BAB 28 : ALBUM KELUARGA

13 2 0
                                    

"Kini, cerita humoris tentang masa lalu itu sebentar lagi akan hilang,"_ Biru Langit.

∘₊✧──────✧₊∘

Biru langit kembali kedalam ruangan nya dengan perasaan dongkol, ia benar benar kesal saat tau bahwa Si buncit sialan itu besar dengan tampang yang begitu mirip dengan nya.

"Lo ha-" Suara Alaska berhenti saat Biru Langit jalan dan melewatinya begitu saja.

Lelaki itu menaikan satu alisnya menatap Biru Langit yang nampak terlihat kesal. Karena penasaran Alaska berniat menghampiri Biru langit dan duduk di sisi ranjang lelaki itu.

"Lo kenapa? Habis ketemu Aya," kata Alaska, menyebut nama Perempuan yang Alaska dengar akhir akhir ini, selalu membuat Biru Langit marah.

Biru Langit yang sudah duduk sempurna di brankar itu, menatap tidak minta ke arah Alaska.

"Lo tau kagak? Si buncit yang ngatain ayah lo gila itu," kata Biru Langit kepada Alaska, wajah kesalnya masih dipasang di sana.

Alaska mengangguk, jelas dirinya sangat ingat kepada anak kecil sialan itu, sosok yang sangat ingin sekali Alaska temui dan mendengar pertanyaan Biru Langit, membuat Alaska yakin jika baru saja lelaki itu bertemu si sialan.

"Kenapa, jangan bilang lo habis ketemu dia," tabakan Alaska di angguki oleh Biru Langit.

"Malah lo tau gak? Tampang nya itu jiplakan gue banget, mirip banget sialan! Dari ujung rambut, sampe ujung kaki tu nyontek gue semua, sebel banget," papar Biru Langit menggebu gebu, dengan raut wajah yang semakin ditekuk.

Alaska menatap Biru Langit dengan tatapan tidak percaya, dirinya sangat kaget mendengar fakta itu. Fakta bahwa Si buncit yang dulu pernah membully kini juga tinggal di bandung, dan parahnya. Sangat mirip dengan Biru langit. Setelah mendengar itu, Alaska tertawa renyah disana.

"Kenapa lo malah ketawa sialan!" umpat Biru Langit jengkel.

"Gue nggak nyangka sih, dia bisa semirip itu sama lo, gimana nanti ketuker. Gue bilang dia juga bakal sekolah sama kita," kata Alaska memberi tahu, dan Biru Langit jelas melotot sempurna di sana.

"Gak akan gue biarin dia betah sekolah disana," kata Biru Langit serius.

"Bir, jangan balas dendam. Biarin lah, biarin dia menghirup udara segar,"  ucap Alaska.

"Gue gak akan ngebully dia,"

Alaska mengangguk anggukan kepalanya, lelaki itu lalu menoleh ke arah kaki Biru Langit, di sana darah segar kembali bercucuran meriasi telapak kakinya. Membuat Alaska meringis kecil merasakan rasa sakit.

"Lo kagak sakit, luka lo basah lagi," kata Alaska.

Mata Biru Langit sedikit melihat kain kasa yang  memerah itu, lalu ia menggeleng. "Kagak ! nanya lo?" katanya membuat Alaska menggeleng kecil.

Hari ini, cahaya matahari begitu terik  sampai seluruh ruang inap Biru langit terang benderang, karena cahaya yang menenbus jendala ruangan itu. Biru berada di lantai atas, dan ruangan yang terletak di pojok. Tapi bukan matahari yang membuatnya merasa risi, tetapi perilaku Alaska yang tiba tiba baik seperti ini. Padahal kemarin, mereka hampir saja saling membunuh dalam diam.

"Lo kenapa tiba tiba baik, pasti ada mau nya," kata Biru Langit memperhatikan tangan Alaska yang tengah mengobati luka nya.

Alaska mendadak tuli, lelaki itu asik mengobati luka Biru Langit, mengganti perban itu ke perban yang baru. Terakhir tangan nya dengan santai memukul telapak kaki Biru Langit, membuat Si empunya terlonjak kaget dengan tatapan tajam.

BIRULANGIT | END | Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang