"Suatu hari nanti, rumah itu bukan lagi tempat pulang gue,"_Biru langit
∘₊✧──────✧₊∘
Sepulang dari pertemuan nya dengan ibu nya, kini Biru langit berjalan memasuki rumah besar itu. Firasat yang akhir akhir ini selalu menghantui nya ternyata terjadi juga.
Langkah kecil itu berhenti saat Biru Langit melihat ayahnya yang diam di meja makan, tatapan kosong dari lelaki itu terlihat jelas, apa lagi saat Arkatama tidak sengaja melihat nya bertemu dengan istri yang selama ini ia anggap sudah mati.
"Yah," panggil Biru Langit kecil. Dan itu terdengar oleh Arkatama.
Arkatama hanya diam, menahan dirinya untuk tidak menampar lelaki kecil itu, ia tidak bohong jika dirinya tidak melihat pertemuan biru langit dengan mamahnya. Arkatama melihat nya, Arkatama mendengar semuanya. Dan diam diam itu membuat rasa takut dan rasa marah yang sejak tadi ia tahan itu kian membesar.
Langkah Biru Langit maju, satu langkah dari nya, jarak Arkatama dan Biru Langit tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat.
"Kenapa ayah bohong" tanya Biru Langit dingin.
Arkatama lantas tartawa hambar di sana, tanganya terangkat memijat kecil pangkal hidup nya, rasa pening mulai menyerang kepala lelaki itu sedetik kemudian ia menatap lurus kedepan dengan sorot kebenciannya.
"Karena Ayah membenci mu Biru," kata Lelaki itu jujur sejujurnya.
Helaan nafas sinkat terdengar di sama, Biru langit membuang muka dari hadapan ayahnya, tangan yang mengepal kuat itu ia tahan untuk tidak menampar wajah Pria yang merupakan Ayahnya itu.
"Ayah ga harus lakuin itu, kalo ayah benci ayah bisa tunjukin, gak usah melampiaskan nya dengan berpura pura baik dan menyangi aku," papar Biru Langit bersikap tenang. Meskipun rasa sakit nya kini berhasil membuat dia tidak mampu untuk berdiri terlalu lama.
Arkatama memgangguk setuju, tanpa menoleh ke arah Biru Langit, karena ia tau jika matanya menatap Biru Langit, dia akan menangis hebat, dia akan memarahi dirinya yang kelewat bodoh. "Ya, kamu bener," katanya tegas."Tadi ayah liat, kamu," lanjut lelaki itu.
"Aku kecewa besar sama ayah," katanya penuh penekanan dan terdengar seperti petir yang menusuk ketelinga Arkatama.
"Biru,"
"Aku bakal hadir di pernikahan ayah nanti sama tante wulan, dan buat si buncit tukang jiplak itu tolong bilang sama dia, kalo aku ga benci sama dia,"
Arkatama mendecak keras, wajah lelaki itu sudah terlihat merah padam dengan urat lehernya yang sudah tercetak jelas. "Ayah terpaksa bir," katanya singkat.
"Ayah jahat, kalo ayah benci sama ibu, kenapa ayah mau menerima perjodohan itu. Sampai ayah tega ngebuat Sahabat mamah koma selama itu. " timpal Lelaki itu dengan mata yang semakin dingin.
Arkatama terdiam, ia menundukan tatapannya kebawah, melihat kecil siluet Biru Langit yang terlihat berdiri tegak di samping nya.
"Ayah... " suara itu terjeda panjang sampai Biru dengan cepat menyela nya.
"Ayah sengaja, aku tau ya," sela Biru Langit cepat.
Arkatama terdiam, lalu tersenyum pedih, ia menoleh ke arah Biru Langit dengan hati yang berat.
"Kamu marah?" tanya nya, saat mata mereka saling bertabrakan. Di sana, rasanya dunia Arkatama benar benar runtuh.
"Aku marah, marah besar sama ayah," jelas Biru Langit tegas.
Arkatama kembali tersenyum, tanganya memukul dada bidangnya sendiri sambil melihat ke arah Biru Langit.
"Pukul biru langit, pukul saja," pintanya dengan suara yang masih tenang, Namun terdengar menyakitkan.
"Pukulan aku ga akan bertenaga karena saking kecewanya, aku bahkan sudah tidak tau caranya marah lagi,"
"Saat mamah dulu masuk rumah sakit, ayah diem diem mau membunuh mamah, karena suruh kakek. Tapi rencana ayah gagal dan malah yang kena tusukan pisau itu adalah tante Elyna, mamahnya Alaska," papar Biru langit, menceritakan ulang cerita yang ja denger dari ibunya. Pundak anak lelaki itu naik turun dengan air mata yang jatuh tanpa ia sadari.
"Keluarga ayah kejam, keluarga ayah itu jahat, ayah pembunuh," sambung Biru Langit penuh penekanan.
Tangan Arkatama mengepal semakin kuat, dia tertawa lagi, tawa yang terdengar menyakitkan di hati Biru langit, lalu kemudian mata milik Pria itu menatap tajam ke arah putranya.
"Ibu mu yang memulai nya, jika saja dulu, kakak ibumu itu tidak membunuh adik saya mungkin saya tidak akan melakukan itu," usul Arkatama dengan deru nafas yang terdengar berat. Lelaki itu lalu berdiri dari tempat duduknya, berjalan mendekat ke arah Biru Langit.
"Kamu jangan ikut campur urusan orang tua," tandas Arkatama menepuk pundak Biru Langit.
Tangan Arkatama di tepis kuat oleh Biru Langit, mata nya semakin menajam menatap ke arah Arkatama.
"Ini tentang hati nurani, ayah!" katanya masih tenang, meski itu adalah sebuah bentakan halus.
Arkatama tertawa lagi, lelaki itu membuang mukanya, mencoba mengusir rasa sesak yang menusuk hati pria itu, tanganya lalu mengusap wajah kasar itu dan menatap kecil Biru Langit.
"Kamu mau tau, jika ayah tidak memiliki hati nurani, bahkan jika kau mau aku jujur. Aku tertawa keras saat mendengar kamu memilih kanker hati,dan itu artinya kamu akan mati dengan cepat," jelas Arkatama tanpa beban dan terdengar seperti tombak besar yang mehantam kuat tubuh Biru Langit.
Dam!
Tubuh Anak itu membeku, lidahnya seolah terikat kuat oleh rantai besi yang di ambil dari neraka. Dadanya terasa panas dan detik itu Biru Langit benar benar murka.
Arkatama berdiri tegak di hadapan Biru langit, tinggi mereka sejajar. Sampai keduanya sama sama terlihat tengah manahan emosi, lalu kemudian tangan Arkatama menepuk pundak Biru langit, menyusut kecil baju putih yang kotor itu.
"Semua cerita yang kamu dengar langsung dari ibu mu itu memang benar, saya memalsukan kematian nya karena tidak mau saya mati di tangan ayah saya sendiri," tutur Arkatama, menatap lekat netra Biru langit dan di detik itu tangan Biru Langit sedikit mendorong ayahnya untuk menjauh.
Urat urat di leher lelaki itu pun bermuculan, tanganya sudah siap melayangkan pukulan paling kuat ke arah wajah Arkatama.
"Alasan gila itu, bikin gue pengen nyobek mulut Lo arkatama, gue bberusaha untuk gak meninggikan suara gue, gue berusaha buat gak nampar lo pakai belati, tapi semua omongan lo itu bener bener bikin gue murka,"
Arkatama tersenyum lagi, kala mendengar penuturuan Biru Langit, lelaki itu lalu maju dengan mata yang melotot sempurna sambil berteriak hebat.
" TADI SAYANG BILANG APA! PUKUL JIKA KAMU MAU MEMUKUL SAYA BIRU LANGIT! SAYA MEMANG JAHAT, SAYA MEMANG PEMBUNUH BAYARAN, SAYA MEMANG LELAKI BRENGSEK! BAHKAN SAKING BRENGSEK NYA, KANAYA TEMAN MU ITU, ADALAH ANAK HASIL HUBUNGAN SAYA DENGAN MAMAHNYA PUAS KAMU!"
DEG!
∘₊✧──────✧₊∘
Lanjut guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIRULANGIT | END |
Teen FictionCerita singkat, tentang rahasia besar seoarang Arkatama yang menjadikanya kehilangan sosok yang ia anggap sebagai rumah itu. "Ayah sendiri yang meruntuhkan rasa percaya Biru." ˏ⸉ˋ‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩̥̩‿̩̩̽‿̩͙‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩͙‿̩̩̽‿̩͙‿̩̥̩‿̩̩̽‿̩͙'⸊ˎ #keluarga #a...