AZ 65

1K 140 16
                                    

"Terkadang, cinta itu sederhana. Bukan hanya pada manusia, tapi juga pada hal-hal kecil yang membuat kita bahagia."

~Ilyasa Rizaidan


.
.
.
.
.


Jangan lupa Vote&Komen















Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, Chika akhirnya diperbolehkan pulang. Gadis itu kembali menjadi sosok yang periang dan penuh semangat, seolah semua kejadian sebelumnya tak pernah terjadi.

Seperti saat ini, Chika asyik bernyanyi dengan suara lantang, ditambah volume speaker yang nyaris memekakkan telinga. Penghuni rumah hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkahnya yang begitu heboh.

"Chika, suara lu cempreng! Jelek!" seru Azka yang baru saja keluar dari kamarnya dengan wajah masih setengah mengantuk.

Bukannya merasa tersinggung atau menghentikan aksinya, Chika malah semakin bersemangat. Ia naik ke atas kursi dan mulai berjoget sambil terus menyanyikan lagu viral yang tengah diputar.

"I need you here with me~"

Lalu dengan percaya diri, ia mengganti liriknya sendiri. "Aku pilih madu, manis kaya aku~" ucapnya dengan nada centil, lengkap dengan kedipan mata ke arah Azka yang hanya bisa melongo melihat tingkah absurd itu.

"Astaga... bisa-bisanya Ilyas betah serumah sama satwa liar," lirih Azka sebelum akhirnya dengan satu gerakan cepat, ia mematikan speaker.

"Eh, kok dimatiin sih?! Gue udah siap ngeol-geol padahal!" protes Chika kesal, menatap Azka penuh tuduhan.

Azka hanya melipat tangan di dada, menatap Chika seperti seorang ibu yang menegur anaknya. "Sing eling, Chik! Suami lu itu Gus, jangan bikin malu!"

Chika mendengus, lalu bersedekap dengan ekspresi menantang. "Apaan sih?! Ini namanya menghibur diri, biar nggak stres kaya lu!"

Azka mendengus, menatap Chika dengan ekspresi lelah. "Gue stres karena ada lu di rumah ini, tau nggak?"

Chika hanya nyengir tanpa rasa bersalah. "Bagus dong! Berarti keberadaan gue ada manfaatnya. Biar hidup lu nggak terlalu datar kayak jalan tol."

Azka mengusap wajahnya dengan ekspresi frustasi. "Ya Allah... Ilyas, buruan balik. Angkut nih istri lu, bawa pulang ke Sleman sebelum gue kehilangan kewarasan!"

Chika tertawa kecil, lalu berkacak pinggang dengan ekspresi bangga. "Emang udah mau balik, sih. Tapi gue yakin lu bakal kangen sama gue. Makanya, hari ini puas-puasin dulu denger suara merdu dan melihat wajah ayu milik gue."

Azka menatapnya dengan tatapan jijik. "Astaga, jijik banget gue dengernya. Udah, jangan berisik. Gue mau tidur, Khanza!" ucapnya, menekankan kalimat terakhir dengan nada penuh penekanan.

Chika mendecak kesal. "Huh, nggak asik lu! Padahal kita bisa party hari ini untuk terakhir kal-"

Ucapannya terpotong saat suara pintu yang terbuka menarik perhatiannya. Ia dan Azka sama-sama menoleh ke arah pintu, di mana Bilal berdiri dengan ekspresi datarnya yang khas.

"Tengah hari gini ada konser dadakan?" tanyanya santai.

Chika langsung menyambut dengan antusias. "Yoi, bro! Nge-chill dulu kita, menikmati hidup yekan, my BFF, best friend forever!" ucapnya sambil menembakkan jari ke arah Bilal.

Bilal hanya menggeleng pelan, menarik napas dalam. Seharusnya, dia sudah terbiasa dengan tingkah Chika. Tapi tetap saja, tiap kali bertemu gadis itu, kadar kesabarannya seperti diuji ulang.

ASTAGHFIRULLAH ZAUJATI ||ON GOING||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang