13 | Bukan Drivermu

17 3 0
                                    

Alicia masih tidak habis pikir dengan perkataan Ersya dan Amira tadi malam. Entah dengan maksud apa, tiba-tiba mereka membahas tentang Devan. Padahal, sejauh ini Alicia tidak bercerita banyak kepada mereka mengenai laki-laki itu. Yang mereka tahu, beberapa kali Alicia pergi bersamanya dan mulai mengenal laki-laki itu lantaran sering bertemu di kantin, setelah tak sengaja merusak lembar laporannya kala itu.

Malahan, sekarang mereka mewanti-wanti agar dia bisa berjaga diri untuk pertemanannya dengan Devan.

"Oi!"

"Eh ada apa Van?" Devan yang tiba-tiba balik dari tempat administrasi itu mengejutkan Alicia.

"Melamun saja. Jadi pulang nggak?"

Sore tadi, setelah pengecekan, ternyata kondisi Alicia bisa dipastikan membaik. Dirinya diberikan dua pilihan. Diperbolehkan untuk melakukan pemulihan di rumah atau bisa juga tetap rawat inap 1-2 hari ke depan. Tentu saja, Alicia memilih untuk segera pulang malam ini. Dia ingin istirahat di rumah dan tentunya tidak ingin merepotkan Devan lebih lama. Sehingga beberapa menit lalu Devan yang baru saja datang, ikut membantu Alicia beberes barang bawaannya.

"Ada yang hilang?" tanya Devan memastikan Alicia yang sedang merogoh ranselnya.

"Aman kok. Yuk." Devan menjulurkan tangannya, khawatir keseimbangan Alicia masih kurang.

"Van, maaf. Aku masih bisa kok. Kamu bantu pegang di tas aku aja ya."

Devan berdeham dan mempersilahkan Alicia berjalan terlebih dahulu.

"Duduk situ. Tunggu." Devan menunjuk beberapa kursi kosong yang tersedia di lobby.

Alicia menurutinya. Menunggu Devan kembali yang ternyata tidak secepat prediksinya. Ternyata, Devan kembali dengan kendaraan roda empatnya.

"Kalau ada samping ngapain belakang? Aku bukan driver kamu," celetuk Devan ketika menyadari Alicia malah membuka pintu bagian belakang.

"Maaf." Alicia terpaksa pindah ke bagian jok penumpang, samping Devan. Sebenarnya dia menghindari hal ini, entah mengapa rasanya cukup canggung.

"Van, kamu belakangan ini kelihatan capek gitu. Jangan lupa cukup makan, istirahat sama minum vitamannya ya." Alicia mengingatkan.

Devan memanggut sekilas. "Harusnya aku yang bilang gitu. Kosongin hari dulu, izin kerja sama kuliah sampai fit."

"Emh..oke," jawab Alicia sekenanya. Padahal, dia berencana menjalani aktivitas lagi besok pagi. Dimulai pagi kerja, sore kuliah, dan malamnya digunakan untuk merapel tugas-tugas yang terbengkalai beberapa hari ini.

"Van, kamu paling suka sama makanan olahan daging sapi, ayam, atau ikan?" tanya Alicia.

Devan menoleh, memicingkan mata. "Kenapa emang? Semua aku suka."

"Tanya aja sih, hehe."

"Aneh kamu. Dah, turun yuk." Devan memberhentikan mobilnya di depan pagar rumah Alicia. "Aku bukain gembok sini."

"Nggak usah, kayak benerin apa aja. Oh ya mampir dulu Van, mau minum apa?"

Devan tidak menjawab sampai dia ikut duduk di teras rumah Alicia. "Nggak haus Al. Kamu nunggu mama datang?"

"Iya. Eh bentar ya." Alicia melenggang masuk ke rumahnya. Dan kembali membawa minuman dingin. "Mending diminum dulu, katanya nggak boleh nolak."

Parah, Alicia sudah bisa menirukan perkataanya kala itu. Devan menurutinya saja. "Kabarin kalau ada apa-apa."

"Eh..Oke. Tapi aku pastiin aman kok." Alicia mengacungkan jempolnya.

"Apa gitu? Ya sudah aku pulang dulu."

"Van, sebentar. Ini buat kamu." Alicia menyelipkan sebuah amplop di jemari Devan.

Devan sontak menatap sini. "Nggak. Nggak semua bisa ditukar pakai materi. Lagian, aku bukan asisten kamu yang kena bayaran kalau habis jagain kamu."

"Maaf, aku nggak berniat bikin kamu berpikiran seperti itu. Tetapi ini bukan tentang jasa, cuma tukaran untuk keperluan aku yang beberapa hari ini kamu carikan. Please, terima ya." Alicia berusaha menyodorkan kembali.

"Sudah dibilang nggak, malah ngeyel." Devan meninggalkan Alicia di tempat. Kesal atas paksaan itu. Padahal dirinya sama sekali tak berniat untuk pamrih.

"Makasih kalau gitu, hati-hati Van." Alicia melambaikan tangannya. Devan membalas dengan mengangkat tangan dan segera menjalankan mobilnya.

Alicia langsung menuju kamarnya. Merebahkan diri di atas kasur yang dinanti-nanti. Ternyata di rumah sendirian tidak selamanya buruk, dibandingkan bermalam di rumah sakit.

Tin

Alicia mengecek ponselnya karena mengira Devan kembali lagi karena ada sesuatu yang tertinggal, ternyata tak ada notifikasi. Dia membuka tirai jendelanya, ternyata ada pengendara motor yang berhenti di depan pagar rumahnya. Membuatnya bergegas untuk keluar.

"Eh, kalian ternyata. Mari masuk." Alicia terkejut ketika Citra dan Nita sudah berada di depan pintu.

"Pagarmu kan masih kebuka sedikit, maaf kita masuk duluan," ucap Citra sambil tertawa kecil. "Kita seperti tamu nggak diundang kan?"

"Nggak diprediksi tepatnya, kalian juga repot banget kesini malam-malam. Duduk dulu gih." Alicia mempersilahkan kedua teman kerjanya ini masuk. Padahal tadi Citra hanya menanyakan kapan Alicia pulang ke rumah.

"Kebetulan kita habis jajan di pasar malam. Sekalian sejalan lewat sini ternyata sudah bukaan rumah kamu," terang Nita.

"Kamu sudah baikan, Al?" tanya Citra.

Alicia tersenyum kecil. "Sudah kok, tapi masih nyisahin lesunya. Btw, gimana keadaan kantor?"

Nita menyahuti, "Syukurlah kalau sudah baikan. Kamu nggak usah cemas deh sama urusanmu di kantor. Ada Citra tuh."

Citra mengangguk antusias. "Heem, santai aja aku ready. Kebetulan Bu Reni juga bantuin kok, jadi nggak berat."

"Makasih ya Cit. Duh, baik banget deh."

"Sudah maklum lah Alicia, kan kita team. Ini nih, Nita yang agak ketar-ketir."

Alicia terkejut akan pernyataan itu. "Benaran Nit, emang ada apa dengan divisi marketing?"

Nita mendengus kesal. "Tau tuh, kan kamu tahu brand kompetitor lagi launching produk pakai diskon gedhe-gedhean. Terus laporan dari admin TO, katanya orang-orang malah beralih kesana karena tertarik. Jadi penjulan kita sementara ada penurunan. Ya, semoga aja itu cuma gimmick marketing mereka. Aku nggak yakin produk mereka kualitasnya oke."

"Ya semoga aja apapun kondisinya, produk dari perusahaan kita tetap lancar, bahkan naik."

"Ya sudah Al, kita duluan ya, biar kamu cepet istirahat. Kamu juga nggak perlu masuk dulu, jatah cutimu masih ada. Lagian sekarang mah orang-orang masih ribut," ujar Citra. Keduanya pamit undur diri.

"Makasih loh repot kesini, pakai bawain gini segala. Tapi aku rencana besok ingin masuk aja, nggak enak kelamaan cuti."

"Ih, awas kamu besok sampai masuk. Maksain tau," sebal Nita.
















Kelas Sore ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang