang yang sekarang berdiri di belakang Biru Langit.

Alaska menoleh ke arah mereka berdua, matanya sesekali memperhatikan Biru Langit yang hanya diam, seolah sedang tidak minat berbicara. Pikiran lelaki itu masih tertuju kepada perkataan ayahnya kemarin sore.

"Gak usah sewot, lagian ini juga tempat gue duduk," balas Alaska dingin.

"Gak sopan, lo tau sopan santun gak?" tanya Bumi jengkel.

"Ini masih pagi, jangan bikin masalah," protes Alaska turun dari tempat duduknya, lelaki itu langsung pergi saja ke luar kelas dan sedikit menyenggol bahu Biru Langit.

"Idih, sok keren banget tu anak," komentar Bumi melihat kepergian Alaska dan antek-antek nya.

"Udahlah bum, cuman duduk di meja doang, kenapa lo ribetin, heren gue," tutur Biru Langit berjalan ke arah bangkunya.

"Gue gak suka aja, gak sopan itu namanya," balas Bumi.

Biru Langit berdeham kecil sebagai jawaban, sedetik kemudian lelaki itu lalu menoleh ke arah Bumi yang asik mengobrol serius dengan seorang perempuan. Percakapan mereka terlihat begitu serius, hingga membuat Biru Langit penasaran.

"Kenapa sih, serius amat? Ga liat ada orang di sini," tegur Biru Langit tidak suka.

"Alaska bikin ulah, dia tadi habis ngebully anak cewek, malah sampe  masuk rumah sakit, " penjelasan itu mampu membuat Biru Langit berdiri dari tempat duduknya.

"Di mana Alaska?" tanya Biru Langit menatap perempuan yang di depannya.

"Lo mau ngapain?" sela Bumi cepat.

"Dia ada di kantin, lagi santai, ga bersalah banget habis ngelukain anak orang,"  jelas perempuan itu, yang Biru Langit kenal sebagai "Kanaya"

Biru Langit tidak menjawab apapun, lelaki itu terlalu marah saat mendengar bahwa Alaska membully anak perempuan, jujur saja itu membuat Biru Langit murka, ia benar benar tidak suka dengan lelaki yang beraninya kepada perempuan.

Bumi berdiri dari tempat duduknya, wajah lelaki itu panik kala melihat langkah lebar Biru Langit yang terburu-buru.

"Dia mau nyamperin Alaska woy!" pekik Bumi lari menyusul Biru.

Kanaya membelalak kaget, ia tidak tahu jika Biru langit benar-benar akan pergi menemui Alaska. Dengan cepat perempuan itu pun segera menyusul dua orang lelaki yang merupakan teman barunya di SMA ini.

☁☁☁

Langkah lebar itu berhenti tepat di area kantin yang cukup ramai, mata indah itu berubah menjadi sorot yang teduh nan tajam, membuat beberapa orang memilih untuk menundukan kepalanya, kakak kelas yang berada di kantin pun hanya diam saja. Seolah sudah tahu apa tujuan dia kesini.

Mata Biru Langit menerawang kesegala arah, sampai beberapa detik kemudian, tatapan nya bertemu dengan sosok yang membuat pagi harinya buruk. Mungkin tidak seharusnya ia ikut campur, tapi Alaska benar benar keterlaluan.

"Apa yang lo lakuin sama Nika?"

Suara dingin itu berhasil membuat sebagian orang di kantin terdiam, semua pasang mata tertuju kepada tempat duduk yang terletak di tengah tengah keramaian. Hadirnya Biru langit ke arah perkumpulan geng motor itu menjadi pusat perhatian.

"Urusan lo apa sampai nanya itu? Gak usah ikut campur, lo bukan siapa siapa di sini," Senyuman hambar terbit di sana, Biru langit mendecak kesal.

"Nika salah apa sampe lo bully? Lo tau dia sekarang masuk rumah sakit," kata Biru Langit tanpa ekspresi.

Alaska membuang muka, kedua tangan yang memegang garpu dan sendok itu ia lepas dengan kasar, setelah nya, lelaki itu menoleh ke arah Biru Langit, menatap sosok nya begitu tajam.

"Lo kenapa? Ngebela dia, atau lo suka sama cewek miskin itu?" celetukan itu hampir membuat Biru Langit menampar pipi Alaska.

"Sadar, lo juga miskin Alaska," ungkap Biru Langit penuh penekanan, dan berhasil menusuk ulu hati Alaska.

"Gak usah ikut campur," kata Alaska geram.

"Gue gak akan ikut campur, kalo lo berhenti bersikap seolah lo adalah raja di sekolah ini, Nika itu cewek gak pantes lo kasarin!" beber Biru Langit tajam.

"Jangan sok jadi pahlawan, lo gak tau masalah gue, mending pergi dari sini," usul Alaska berdiri tegak di hadapan Biru.

Biru membalas tatapan tajam itu.
"Gue emang ga tau masalah lo, tapi apa yang lo lakuin itu bener bener keterlaluan, lo gak seharusnya nyelesain masalah dengan cara kekerasan,"

Tawa kecil terdengar, membuat Biru Langit mengerutkan keningnya keheranan.

"Lo siapa, nasihatin gue hah?"

Pertanyaan dingin itu berhasil menusuk ke hati Biru Langit, entah kenapa rasanya seperti ada ribuan tombak yang menusuk kedalam dadanya, membuat rasa sesak mulai mengusai tenggorokannya.

"Nika itu punya masalah sama gue, dan itu urusan gue. Mau gue nyelesain dengan kekerasan atau secara baik, itu hak gue dan lo, lo gak punya hak untuk itu," jelas Alaska penuh penekanan. Membuat Bumi yang melihat nya ingin sekali memukuli kepalanya.

"Lo berengsek dan pengecut yang pernah gue kenal Ska."

Alaska terdiam, lidahnya mendadak kelu, seperti ada rantai yang mengingat daging tanpa tulang itu dengan erat. Kepalan di tangan nya semakin erat serta urat di lehernya nampak terlihat, menunjukkan bahwa lelaki itu tengah marah besar.

Suasan kantin yang ramai menjadi hening dan tegang, semuanya terdiam melihat aksi pertengkaran dingin antara dua orang sahabat, yang dulu pernah dekat. Sangat dekat, sampai semua orang iri dengan persahabatan itu, tapi lihat lah sekarang, sorot persahabatan itu terganti menjadi sorot permusuhan dan kebencian.

"Gue emang pecundang, tapi kita lihat siapa yang lebih pecundang di sini, Biru Langit Arkatama."

Alaska pergi meninggalkan Biru langit yang masih kesal dengan kelakuannya yang benar-benar berubah. Ia benci, ia benci Alaska yang sekarang, kasar dan arogan.

Mata tajam itu menatap punggung Alaska yang sudah hilang tertelan jalan, pikirkan Biru Langit mulai melayang ke dialog singkat bersama ayahnya kemarin. Tentang jangan pernah membenci siapapun, tapi rasanya itu mustahil, mustahil jika nanti Biru Langit tidak akan membenci Alaska.

"GUE CUMAN NYURUH LO TANGGUNG JAWAB, KARENA UDAH BIKIN NIKA MASUK RUMAH SAKIT BIADAB!"

Teriakan Biru Langit berhasil masuk ke indra pendengaran Alaska, lelaki itu tersenyum kecil saat mendengar umpatan penuh kebencian dari sosok yang sekarang masih tersulut emosi.

"Lo harus benci gue Biru,"

∘₊✧──────✧₊∘

Hai? Apa kabar, udah makan.

Gimana harinya?

Makasih sudah mampir, maaf kalo ngebosenin hehehe.

Jangan lupa vote dan kome.

See you ❤💕

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang